Naisha Aurora duduk di bangku kereta sambil mendengarkan musik dari handsetnya. Sesekali matanya menatap komik yang ia bawa, tenggelam dalam cerita fiksi. Kereta berhenti di salah satu stasiun, pintunya terbuka, dan masuklah seorang pemuda dengan langkah tenang. Ia terlihat manis, karismatik, dan cool, mengenakan seragam sekolah yang kancingnya sengaja terbuka, sehingga memperlihatkan kaos putih di dalamnya. Tas gitar tergantung di bahunya, menambah kesan manis yang membuatnya menonjol di antara penumpang lainnya.
Pemuda itu mencari kursi kosong, dan akhirnya duduk tepat di seberang Naisha. Awalnya, Naisha tak terlalu memperhatikannya. Namun suara gaduh kecil memecah suasana,
Seorang ibu hamil dan ibu paruh baya datang dari dalam gerbong lain untuk mencari kursi yang kosong, sayangnya mereka tak mendapatkan kursi kosong tersebut di sini, sang ibu paruh baya mencoba meminta tolong kepada seorang pria, untuk memberikan tempat duduknya kepada putrinya yang sedang hamil muda. Namun pria itu menolak memberikan tempat duduknya.
Melihat kejadian itu, pemuda yang duduk tepat di seberang Naisha segera berdiri, melepas tasnya, dan dengan tulus menawarkan kursinya kepada ibu hamil tersebut, “Silakan duduk, Bu,” ucapnya lembut. Ibu hamil itu tampak canggung, sempat menolak karena tak enak hati, tapi pemuda itu tetap tersenyum ramah dan berusaha meyakinkannya, hingga akhirnya sang ibu hamil tersebut pun menerima bantuan pemuda itu.
Diam-diam, Naisha memperhatikan kebaikan hati pemuda tersebut dari balik komiknya. Melihat kejadian itu, Naisha pun tergerak hatinya untuk memberikan tempat duduknya juga kepada ibu paruh baya, yang menemani sang ibu hamil tersebut.
Beberapa saat berlalu ....
Kereta melaju kencang, Naisha berpegangan dengan tangan kiri pada tiang pembatas tempat duduk, sementara tangan kanannya masih memegang komik yang ia baca. Tiba-tiba, kereta berhenti mendadak. Tubuh Naisha oleng ke belakang dan hampir terjatuh.
Saat keseimbangannya goyah karena kereta berhenti, tubuh Naisha hampir jatuh ke belakang, namun secara refleks pemuda itu menopang tubuh Naisha dengan dada bidangnya. Pandangan mereka saling bertemu, rasa canggung, dan salah tingkah menyelimuti dua insan tersebut.
Pemuda itu merasa gugup, ia menunduk sedikit sambil berkata, "M-maafkan… a-aku, aku tidak bermaksud…."
Naisha yang sadar akan maksud dari pemuda itu, langsung menepisnya dengan nada gugupnya. Ia buru-buru menghadap ke arah pemuda itu sambil berkata "Ah, t-tidak… aku yang salah kok. Aku kehilangan keseimbangan tadi. Terima kasih sudah membantuku,"
Pemuda itu hanya mengangguk canggung dan tersenyum tipis.
Naisha menunduk malu, rasa canggung di antara mereka berdua membuat mereka kehabisan kata-kata dan menjadi salah tingkah satu sama lain.
lalu mata Naisha tak sengaja menangkap bet nama di seragam pemuda itu "CHAE BAMBY."
Seketika hatinya bergetar.
“Oh… jadi cowok ini namanya Bamby? Lucu juga namanya,” benak Naisha setelah mengetahui nama pemuda tersebut.
***
Di malam harinya, di meja belajar. ia teringat dengan apa yang baru saja ia alami. Ia pun membuka diary sambil tersenyum sumringah, pulpennya mencoba mengukir aksaranya di atas kertas buku diary tersebut.
Dear Diary....
Aku tak pernah menyangka, sebuah pertemuan singkat di dalam gerbong kereta itu… akan menjadi awal dari kisah yang terasa seperti melintasi ruang dan waktu untukku.
YOU ARE READING
Until I find you
FanfictionNaisha Aurora tak pernah menyangka hidupnya akan berubah hanya karena sebuah perjalanan singkat di dalam kereta. Sosok pemuda dengan gitar di punggung dan senyum yang hangat, Chae Bamby, hadir seperti takdir yang menabrak kesehariannya. Pertemuan se...
