□ R E T A K 🍁 05 ✔️

Start from the beginning
                                        

"Appa,"

"Tetap saja, Areynaa sudah melakukan kesalahan."

Karunna memejamkan kedua matanya saat Hansyuk bersi keras dengan keputusannya. Ini bukan hanya tentang kenakalan Areynaa, tapi sepenuhnya Hansyuk sudah tahu jika putrinya itu berusaha untuk mencari sosok ibu dan ketiga saudaranya yang lain tanpa sepengetahuan Hansyuk.

Dan tentu saja, Hansyuk tidak akan pernah membiarkan semua itu. Dia harus bertindak tegas dan menghentikan semua keinginan Areynaa.

"Supir Jung, cepat kemasi dan masukkan semua barang-barang Areynaa ke dalam mobil."

Supir Jung hanya mengangguk patuh, sepenuhnya kembali membuat Ceynaa menangis dalam pelukan Areynaa. "Appa, tolong jangan melakukannya. Biarkan kak Areynaa tetap di sini, jangan memintanya untuk pergi."

Hansyuk masih mempertahankan keputusannya. Mengabaikan tangisan Ceynaa, bujukan Karunna dan bahkan permohonan dari Prishaa.

Areynaa sendiri tidak melakukan pembelaan apa pun. Tapi seolah terjebak dalam rasa bersalah karena sudah membuat saudaranya harus ikut terluka dengan keputusan Appa nya. Areynaa justru mengambil langkah yang membuat Hansyuk semakin marah.

"Tidak apa-apa jika Appa mengusirku dari rumah. Aku akan pergi, seperti apa yang Appa minta."

Hansyuk semakin mengeraskan tatapannya. Seperti yang sudah dia pikirkan, Areynaa lebih memilih untuk keluar sepenuhnya dari rumah ini dari pada harus menuruti keinginannya untuk pergi ke Kanada.

"Areynaa!"

"Kak Areynaa..."

"Areynaa, apa yang kau katakan?" Prishaa berusaha untuk meraih tangan Areynaa, menggeleng dengan permintaan penuh agar adiknya menarik semua kalimatnya. "Jangan membuat kakak kecewa. Sudah cukup, Areynaa, jangan tinggalkan Kakak!"

Areynaa tidak akan pernah bisa jika tanpa Prishaa, begitu pun dengan Ceynaa. Keduanya adalah alasan terbesar Areynaa untuk tinggal bersama di rumah ini. Tapi keinginannya untuk kembali utuh sepenuhnya sudah menjadi tekat Areynaa. Setidaknya Areynaa ingin Appa nya tidak bersikap egois. Putri Hansyuk bukan hanya mereka berempat, tapi ada ketiga saudaranya yang lain. Begitu pun dengan mereka berempat, yang sepenuhnya masih membutuhkan sosok Ibu yang selama ini sudah meninggalkan mereka.

"Cepat keluar dari rumah ini, jika itu memang keinginanmu!"

"Andwe! Kak Areynaa, jangan pergi!"

"Areynaa..."

"Appa!!"

Tidak ada yang bisa menghentikan keinginan Areynaa untuk pergi, begitu pun dengan kerasnya Hansyuk yang seolah tidak sudi untuk menahan kepergian putrinya sendiri. Sebagai sulung, Karunna bahkan tidak mampu melakukan apa pun saat Ceynaa terus meronta dalam dekapan Appa nya. Areynaa bahkan mengabaikan Prishaa yang selama ini tidak pernah adiknya lepaskan dalam pelukan atau pun genggamannya.

🍁🍁🍁

"Kakak! Kakak tunggu aku. Kak Zhenaa... tunggu aku!!"

"Jangan pergi. Jangan meninggalkaku!"

"Kak Azhenaa..."

Azhenaa semakin gelisah dalam tidurnya, namun gadis itu tidak kunjung mampu untuk membuka kedua matanya. Azhenaa terus bergumam lirih dengan peluh keringat yang semakin membanjiri wajahnya. Jemari Azhenaa seperti digenggam kuat tanpa mau dilepaskan sedikit pun.

"Arey— ugh!"

Azhenaa terbangun dengan rasa sakit yang begitu terasa pada kepalanya. Membuatnya sedikit mengerang dengan kedua tangan yang mencekram kepalanya sendiri.

"Kak Azhenaa enggak apa-apa?" Aranna yang memang tengah tidur bersama kakaknya langsung terbangung saat Azhenaa sedikit berteriak. "Kakak pasti mimpi buruk, ya?"

Aranna segera mengambil segelas air yang berada di atas meja tepat di sampingnya. Meminta pada Azhenaa untuk meminumnya perlahan, agar kakaknya bisa sedikit lebih tenang.

"Mianhae, kakak sudah membuatmu terbangun."

Arrana menggeleng pelan, kembali menaruh segelas air yang tersisa separuh di atas meja. Dia justru khawatir karena sekarang melihat dengan jelas bagaimana wajah Azhenaa yang sedikit pucat.

"Kak Azhenaa enggak lupa meminum obat kakak, kan?" Aranna bertanya sebelum beranjak untuk mengecek persediaan obat milik Azhenaa. Kakaknya sepenuhnya bergantung pada obat-obatan, tapi selama ini Azhenaa selalu menganggap sepele apa yang Dokter katakan mengenai kondisinya.

"Kakak sudah meminumnya," Azhenaa berusaha untuk mengenyahkan tatapan Aranna yang sudah menaruh curiga padanya. Tapi jujur saja, malam ini sebelum tidur Azhenaa memang sudah meminumnya.

"Jangan berlebihan Aranaa. Mimpi buruk tadi tidak ada hubungannya dengan sakit kakak. Hal yang wajar jika kita harus mimpi buruk saat sedang tidur kan?"

Aranna menghembuskan napas beratnya, kembali mendekat pada kakaknya sebelum memberikan rengkuhan peluk pada tubuh Azhenaa. "Aku hanya khawatir. Aku enggak mau kalau kak Azhenaa terus sakit."

"Kakak baik-baik saja," Azhenaa mengusap penuh hangat pada wajah Aranna. "Akan selalu baik-baik saja selama kakak bersama dengan kalian. Terlebih... bersama dengan adik kakak yang penuh dengan perhatian ini."

Aranna semakin mengeratkan pelukannya, seolah tidak ingin melepaskan tubuh kakaknya sedikit pun. Hal berharga yang akan selalu Aranna jaga sepenuh hatinya, bahkan lebih dari dia menjaga dirinya sendiri.

"Kakak tidak tahu, sampai kapan kakak akan bisa bertahan. Hanya saja... kakak memiliki keinginan besar untuk bisa mengingat sepenuhnya. Kakak benar-benar merasa tidak sepenuhnya utuh walau pun selama ini... kakak sudah memiliki kalian."

to be continued!!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

to be continued!!

Bogor, 10 Mei 2025

🍁🍁🍁

Sepi bgt!! Sayang buat lanjutin ini mah❤️‍🩹

R E T A K ✔️Where stories live. Discover now