lima

295 39 7
                                        

Matahari siang memantul di permukaan danau belakang markas, memecah ketenangan air dengan kilau menyilaukan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Matahari siang memantul di permukaan danau belakang markas, memecah ketenangan air dengan kilau menyilaukan. Angin berhembus lembut, membawa aroma dedaunan basah yang khas dari hutan sekitar. Prajurit berbaris rapi di tepian, wajah mereka menegang, tahu bahwa latihan di air selalu menguras tenaga lebih dari biasanya.

Kapten Lee berdiri di depan barisan, mengenakan kaos hitam yang melekat pada tubuhnya dan celana seragam lapangan. Topi hitam menutupi sebagian wajahnya dari sinar matahari, tapi sorot matanya tetap tajam, membuat semua prajurit terdiam. Di sampingnya, Letnan Na berdiri dengan tenang, sesekali memberi aba-aba kecil.

Renjun yang ikut berbaris menunduk, jantungnya berdetak tidak karuan. Dari sela-sela barisan, ia bisa merasakan tatapan Jeno-tatapan pria yang beberapa hari lalu mengungkapkan perasaannya, namun kini terasa dingin dan jauh. Ada dinding tinggi yang tiba-tiba Jeno bangun, membuat Renjun kembali merasa kecil dan rapuh.

"Huang Renjun!" panggil suara berat Kapten Lee.

Renjun segera menegakkan tubuh, berlari kecil. "Siap, Kapten!"

"Masuk ke Grup D."

Ia segera bergabung dengan regu yang mendapat jalur melewati rawa-rawa. Hatinya makin ciut. Dari semua jenis latihan, ia paling lemah di bagian ini. Air selalu menjadi kelemahannya.

"Renjun selalu buruk dalam latihan ini..." bisik Jaemin, yang berdiri dekat Jeno.

Tatapan Jeno beralih, matanya menajam, seakan menyuruh Jaemin diam.

"Aku hanya memberitahumu. Siapa tahu kau... penasaran," gumam Jaemin sambil menjauh, meninggalkan senyum tipis yang penuh arti.

Peluit Jeno berbunyi. Satu per satu prajurit melompat ke air, menciptakan cipratan yang memecah permukaan danau.

Hingga tiba giliran Renjun. Gadis itu berdiri di tepi, menggigit bibir bawahnya. Kedua tangannya mengepal, menahan getaran gugup di tubuhnya. Jantungnya seakan ingin meloncat keluar.

"Biarkan dia bersiap," bisik Jaemin pelan, seakan tahu betul pergulatan batin Renjun.

Namun peluit kembali terdengar. Jeno tidak memberi waktu lebih.

Renjun memejamkan mata, menarik napas panjang, lalu menenggelamkan dirinya ke air. Tubuh mungilnya segera terguncang oleh rasa takut yang bercampur dengan dinginnya air danau. Dari jauh, Jaemin melirik Jeno-ekspresinya sulit dibaca, namun sorot matanya tak pernah lepas dari Renjun.

"Kau sudah tidak menyukainya lagi, hah?" tanya Jaemin dengan nada menggoda.

Jeno tidak menjawab. Rahangnya mengeras, lalu ia melangkah menjauh, meniup peluit lagi seolah menyibukkan diri. Hanya Jaemin yang sempat mendengus kecil, heran dengan perubahan sahabatnya itu.

♔ × ♚

Istirahat siang. Prajurit duduk di rerumputan, beberapa tertawa kecil melepas lelah. Namun Renjun hanya duduk diam, tubuhnya lemah, wajahnya pucat.

[End] CHECKMATEWhere stories live. Discover now