Prolog

6 2 0
                                        


Di dunia yang dipenuhi oleh sihir, setiap orang dilahirkan dengan sebuah batu sihir yang memiliki kekuatan unik. Ada yang memiliki batu dengan kekuatan biasa, namun ada juga yang dianugerahi kekuatan luar biasa. Tapi di antara semua batu sihir, ada satu yang tak tertandingi "batu Peniru". Batu legendaris ini mampu meniru setiap kekuatan sihir lain, menjadikannya batu terkuat dan paling dicari. Hanya satu orang yang dapat memilikinya, dipilih langsung oleh batu itu sendiri.

Legenda tentang Batu Peniru tidak bisa dilepaskan dari kisah Kaisar pertama yaitu kaisar Amethion yang merupakan pemilik pertama dari batu peniru. Ratusan tahun yang lalu, kakek dari Kaisar Amethion meramalkan kelahiran seorang putra dari kerajaannya yang akan memiliki batu yang berbeda dari yang pernah dimiliki oleh raja-raja sebelumnya. Batu itu terbentuk dari serpihan batu sihir dari seluruh dunia, menyatu menjadi satu kekuatan besar. Ramalan itu berbunyi: "Jika batu ini jatuh ke tangan yang benar, ia akan membawa kejayaan besar bagi kerajaan. Namun, di tangan yang salah, hanya kehancuran yang akan datang."

Ketika Amethion lahir, ramalan itu terbukti benar. Pada malam kelahirannya, terjadi suatu hal yang menakjubkan, sebuah batu bersinar terang dari ruang tak terlihat dan memilih bayi Amethion sebagai pemiliknya. Namun, cahaya batu itu bukanlah cahaya yang menyilaukan. Sebaliknya, ia memancarkan kilauan abu-abu yang samar, tidak cukup terang, tetapi juga tidak sepenuhnya gelap. Cahaya yang ambigu ini membuat banyak orang bertanya-tanya apakah batu ini akan membawa berkah, atau justru bencana.

Dari sudut kerajaan yang gelap, ada seseorang yang mengawasi. Suara bisikan mengingatkan bahwa kekuatan besar juga membawa ancaman besar. Amethion tumbuh dengan harapan dan rasa takut di antara rakyatnya.

Ratusan tahun telah berlalu dari pemerintahan Kaisar Amethion, dan kini Setiap tujuh belas tahun sekali, Kerajaan Mirroria, kerajaan sihir terbesar dan terkuat di antara lima kerajaan sekutu, menyelenggarakan sebuah acara besar. Acara ini bukan sekadar festival, melainkan sebuah kompetisi yang akan menentukan nasib kerajaan dan keseimbangan dunia sihir. Dari seluruh negeri, tujuh pemuda terbaik akan dipilih oleh batu sihir mereka untuk bersaing, dengan hadiah terbesar adalah kesempatan menjadi kesatria pelindung kerajaan, dan mungkin... takdir Batu Peniru.

Mirroria memimpin lima kerajaan besar, Duplicaris, Geminara, Echoquartz, dan Mimethyst. Kelima kerajaan ini memiliki sejarah yang sama, terhubung oleh lingkaran sihir yang mendalam. Mereka dulu merupakan satu kesatuan yang dikenal sebagai Negeri Cermin, dipimpin oleh Kaisar Amethion, penguasa sihir terkuat sepanjang masa. Ratusan tahun yang lalu, perpecahan besar terjadi dalam sebuah tragedi yang dikenal dengan nama "Hari Jatuhnya Cermin".

Pada hari itu, Kaisar Amethion melakukan sesuatu yang tak terduga. Ia memecah Batu Peniru miliknya, kekuatannya yang paling berharga, dan memberikannya kepada lima orang kepercayaannya. Alasan di balik tindakan ini masih menjadi misteri hingga kini. Namun, salah satu dari mereka berkhianat, dan perpecahan pun terjadi. Negeri Cermin terbelah menjadi lima kerajaan yang saling berjauhan.

Sejak saat itu, setiap tujuh belas tahun sekali, Mirroria menggelar kompetisi besar untuk memilih kesatria-kesatria terbaik dari berbagai kerajaan. Mereka yang terpilih bukan hanya akan bersaing memperebutkan kehormatan, tetapi juga untuk menjaga keseimbangan antara kelima kerajaan. Kompetisi ini selalu dipenuhi dengan intrik dan bahaya, serta harapan.

Dan tahun ini, waktunya telah tiba.

Di dalam salah satu sudut Akademi Mirroria, sebuah pintu dengan papan nama "Rana" berdiri tanpa embel-embel nama keluarga di belakangnya. Tidak ada silsilah kebangsawanan, tidak ada garis keturunan besar yang menyertainya, hanya satu nama yang membawa harapan dan ketidakpastian sekaligus. Di ruangan yang hening, Rana berdiri diam di depan jendela kamarnya, matanya memperhatikan lapangan Akademi yang kini dipenuhi siswa-siswa yang tengah berkumpul. Suara obrolan dan tawa samar-samar terdengar, tapi di dalam hatinya, hanya ada satu suara, debaran menunggu.

Tangannya bergerak,menggenggam batu miliknya yang selalu terasa dingin di tangan. "Aku sudahberjuang sejauh ini," gumamnya pelan, seakan mencoba meyakinkan dirinyasendiri. Ada secercah harapan yang tersimpan dalam hatinya, harapan untukmenjadi salah satu dari mereka yang terpilih pada kompetisi kali ini. Dua puluhtahun ia menunggu momen ini. Pengumuman yang akan menjadi awal segalanya.

The IminatorWo Geschichten leben. Entdecke jetzt