(03) - deeptalk.

174 28 0
                                        

┌☆๑•° Maaf apabila banyak typo berkeliaran disini. Oh ya, jangan copy, ya.°•๑☆┐

~-•°∆°•-~

Riji terbangun di pagi buta. Langit masih terlihat gelap, angin berhembus lembut, memberi rasa dingin yang tak begitu menusuk. Riji duduk di tepian ranjang, kemudian turun dan pergi menuju dapur rumahnya.

Riji melihat di meja makan terdapat sebuah buku. Ia membuka buku itu, lalu membacanya perlahan.

"Ini buku Diary-ku. Aku akan menceritakan semua kebahagiaanku disini. Terutama ketika aku bersama seseorang yang memiliki nama Riji Manveera. Semuanya sempurna bila ada dirinya. Mungkin saja, tanpa kehadiran dirinya, aku sudah tiada sejak dulu. Dia datang disaat aku sedang hancur-hancurnya. Aku teringat, saat itu, ia mengajak ku berbicara. Aku melepaskan semua beban hidup yang aku pikul. Dan dia begitu tenang mendengarkanku, caranya menghargai orang yang sedang frustasi membuatku mulai jatuh cinta dengannya. Aku rindu masa-masa kita masih bisa berbicara berdua, kita saling melepaskan semua beban satu sama lain. Aku ingin merasakan saat-saat itu lagi. aku rindu"

Demikian lah isi halaman pertama buku itu. Riji melihat itu mulai tersenyum. Ia kembali mengingat-ingat saat pertama kali bertemu dengan Gin, yang saat itu sedang di ambang kehancuran. Riji memberi kehangatan pada Gin, membuat Gin nyaman pada dirinya. Kemudian mereka sama-sama merasakan jatuh cinta. "Sungguh indah, aku juga sangat merindukan masa-masa itu.."

Riji menutup buku itu, kemudian mengusap wajahnya yang sedikit basah karena buliran air mata yang sempat jatuh ke pipinya. Ia beranjak ke dapur rumah itu. Kemudian mulai menyiapkan bahan untuk mereka sarapan nanti.

Singkat cerita, matahari mulai naik dari tempat sembunyinya, bertukar peran dengan bulan yang hendak bersembunyi juga. Gin terbangun karena sinar mentari yang menerobos masuk ke dalam kamar miliknya dan Riji.

"Hoam.., Riji udah bangun..?" Gumamnya dengan suara serak khas orang baru bangun tidur.

Pria dengan surai pirang keemasan itu akhirnya beranjak turun dari ranjangnya, lalu melangkah menuju ruang makan.

"Pagi, Gin. Tidurmu nyenyak?" Riji tersenyum ke arah Gin yang masih mengucek matanya.

"Ya.. jangan bilang kau bangun pagi-pagi buta, lagi?" Gin duduk di salah satu kursi yang ada di ruang makan tersebut.

Riji tertawa kecil, "Emang kenapa kalau aku bangun pagi-pagi buta? padahal di waktu itu aku bisa masak sarapan untuk kita."

Gin tersenyum tipis, masih mengumpulkan nyawanya. Kemudian menunggu Riji untuk duduk di dekatnya.

Riji yang menyadari Gin masih menunggu dirinya, segera menyelesaikan pekerjaannya, lalu duduk di dekat kursi Gin.

Mereka mulai sarapan bersama dengan makanan yang dibuat oleh Riji.

"Ini enak sekali!" Gin berkata setelah menelan sesuap makanan.

Riji tersipu, wajahnya memerah, kemudian tertawa. "Terimakasih.."

Mereka makan bersama dengan sangat lahap. Sampai makanan mereka akhirnya habis juga. Riji segera membersihkan sisa-sisa makanan mereka, lalu membawanya ke tempat cuci piring.

Saat hendak mencuci piring, dirinya dikejutkan dengan Gin yang langsung mengambil alih pekerjaannya. "Aku aja, Ji. Kamu udah kerja dari pagi buta."

Riji tersenyum, ia menggeleng pelan. "Bareng aja, ya?"

Gin menghela nafas pelan. Ia mendekatkan wajahnya pada Riji, kemudian tanpa aba-aba, ia mencium bibir Riji, singkat.

Riji terkejut setelah Gin berlaku seperti itu padanya. Kemudian Gin tersenyum lembut pada Riji.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 25 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Red String between us. (Ginji)Where stories live. Discover now