Malam itu, di dalam gedung Viki AI yang megah, segala sesuatu terasa begitu sunyi. Lantai marmer yang mengkilap memantulkan cahaya lampu neon yang redup, sementara lorong-lorong panjang seolah menghisap suara, menambah kesan bahwa setiap langkah terasa terlalu keras. Gedung besar itu, yang pada siang hari berfungsi sebagai pusat inovasi dan teknologi, kini berubah menjadi labirin kegelapan yang dipenuhi ketegangan.
Profesor Eiden, yang biasanya tenang dan terkontrol, melangkah hati-hati, menghindari setiap suara yang bisa mengkhianati keberadaannya. Wajahnya pucat, namun penuh tekad. Di balik jaket laboratoriumnya, chip kecil itu—ciptaannya—tersembunyi, seperti harapan terakhir bagi masa depan yang sudah berada di ambang kehancuran.
Suara langkah kaki terdengar mendekat. Eiden membekap napasnya, bersembunyi di balik dinding lorong yang gelap, matanya tajam mengamati setiap gerakan. Sudah lama dia tahu, malam ini adalah malam terakhirnya. Malam di mana ia harus memilih: apakah hidup untuk menjaga penemuannya tetap aman, atau mati dan membiarkan dunia jatuh ke tangan yang salah.
"Dia ada di sini, teruskan pencarianmu!" suara komandan terdengar dari kejauhan, menusuk udara malam yang tegang.
Eiden menahan diri. Matanya beralih ke arah pintu yang tak jauh di depannya—ruang server yang dijaga ketat, tempat data dan penelitian rahasia disimpan. Itu adalah satu-satunya tempat di mana dia bisa menghentikan semua ini. Namun, setiap lorong yang harus dilalui penuh dengan penjaga yang siap menghadangnya. Kejaran ini sudah dimulai sejak saat ia memasuki gedung ini—tak ada tempat untuk lari.
Dengan gerakan yang hampir tak terdengar, Eiden menatap ke arah kanan, di mana cahaya samar terlihat dari lorong berikutnya. Dia tahu, di sanalah pintu masuk ke ruang server berada. Satu-satunya kesempatan adalah melalui jalur belakang, yang lebih sempit dan terhindar dari pengawasan langsung.
Dia mengambil langkah pertama, berlari pelan namun pasti, setiap gerakannya dihitung. Langkah kaki yang mendekat semakin keras, semakin dekat. Napasnya terengah, namun dia tak bisa berhenti. Sesaat, dia menyelinap ke lorong sempit yang lebih gelap, merunduk untuk menghindari deteksi.
Di sudut, suara itu terdengar lagi. Suara kaki yang berderap semakin cepat. Dua sosok berlari di koridor utama, hanya berjarak beberapa langkah dari tempat dia berada.
"Di belakang, cepat!" perintah seorang pria dengan suara berat.
Tembakan terdengar, menghantam tembok di sebelah kiri Eiden. Sejumlah debu beterbangan, dan kertas-kertas yang tersebar di meja jatuh ke lantai. Eiden tersentak, refleks bersembunyi di balik dinding beton yang dingin. Tubuhnya dipenuhi rasa cemas, tapi pikirannya tetap fokus. Dia harus bergerak cepat. Mereka sudah mendekat.
Dalam hitungan detik, Eiden meluncur ke sisi lorong lain, menghindari deteksi. Kali ini, lorong itu lebih gelap, namun ia tahu jalur ini sudah dipilih dengan sempurna. Di ujung lorong, ada sebuah pintu yang tidak terkunci. Itulah jalannya, pikirnya.
Namun, sebelum ia sempat sampai ke pintu itu, langkah kaki yang lebih berat mendekat. Pintu di depannya terbuka, dan seorang penjaga muncul, hampir berhadapan dengannya. Mata Eiden seketika mengira-ngira, tubuhnya terdiam, namun tak ada waktu lagi.
Dengan gesit, dia melompat ke samping, menyelinap melewati penjaga yang terkejut. Penjaga itu hanya sempat mengeluarkan teriakan pendek sebelum Eiden menekan tombol di dinding, menutup pintu yang memisahkan mereka.
Tepat saat itu, pintu ruang server sudah di depan matanya. Eiden memandang ke sekeliling, memastikan bahwa tidak ada lagi yang mengikutinya. Dengan jantung berdebar, ia menyentuh panel pintu. Sebuah suara klik terdengar, dan pintu terbuka perlahan, mengungkapkan ruang gelap yang dipenuhi dengan tumpukan perangkat keras dan layar komputer besar yang menyala, mengeluarkan suara dengungan mekanis.
YOU ARE READING
I'm not Ai
HorrorBagaimana jika Ai yang awalnya hanya sebuah program hanya bisa melakukan pekerjaan sesuai batas data tiba tiba menjadi hilang kendali bahkan mengendalikan seluruh kota demi melindungi seorang gadis yang sekarat?!.
