Iana secara reflek membelalakkan matanya lebar dan membalikkan badannya dengan tergesa. Meski moncong besi senjata tajam itu kini berpindah menempel pada keningnya yang berpeluh, Iana tidak peduli.
Yang ia ingin tau secara jelas hanyalah tentang keadaan Caine sesuai dengan perkataan seseorang di hadapannya.
"Apa yang terjadi dengan Caine? Dia kenapa?"
"Dia tertembak, pada lengan dan dada. Kondisi kritis, perawat Rumah Sakit di Shandy Shore terlalu lamban dan bersekongkol dengan Pemerintah untuk diminta bungkam dan menangani pasien secara cepat."
"Apa maksudnya?! Oh, astaga. Caine.." kedua manik Iana pun kini berkaca-kaca menatap orang bertopeng iblis dihadapannya dengan penuh guratan pilu. "Siapa yang menembaknya? Caine tidak bersalah apapun! Siapa yang tega melakukan itu.."
Seseorang dihadapan Iana pun hanya terdiam membisu, namun todongan senjata tajam itu nya perlahan turun kearah bawah disusul helaan nafas berat dihembuskannya.
"Perintah dari seseorang bernama Kuro."
"No, what? Why?! Nggak mungkin! Astaga, Caine.."
Kedua lutut Iana terasa lemas dan hampir tak berdaya. Untungnya dua orang lainnya yang berada di sisi sang topeng iblis dengan sigap menahan lengan Iana agar perempuan itu tidak jatuh ke tanah.
"Saya berharap besar pada anda, Dokter Iana." suara berat nan tegas itu menyadarkan Iana yang tengah kalut setelah mendengar fakta yang membuatnya tak bisa berfikir jernih sedikitpun.
Iana menganggukkan kepalanya kencang lalu berusaha menahan rasa panas pada kelopaknya meski kedua maniknya telah menampung buliran bening yang siap jatuh menetes detik itu jua.
"Anda bisa mengandalkan saya asalkan Caine baik-baik saja. Saya berjanji bisa menyelamatkan Caine, kita tidak boleh kehilangan dia. Jangan sampai ada yang pergi lagi. Caine.. tidak boleh mendatangi Mimi.. tidak, tidak boleh.."
Perkataan Iana yang perlahan diucapkan dengan lancar pun semakin lama semakin pelan dan bergetar karena ia tak sanggup memikirkan kelanjutannya jika ia gagal.
"Kalo begitu, kita pergi sekarang, Dokter Iana."
"Tentu." Iana mengangguk dengan cepat penuh keyakinan kuat serta binar percaya diri dalam manik yang masih berlinang airmata.
Mereka bergegas pergi menggunakan kendaraan yang telah terparkir di bawah bayangan pada sudut bangunan Rumah Sakit. Iana dengan sengaja meninggalkan kendaraannya karena ia merasa akan berbahaya mengemudi dalam keadaan tidak stabil.
Iana mungkin akan di cap sebagai manusia bodoh karena telah mempercayai perkataan orang asing yang tidak ia kenal sama sekali, namun kalau itu semua terbayarkan dengan keselamatan Caine maka Iana rela untuk mengorbankan nyawa nya.
Tetapi anehnya Iana tidak merasakan adanya pergerakan berbahaya ketika berada satu mobil dengan orang-orang yang baru saja ia temui saat ini.
Entahlah, Iana menganggap fikiran waras nya tengah tertekan dengan emosional tinggi hingga membuat rasa takut atas keselamatannya tak lagi menjadi prioritas tertinggi dalam ingatannya.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.