Prolog

141 21 6
                                        

"Lo itu cuman pengganggu sialan!! Tiap hari lo nyusahin gua tau gak?!"

Bocah laki-laki itu tertunduk takut, mendengar amarah sang kakak.

Dia pun pergi meninggalkan adiknya ditaman sendirian dengan amarah yang masih mengontrol nya.




































"Dek, waktu nya makan malam." Panggil Voltra dari dapur sembari menyiapkan makanan di meja.

Namun sang adik tak membalas, kamar tidak berisik seperti biasanya yang selalu dipenuhi suara game yang membuat Voltra risih dan muak.

"Li??" tak ada jawaban.

Voltra yang kesal langsung menuju kamar adiknya, "Liung, ayo makan keburu makanan nya dingin," senyap gak ada jawaban ataupun respon dari sang pemilik kamar.

Voltra membuka pintu kamar, melihat adiknya tidak ada didalam seperti biasa untuk bermain game.

"Beliung? Liungg lo dimana??" Voltra memeriksa kamar mandi dan beberapa tempat sang adik selalu bersembunyi jika disuruh makan.

Tapi Voltra tak menemukan sang adik dimanapun,

"Liung ini gak lucu, keluar atau lo gak akan gue kasih makan 2 hari,"

Sunyi.

"Beliung keluar dari tempat persembunyian lo sekarang, sialan!" Voltra menaikkan nadanya, semakin kesal dengan permainan Beliung.

Keluar dari kamar Voltra mencari di seluruh tempat. Lagi, Beliung tidak ditemukan dimanapun hingga akhirnya dia memutuskan untuk tidak memberi Beliung makan jika dia keluar dari tempat persembunyiannya.

Saat kembali kedapur untuk makan, dirinya teringat sesuatu yang ketinggalan.




"Lo itu cuman pengganggu sialan!! Tiap hari lo nyusahin gua tau gak?!"



Dia ingat dirinya meninggalkan sang adik ditaman, "Sialan."

Voltra bergegas mengambil jaketnya dan pergi ketaman menggunakan mobilnya. Sampai disana Voltra berteriak memanggil sang adik.

"Beliung, kakak disini kau dimana?!"

Taman sepi karena sudah malam tentunya, dia ingat meninggalkan adiknya ditaman ini ditempat yang sama tapi sang adik tidak ada.

"Beliung, kakak mohon kau dimana? Maafin kakak karena memarahi mu,"

Panggil Voltra.

"Liungg, kakak mohon.."


















































































13 tahun kemudian.

"Sampai kapan lo kayak gini, Li??"

Halilintar menggeleng, sudah sejak Taufan tiada Hali selalu berdiam tak berbicara sama sekali hingga Supra bingung gimana caranya membuat Hali tidak seperti ini.

"Stop kayak gini Hali, adik lo bakal gak tenang ngeliat lo kayak gini terus." ucap Supra.

Halilintar yang tadinya hanya diam pun melihat kearah Supra "Gua gak mau Taufan sedih dan gak tenang,"

"Kalau gitu stop kayak gini, gua juga pernah ngalamin tapi disisi lain gua juga harus kudu ikhlas!" ucap Supra.

Halilintar hanya bisa mengangguk, sudah lama sekali adiknya pergi dan itu semua karena nya.

"Takdir itu jahat ya, Sup?" tanya Hali.

Supra terdiam, ingin mengatakan iya tapi ia sadar kalau takdir itu gak jahat, mungkin.

"Tapi gua juga salah, takdir gak salah tapi gua yang salah gua yang bikin Taufan pergi gua-"

"Stop ege! Sama aja Taufan gak bakalan tenang ngeliat kakaknya selalu nyalahin diri sendiri!" Potong Supra.

Halilintar diam, dirinya ingin terus menyalahkan diri nya tapi ia juga gak mau Taufan lebih gak tenang ngeliat dirinya seberantakan ini dari sebelumnya.




























Aku kembali!

Ini remake dari 'Trauma: In Another Life'

Maaf klo lama hehe.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 21 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Traumatized: Not HimWhere stories live. Discover now