Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Sudah larut malam, tapi entah kenapa Arubby masih begitu terjaga tanpa bisa memejamkan kedua matanya. Semakin dibalut oleh gejolak amarah yang tidak kunjung mereda karena pikirannya terus tertuju pada sosok Areynaa. Sejak pertama kali bertemu, gadis liar itu selalu berhasil menyulut kekesalannya. Dan seolah waktu terus memberikan kesempatan, Areynaa justru menjadi teman sekelasnya yang semakin mengusik ketenangan Arubby.
"Sialan! Kenapa aku terus memikirkan gadis liar itu?! Yak!" Arubby menendang selimutnya sendiri, hingga jatuh begitu saja pada lantai kamarnya.
"Arubby, jangan bersikap kasar. Dia hanya ingin meminta maaf dan berusaha untuk mengganti barangmu yang rusak."
"Kak Azhenaa benar, lagi pula kenapa kau harus semarah itu padanya?"
Kedua saudaranya bahkan membela gadis itu. Azhenaa dan Aranna tidak tahu saja jika Areynaa adalah sampah kelas yang sangat liar. Mereka bahkan tertipu dengan sikap melas Areynaa yang berusaha untuk meminta maaf padanya. Karena tingkah bodohnya yang bertengkar di dalam kelas, gadis itu sudah berhasil merusak jam tangan kesayangannya. Benda berharga milik Arubby, pemberian Yuhnaa Eomma nya sebagai hadiah ulang tahunnya tahun lalu.
"Lihat saja, aku tidak akan memaafkannya begitu saja!"
Arubby kembali mengumpat sembari menatap pada langit-langit kamarnya. Ada kehampaan yang begitu asing, tiba-tiba memeluknya dengan seluruh pikirannya yang sepenuhnya tetap tertuju pada seseorang yang sama.
"Dia benar-benar mengusikku, tapi kenapa... ada hal yang seperti sangat aku kenal saat menatapnya?"
Arubby mengusap kasar wajahnya sendiri. Kali ini mengumpat kasar pada dirinya sendiri yang kelewat bodoh karena terus terusik oleh seseorang yang sudah berhasil membuata begitu benci.
"Areynaa Lee! Jangan pernah berpikir jika kau bisa terus mengusikku dengan semua tingkah sampahmu!"
🍁🍁🍁
"Appa, bisa kah kita membicarakan semuanya dengan perasaan yang tenang? Aku hanya tidak ingin Appa akan menyesal dengan semua keputusan Appa."
Hansyuk mengepalkan kedua tangannya dengan tatapan dingin yang tetap menghias pada wajah tegasnya. Sebagai seorang Ayah, juga orang tua tunggal untuk keempat putrinya, Hansyuk memang begitu keras tanpa bisa dibantah sedikit pun. Dia melakukan semua itu demi masa depan mereka yang tentu saja sudah Hansyuk rencanakan sebaik mungkin.
Tapi nyatanya diantara mereka berempat, entah kenapa Areynaa selalu saja membangkang dan tidak pernah berhenti membuat ulah untuk menyulut kemarahannya.
"Areynaa memang salah, tapi tidak sepenuhnya dia sengaja melakukan hal itu. Karunna memiliki bukti, teman Areynaa yang lebih dulu melakukan kekerasan padanya." Hansyuk melihat dengan jelas bagaimana tubuh Areynaa yang lebih dulu dihajar oleh Jovanca. Areynaa tersulut emosi karena Jovanca yang mengoloknya sebagai anak tanpa ibu. Kenyataan menyakitkan yang begitu dibenci oleh Areynaa.