"Dua Matahari. Satu Bulan. Satu Takdir."
Min Yoongi tak pernah meminta tubuh ini. Wang Min tak pernah rela kehilangan takhta itu.
Dua jiwa yang selaras namun bertolak belakang, kini terperangkap dalam satu tubuh-saling menolak, saling mencakar dalam...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Langit pagi di atas istana masih kelabu ketika Wang Min duduk di atas takhta perak yang berlapis emas dan darah.
Hening menyelimuti Balairung Timur. Para menteri menunduk, dayang menahan napas, dan para penjaga menggenggam tombaknya lebih erat dari biasanya.
Di hadapan sang raja, seorang pemberontak bersujud dengan tubuh gemetar, tubuhnya luka, wajahnya penuh debu dan darah.
Kesalahannya berat. Tapi Raja Wang Min—yang terkenal arif dan bijaksana—tak pernah menjatuhkan hukuman dengan terburu-buru.
Ia memandang lelaki itu lama, sorot matanya tenang seperti danau tua.
Diam-diam, semua menanti perintah penggal, namun tak satu pun kata keluar dari bibir sang raja.
Lalu....
seperti retakan halus yang menjalar di permukaan cermin, sebuah getar aneh menjalar di udara.
Wajah Wang Min menegang. Matanya berkedip cepat. Dadanya naik turun… dan kemudian, sebuah senyum asing menyeringai di bibirnya.
Bukan senyum seorang raja.
Tapi milik seseorang lain—liar, congkak, dan penuh keangkuhan seorang penguasa.
Tubuh Wang Min sedikit condong ke depan. Bahunya lebih lebar dari biasanya. Suaranya rendah, tapi mematikan.
"Penggal kepalanya."
Tajam. Tanpa jeda. Tanpa keraguan.
Balairung menjadi sunyi seperti kuburan. Para menteri saling pandang, gamang. Tapi perintah adalah perintah.
Saat kepala sang pemberontak menggelinding ke kaki takhta, seseorang—entah dari langit, entah dari dalam tubuh itu sendiri—tertawa pelan.
Dan di dalam dada Wang Min, tabir lama akhirnya robek.
Satu jiwa menyeruak dari dalam dirinya—dan ia tak akan kembali tidur begitu saja.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Hi... 😃😃
Segini cukuplah yaa, untuk prolog.. mwehehehe.. Sudahkah ada yang menebak apa yang sedang terjadi di persimpangan antara cerita season satu dan season dua ini?
Ssstttt....
Biarkan takdir mereka membisikkan kisahnya perlahan.
Bagaimana dua jiwa bisa selaras dalam singgasana...
Bagaimana kegelapan akan menelan mereka...
Dan bagaimana bulan akan menangis menyelamatkan mentarinya...
Salam hangat. mochitataa 💜🙇♀️
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.