hantu rooftop

38 11 7
                                        

Suster Melda: Nak Haikal, kondisi Galilea kritis. Segera ke rumah sakit.

Hanya satu pesan di tengah malam itu yang membuat Haikal tidak banyak ba-bi-bu dan langsung tancap gas menuju rumah sakit tempat Lea dirawat.

Ia berlari kencang, memecah keheningan rumah sakit yang kelam. Langkahnya sampai pada ruangan ICU, dokter-dokter masih mengambil tindakan. Tetapi tatapannya tertuju pada orang tua Lea yang berdiri dengan khawatir di luar ruangan.

Haikal tertegun tatkala netra ayah Lea menatapnya.

"Mau apa kamu ke sini?"

Haikal maju dengan gentar "Saya... Mau liat Lea, om."

"Untuk apa kamu liat anak saya?" Heru menatap Haikal dengan tatapan menyalak "Anak saya itu sekarat, kamu bisa bantu apa?!"

Haikal menelan ludahnya dengan susah payah "Saya... Cuma mau nemenin Lea—"

"UNTUK APA KAMU NEMENIN LEA?!" Heru membentak Haikal "Sebelum kenal kamu, Lea selalu nurut sama orang tuanya! Lea jadi sakit karena kamu!"

Haikal tidak berani menjawab. Ia menunduk dengan dalam. Ini adalah alasan mengapa Haikal tidak pernah datang ketika jam besuk dimulai, karena orang tua Lea pasti ada di sana.

"Sekarang dia koma, KAMU MAU DIA MENINGGAL?" Heru mendorong tubuh Haikal

"Saya ga pernah ada niatan untuk bikin Lea sakit, om..." Haikal menunduk "Selama ini Lea selalu keliatan senang sama saya..."

"Senang?" Heru mengangkat alisnya "Jelas dia senang! Kamu ajak dia main ke sana kemari sampai dia kelelahan, sampai dia lupa minum obat, sampai akhirnya sekarang... Lea koma. ANAK SAYA KOMA KARENA KAMU!"

Ibunda Lea hanya diam saja, sama sekali tidak membela Haikal seolah mereka berdua mentakdirkan Haikal untuk terpojokkan di sini.

"Saya..." Haikal tidak mampu meneruskan kalimatnya, Heru kembali mendorong tubuhnya

"Pergi kamu! Jangan kunjungi Lea lagi!" Heru menatapnya tajam "Saya ga sudi ngeliat muka kamu di dekat anak saya."

Haikal kini menatap ruangan Lea, dokter mulai keluar dari sana. Heru pun langsung menghampiri meninggalkan Haikal.

"Galilea berhasil melewati masa kritis... Tetapi masih kecil kemungkinan untuk sadar... Kami akan berusaha semaksimal mungkin, pak, Bu." Ucap sang dokter

Karenanya bahu Haikal merosot. Ia kini sudah lebih tenang karena setidaknya Lea berhasil selamat. Sebelum semuanya semakin runyam, Haikal berjalan menjauh.

Ia mengusap wajahnya kasar. Rasanya benar-benar lelah, mengapa semuanya tidak ada yang berjalan mulus?

Haikal terus berjalan, bukan ke parkiran, tapi ke area depan rumah sakit. Ia terduduk di pinggir jalan, menatap motor dan mobil yang berlalu lalang.

Rasa lelah dan sesak di dadanya tak mau hilang.

Ia bingung harus bagaimana.

"Abangg~"

Haikal berjengit kaget, melihat sosok tinggi besar berdandan seperti wanita. Ia mengerjapkan matanya.

"Abang keliatan sedih deh... Mau neng temenin??" Tanyanya, suaranya yang dihaluskan itu tetap tidak menutupi fakta bahwa dirinya laki-laki

Haikal menghela nafasnya "Maaf, mas—"

"Mas???" Ia memprotes "No no! Panggil eike Bella."

Haikal mendengus tak percaya "Maaf, Bella. Lagi pengen sendirian."

"Aduh aduh... Kalau ada masalah pengen sendirian... Pasti Abang Virgo ya?" Tebaknya dengan nada genit

Haikal menggeleng "Bukan. Saya Gemini."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: 3 days ago ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

#4 From : HaikalWhere stories live. Discover now