Pembunuh Cahaya part 7,8

Start from the beginning
                                    

“Itu pernah terjadi satu kali.”

“Apakah dengan cinta?” Andre langsung bertanya skeptis, lelaki itu terlalu pandai untuk dibohongi.

Saira berdehem lagi kebingungan, lalu memutuskan untuk jujur saja, “Tidak. Itu terjadi karena Leo marah.”

“Oh Astaga.” Suara Andre tercekat. Lalu hening. Saira tahu Andre sedang meredakan emosinya. Kemudian lelaki itu berkata lagi dengan tegas dan marah, “Dia memperlakukanmu dengan sangat buruk, Saira. Kurasa sudah saatnya kau meninggalkannya.”

“Aku tidak bisa, Andre... bayi ini, dia anak Leo... aku tidak bisa meninggalkan Leo begitu saja, anak ini nanti tidak akan punya ayah.”

“Kau bisa.” Andre bergumam tegas, “Tinggalkan dia, Saira. Dia sudah memperlakukanmu dengan buruk, dari ceritamu setiap malam, ketika kau menangis dan meneleponku, aku sudah menahan diri untuk menyerbu rumah itu dan membawamu keluar dari sana. Kau selalu menahanku, tetapi sekarang ada bayi itu dan aku mencemaskannya, apakah Leo akan menyakiti bayi itu juga?”

Pertanyaan Andre menohok benak Saira, dia merenung, Apakah Leo akan menyakiti bayi ini juga? Saira tidak tahu. Dia tidak bisa membaca Leo.

Dengan sedih Saira menghela napas panjang, “Aku tidak bisa meninggalkan Leo, Andre...”

“Kenapa Saira? Tidak ada satu perempuanpun yang bisa tahan seperti dirimu, direndahkan dan tidak dipedulikan oleh suaminya seperti itu. Kenapa Saira? Kenapa kau bertahan? Apakah karena kau masih mencintai si brengsek itu?”

Saira tertegun, tidak bisa menjawab.

Sampai kemudian Andre menyadari kenyataan di balik keheningan Saira, “Oh Astaga, Saira. Kau masih mencintai Leo ya? Bahkan setelah seluruh perlakukan buruk yang dia timpakan kepadamu?”

Saira menghela napas panjang, Andre akhirnya menyuarakan kenyataan yang selama ini coba Saira sangkal. Dia memang masih mencintai Leo, amat sangat. Dan bahkan setelah kekasaran dan kekejaman sikap Leo kepadanya, Saira masih menyimpan itu, jauh di dalam hatinya yang perih dan terlukai.

Air matanya menetes, merasakan pedihnya cinta yang tak terbalas, “Maafkan aku Andre.” Suaranya bergetar karena tangis.

Andre menghela napas lagi dengan keras, “Kau tidak boleh seperti itu Saira, lemah karena cinta dan membiarkan dirimu ditindas tak karuan oleh suamimu. Ingat sekarang ada seorang anak di dalam perutmu yang membutuhkan perlindungan dan perhatianmu, dan kuharap, ketika kelakuan Leo sudah tidak bisa ditoleransi lagi, kau bisa mengambil keputusan tegas untuk meninggalkannya, demi dirimu dan demi bayimu.”

Saira mengernyit mendengar nasehat Andre. Dia menyadari bahwa kenyataan itu pada akhirnya akan datang. Kenyataan bahwa mungkin pada akhirnya dia harus meninggalkan Leo.

***

Leo pulang masih dengan hati berkecamuk, bingung harus berbuat apa. Di satu sisi dia merasa harus menjalankan apa yang disebutnya sebagai rencana balas dendam, tetapi di sisi lain, nuraninya memberontak mengingatkannya bahwa Saira sedang mengandung anaknya.

Dan Saira sedang menunggunya, menatapnya dengan matanya yang lebar dan indah di ruang tamu. Entah berapa lama perempuan itu menunggunya, bukankah dia seharusnya sudah tidur? Bukankah perempuan hamil seharusnya tidur cepat?

Leo melirik jam tangannya, sudah hampir jam dua belas, dia kemudian bergumam dingin kepada Saira, “Bukankah seharusnya kau sudah tidur?”

“Aku menunggumu, kita harus bicara.” Jawab Saira singkat, menatapnya penuh tekad.

Leo mengernyit. Kalau saja dia malam ini tidak pulang dan memutuskan menginap di rumah untuk Leanna, akankah isterinya ini menunggunya sampai pagi?

Pembunuh Cahaya - Green Daylight  [ colorful of love ] Novel EditionWhere stories live. Discover now