Dia melangkah masuk dengan cepat, namun, sebelum bisa menuju tempat yang tepat, suara langkah kaki yang lebih banyak terdengar di luar. Mereka sudah tiba.
Eiden berlari ke meja utama, tubuhnya terasa terhuyung karena kelelahan. Namun, di saat yang sama, ada rasa keyakinan yang muncul—jika dia bisa mengakses komputer ini, semua akan selesai. Komputer tua yang hanya tersambung dengan kabel tua, namun menyimpan segala informasi yang harus dijaga dengan nyawanya.
Namun, detik berikutnya, pintu ruang server terbuka dengan kekuatan yang mengerikan. Tembakan pertama melesat ke udara, menghancurkan kaca jendela yang ada di dekatnya. Eiden melompat ke sisi meja, terlindung dari peluru yang meluncur.
"Profesor!" suara komandan terdengar menyayat. "Sudah waktunya bagi Anda untuk berhenti!"
Keringat dingin mengalir di pelipis Eiden, namun dia tak bisa berhenti. Di balik meja komputer tua itu, tangannya bergerak cepat, menekan tombol-tombol dengan sigap. Layar monitor berkedip-kedip, dan suara bising mesin semakin mengganggu konsentrasi. Waktu terasa berjalan sangat cepat, sementara pintu ruang server semakin terancam terbuka.
Setiap detik sangat berharga. Chip itu—ciptaan yang selama ini dia sembunyikan, yang bisa mengendalikan dunia jika jatuh ke tangan yang salah—harus diamankan. Di layar, data yang harus diambil terlihat seakan-akan mulai memudar, sistem komputer perlahan melemah akibat upaya peretasan yang dilakukan tim luar. Mereka semakin dekat.
"Jangan biarkan mereka mendapatkan ini..." gumamnya, mulutnya terasa kering. Jari-jarinya mengetik lebih cepat, menggali data yang terdesak dalam sistem. Semua akses yang pernah dia bangun selama bertahun-tahun ini berputar di ujung jari, tapi dia tahu, jika terlambat, semua ini akan sia-sia. Ini adalah akhir dari segalanya—bagi dunia, dan untuk dirinya sendiri.
Tiba-tiba, suara tembakan yang memekakkan telinga terdengar lebih keras dari sebelumnya. Di luar ruangan, langkah kaki yang semakin dekat menambah beratnya suasana. Tak ada waktu lagi. Data itu harus disalin ke perangkat yang lebih aman.
Dengan gemetar, Eiden menghubungkan drive eksternal yang sudah dia siapkan sebelumnya. Chip itu terbenam dalam perangkat keras, menyelamatkan segalanya dalam sekejap. Sebuah file besar terunduh, dan di dalamnya, adalah kunci untuk masa depan—dan mungkin, kehancuran dunia.
Sebelum dia sempat menyelesaikan semuanya, sebuah teriakan keras menggelegar dari luar pintu. "Keluarkan diri Anda sekarang, Profesor! Jangan coba melawan!"
Suara itu datang dari komandan yang sudah menghentikan langkahnya di depan pintu. Wajahnya penuh kebencian, tapi ada juga sedikit kekhawatiran. Mereka tahu betapa pentingnya penemuan itu. Profesor Eiden tahu, jika dia tidak keluar segera, mereka tidak akan memberinya kesempatan untuk pergi hidup-hidup.
Tangan Eiden gemetar, tapi dia berhasil menekan tombol "enter" dan menyelesaikan proses transfer data. Dengan satu gerakan cepat, dia menarik drive eksternal itu dan menyembunyikannya di balik saku jasnya. Ini adalah satu-satunya kunci untuk menghentikan semua ini.
Namun, saat dia berdiri dan hendak menuju pintu, suara tembakan kembali terdengar, kali ini lebih dekat, tepat di belakangnya. Satu peluru menghantam dinding dekat bahunya, hampir saja membuatnya terjatuh. Dalam refleks, Eiden menunduk, berlari ke pintu belakang ruangan, yang terbuka dengan deringan logam yang keras.
Begitu dia keluar dari ruang server, udara dingin menyapu wajahnya. Lorong-lorong yang biasa tampak biasa, kini terasa seperti labirin yang tak berujung. Di luar, hujan rintik-rintik sudah mulai turun, menambah gelapnya malam yang penuh tekanan. Malam itu terasa sepi, meskipun penuh dengan bahaya.
YOU ARE READING
I'm not Ai
HorrorBagaimana jika Ai yang awalnya hanya sebuah program hanya bisa melakukan pekerjaan sesuai batas data tiba tiba menjadi hilang kendali bahkan mengendalikan seluruh kota demi melindungi seorang gadis yang sekarat?!.
Prolog
Start from the beginning
