"Tidak ada tempat lagi bagiku..."
Beomgyu berlari mendekat lalu berhenti saat melihat Pangeran Hueningkai mengarahkan belati itu tepat kearah jantungnya, "Kau selalu memiliki tempat di sini, Pangeran, kau masih bisa memperbaiki semuanya. Ketiga saudaramu tidak akan membiarkanmu sendirian!"
"Apa kau tahu seperti apa hidupku, Beomgyu? Sejak kecil aku selalu dianggap tidak memiliki potensi, semua orang selalu bilang bahwa aku tidak bisa diharapkan, tidak bisa diandalkan, aku selalu hidup dalam bayang-bayang mereka... ibuku adalah satu-satunya orang yang menyayangiku dan menganggapku berharga baginya,"
"Dan sekarang... ibuku telah ditahan di tempat yang tidak pernah aku bayangkan." Hueningkai menatap Pangeran Yeonjun penuh luka.
Pangeran Yeonjun menggeleng, "Kau juga sangat berharga bagi kami, Kai-ya!"
Tanpa sempat ada yang mencegah, belati itu telah menusuk jantungnya sendiri. Beomgyu segera berlari menangkap tubuh limbung Pangeran Hueningkai.
"Hueningkai!" seru ketiga pangeran bersamaan.
"Panggil tabib kerajaan!"
Mereka semua berlutut di samping tubuh lemah Hueningkai.
"Maafkan... aku...." kesadarannya mulai hilang perlahan, ia semakin tak kuat untuk sekedar membuka matanya.
"Tidak! Kau tidak boleh pergi seperti ini, Kai-ya, kau tidak boleh pergi sebelum kau menang bertarung pedang bersamaku. Aku akan membuatmu menang kali ini, tapi ku mohon buka matamu!!" teriak Pangeran Taehyun.
"Ku mohon.. kau adalah satu-satunya temanku disini!" Pangeran Taehyun terus menekan luka di dada Hueningkai, berharap darah itu akan berhenti mengalir.
Sementara Pangeran Soobin dan Pangeran Yeonjun mengalihkan pandangan mereka, linangan air mata telah membasahi pipi mereka. Tidak. Jangan lagi. Bahkan luka kehilangan ayah mereka belum sepenuhnya sembuh, kini harus menghadapi kehilangan yang lain.
Namun semua terlambat, tangan Pangeran Hueningkai telah terkulai lemas dalam genggaman Beomgyu, ia telah menghadapi ajalnya. Tubuhnya dingin dalam pelukan hangatnya. Lagi.
|
|
|
Udara lembab dan basah memenuhi ruangan penjara bawah tanah yang menjadi tempat Selir Isolde ditahan. Ia terduduk di ujung ruangan, bersujud berulang kali untuk mendoakan keselamatan dan kesuksesan rencana balas dendam yang dilakukan oleh putranya.
"Ku mohon biarkan dia selamat, biarkan putraku meraih kemenangan atas ketidak adilan di sepanjang hidup kami..." rapalnya terus menerus tanpa henti.
"Selir Isolde" panggil salah seorang penjaga.
Tanpa mengalihkan pandangannya sekalipun, Selir Isolde terus berdoa dan memohon dengan sungguh-sungguh.
"Pangeran Hueningkai.. meninggal. Ia baru saja menusukkan sebuah belati yang telah di olesi racun tepat di jantungnya sendiri."
Jantungnya bagai diremas kuat, kenyataan telah menampar telak dirinya. Masih tetap berada di posisinya, dengan suara yang bergetar kuat dan air mata yeng menetes deras, ia kembali merapalkan doa tanpa mau mempercayai apa yang baru saja dia dengar.
"Tidak! Putraku masih hidup. Tolong berikan dia kemenangan untuk segala usahanya..." gumamnya sambil terus menggosok telapak tangannya, memohon tanpa henti.
YOU ARE READING
Whispers Of The Throne |√
FantasyDi kerajaan Eryndor, takdir mengubah segalanya saat seorang pangeran terasingkan bernama Choi Beomgyu dipanggil kembali ke istana. Di tengah kekacauan, ketika ancaman muncul dari segala arah, Beomgyu harus menghadapi masa lalunya dan rahasia yang te...
~EPILOG~
Start from the beginning
