Bab 4

609 44 1
                                        

Hujan baru saja reda ketika Aqeela meninggalkan kelas tambahan sore itu. Jalan setapak menuju gerbang sekolah masih basah, aroma tanah bercampur dedaunan memenuhi udara. Ia ingin pulang cepat, tapi langkahnya terhenti ketika melihat sosok yang sudah terlalu familiar berdiri di dekat gerbang.

Harry.
Bersandar santai pada motor hitamnya, helm di tangan, mata abu-abunya menatap langsung ke arahnya.

"Naik," katanya tanpa basa-basi ketika Aqeela mendekat.
"Aku mau pulang sendiri."
"Aku nggak nanya," jawab Harry, nada suaranya tenang tapi tak memberi ruang penolakan.

Aqeela menghela napas, memilih diam dan akhirnya duduk di jok belakang. Sepanjang perjalanan, ia memikirkan kertas yang dilihatnya kemarin di perpustakaan. Kata-kata "Perjanjian Pernikahan" terus terngiang.

---

Mereka berhenti di taman kota yang sepi. Harry mematikan mesin motor dan turun.
"Kita harus bicara."
Aqeela menatapnya ragu. "Tentang apa?"
"Tentang kamu… dan aku."

Ia berjalan mendekat, langkahnya mantap. Aqeela mundur setapak, tapi Harry berhenti cukup dekat untuk membuatnya gugup.
"Aku tahu kamu lihat dokumen itu kemarin."
"Jadi itu benar? Kenapa ada namaku di sana?!" suara Aqeela meninggi.

Harry menunduk sedikit, menatap matanya dalam-dalam.
"Karena suatu malam… keluargamu setuju kalau suatu hari kamu akan jadi milikku. Mereka berhutang nyawa padaku, Qee. Dan aku nggak akan biarin mereka ingkar janji."

Aqeela membeku. "Itu gila. Aku bahkan nggak tahu kamu waktu itu!"
Harry tersenyum tipis, tapi tatapannya intens.
"Tapi aku tahu kamu. Sejak pertama kali lihat kamu, aku tahu… kamu yang kucari. Aku nggak peduli kalau itu terdengar gila. Aku cuma peduli satu hal—kamu tetap di sisiku."

---

Angin sore meniup rambut Aqeela, tapi yang membuatnya bergidik adalah nada suara Harry yang terdengar seperti ancaman sekaligus janji.

"Kamu mungkin nggak paham sekarang," lanjut Harry, "tapi aku selalu ada di belakangmu. Di sekolah, di rumah… bahkan saat kamu pikir sendirian, aku ada. Bukan buat menakut-nakuti, tapi buat memastikan nggak ada yang nyakitin kamu. Itu yang suami lakukan."

Kata terakhir itu membuat Aqeela terdiam. Ia ingin menyangkal, tapi sesuatu di cara Harry mengucapkannya membuatnya sulit berkata-kata.

Harry lalu meraih tangannya, menggenggam erat.
"Qee… aku nggak akan biarin siapapun memisahkan kita. Termasuk kamu sendiri."

Obsession: The HackerWhere stories live. Discover now