Bertemankan dinginnya malam yang berhembus tenang, Rion menyesap gulungan tembakau dalam apitan dua jemarinya dengan tarikan nafas lembut yang terlampau samar untuk dapat didengar.
Angin malam tengah melambai halus menyapa rahang tegasnya yang tak juga mengendur sedaritadi. Raga nya mungkin masih berpijak tenang pada lantai beton balkon, namun jiwa nya tengah ricuh berantakan akan tekanan yang bermuara dalam fikirannya.
Dinding rumah mereka malam ini terasa begitu tipis hingga suara Dokter Iana yang sedang sibuk memasangkan berbagai alat penunjang keselamatan pada tubuh ringkih Caine di sebrang ruangan sana terdengar begitu jelas dan nyata.
Khayalan tembakan yang telah ia layangkan kala itu membayang kentara pada angan nya. Mereka berputar liar seakan menyalahkan Rion atas tindakan gegabahnya yang telah tersulut emosi karena egonya terinjak oleh perkataan Kuro.
Rion mendecak pelan lalu meremat gulungan tembakau nya dalam genggaman erat. Salah satu tangannya tergerak menyugar surai ungu nya yang hambur tertiup angin pantai. Dinginnya malam menyelimuti tubuhnya begitu kencang namun Rion takbisa merasakan apapun selain penyesalan.
Bohong kalau Rion mengatakan ia tidak gila setelah mendapati Caine terbaring kaku menjadi korban penembakan yang seharusnya diisi oleh Marry Jane, belum cukup disitu rupanya Krow dan Jaki ditemukan di tengah hutan tak jauh dari gudang dengan keadaan pingsan.
Mereka telah disuntikkan racun hingga masih tak sadarkan diri sampai saat ini.
Kedua tangan Rion kini beralih meremat pembatas balkon kaca tersebut dengan kencang. Maniknya menyorot kosong menatap deburan ombak pantai. Separuh nafasnya mungkin tengah terbang tak menentu kemana arahnya, fokusnya begitu tak tenang sampai ia tak mendengar langkah kaki yang sedang berjalan mendekatinya dari arah dalam.
"Yon."
Yang dipanggil langsung mengedip cepat dan berdehem pelan. Kepalanya tidak bergerak sama sekali untuk menoleh karena ia tau kalau lelaki di belakangnya akan tetap melanjutkan perkataannya meski hanya respon singkat yang ia berikan.
"Krow sama Jaki ada kemungkinan bakal siuman besok pagi."
"Bagus."
"Iana bilang racun yang disuntikkan ke badan mereka termasuk racun ilegal yang harusnya masuk ke penahanan barang haram di Kepolisian."
"Hm."
"Mako, Riji, sama Funin lagi pergi ke suatu tempat dulu."
Tiada jawaban lagi dari sang lelaki bersurai ungu yang masih betah menatap kearah pantai dengan manik tanpa sorot kehidupan.
"Lu butuh sesuatu, Yon?"
"Butuh."
"Apa? Biar gua minta tolong ke Key sama Shannon pergi buat beli."
"Caine."
"Hah?" Gin mengedip bingung dengan kening mengernyit dan alis menukik tajam.
"Gua butuh Caine." suara itu kembali terdengar dengan semakin pelan bersamaan kepalan tangan sang surai ungu pada pembatas balkon kian mengerat.
Mau tidakmau Gin menggaruk kepala belakangnya bingung lalu memutuskan untuk mengeluarkan sebuah benda dari saku jaketnya dengan perlahan.
Ia melangkah maju hingga berdiri di sisi Rion, tangannya segera menyodorkan benda di tangannya tepat ke hadapan wajah Rion yang langsung tersentak kaget.
"Kacamata?"
"Punya Mami, di titipin ke Funin pas mereka dari Rumah Sakit. Jas dokternya Mami juga masih ada di mobilnya Krow. Gua ngerasa lu butuh ini deh buat jadi penenang lu dulu untuk sementara waktu."
YOU ARE READING
Red String Connected Us [RIONCAINE]
FanfictionCaine tidak pernah mengira kalau kesalahan yang dilakukan oleh keponakan kecilnya akan membawa perubahan besar dalam hidupnya. ⌗ b x b ⌗ g x g
Some Rest Will Heal You
Start from the beginning
![Red String Connected Us [RIONCAINE]](https://img.wattpad.com/cover/395828065-64-k812546.jpg)