Till terdiam.
Ivan? Siapa Ivan?
Nama itu terdengar familiar, tapi kosong di kepalanya. Seperti ada sesuatu yang hilang—sesuatu yang sangat penting, namun tak bisa ia ingat.
---
Beberapa bulan berlalu. Till masih menjalani kehidupannya, tetapi ada sesuatu yang terasa ganjil. Ada celah dalam ingatannya yang tidak bisa ia isi, seperti bagian dari dirinya yang hilang.
Suatu hari, saat ia sedang membereskan kamarnya, sebuah buku sketsa jatuh dari rak. Ia mengambilnya dan mulai membalik-balik halamannya.
Dan di sanalah ia menemukannya.
Sebuah sketsa wajah seseorang yang sama di setiap halamannya—seorang lelaki dengan senyum samar dan tatapan teduh.
Jantung Till berdetak lebih cepat. Jemarinya gemetar saat menyentuh gambar itu. Kepalanya berdenyut, telinganya berdenging, darah mengalir dari hidungnya, dan tiba-tiba, kenangan yang selama ini terkunci mulai kembali.
Perlahan, satu per satu potongan kejadian berputar di kepalanya.
Danau.
Ivan yang duduk di tebing.
Percakapan mereka.
Kecelakaan.
Till terjatuh ke lantai, napasnya tersengal. Air mata mulai menggenang di matanya, lalu mengalir deras.
"Ivan..."
Kenapa dia bisa lupa? Bagaimana bisa seseorang yang begitu penting baginya menghilang begitu saja dari ingatannya?
Till menangis tersedu-sedu, tangannya menggenggam buku sketsa erat-erat.
---
Beberapa hari kemudian, Till mengumpulkan keberanian untuk mengunjungi rumah lama Ivan. Rumah itu kosong sejak kepergian pemiliknya, tapi masih ada beberapa barang yang tertinggal.
Till berjalan menuju ke kamar Ivan. Saat ia membuka kamarnya, terdapat sebuah boneka yang berdebu dan buket bunga yang sudah layu di atas meja belajar Ivan.
Kemudian mengalihkan pandangannya ke sebuah lemari yang ada tak jauh dari meja belajar. Ia berjalan mendekati lemari itu berharap mendapat sesuatu yang bisa mengobati rindunya.
Saat ia membuka lemari itu, ia menemukan beberapa hadiah pemberiannya, koleksi novel Ivan yang sudah berdebu dan sebuah buku harian dengan namanya tertera di halaman sampulnya.
Ia mengambil buku harian itu. Jari-jarinya gemetar saat membukanya, isi bukunya semua tentang perasaan Ivan ke dia. Dan di halaman terakhir tertulis sebuah catatan sederhana.
"Till, ada sesuatu yang mau aku bilang ke kamu nanti, setelah aku bawa kamu jalan-jalan."
"Sebenarnya aku udah nge-ide dari dulu, tapi aku gak pernah berani."
"Aku udah dari lama suka sama kamu, Till."
"Aku gak tahu ini bakal diterima atau gak, tapi yang penting, aku mau kamu tahu."
"Kalau, aku sayang sama kamu, Till."
Till tidak bisa lagi menahan tangisnya. Ia menggenggam buku itu erat-erat di dadanya, membiarkan air matanya jatuh tanpa henti.
Ivan mencintainya.
Dan Ivan seharusnya mengatakannya malam itu.
Tapi Ivan sudah pergi.
Suaranya, tawanya, tatapannya—semuanya kini hanya tersisa dalam kenangan yang pernah ia lupakan.
Till menutup matanya, membiarkan rasa sakit itu memenuhi hatinya.
Di luar jendela, langit senja terlihat begitu indah. Senja yang seharusnya menjadi saksi cinta mereka. Senja yang tak akan pernah kembali.
Hati Till kosong, terisi hanya dengan penyesalan yang tak pernah terucap. Selama ini, ia berpikir waktu akan memberikan kesempatan.
Namun waktu justru mengambil semuanya, meninggalkan ruang hampa yang tak bisa diisi kembali. Sekarang, dia hanya bisa menatap langit yang senja, merindukan sosok yang sudah tak bisa ia raih lagi.
"Kenapa aku baru sadar, Ivan? Kenapa aku baru mengerti sekarang?" pikir Till dalam isak tangis yang semakin dalam. Sebuah pertanyaan yang takkan pernah terjawab.
-
Tahukah kamu, kalau kamu tidak bisa menekan tombol bintang sambil bernafas.
Gomen, kemarin key nda sempat update karena sibuk 🙏🏻🙏🏻🙏🏻
YOU ARE READING
HUJAN • IVANTILL (✓)
RandomYoai / Yuri / MPREG / Omegavarse ! Oneshoot / twoshoot tentang Ivan dan Till yang alurnya terinspirasi dari lirik lagu dan imajinasi author. © jungn0o - [221224 - 17O525] ɞ
'abadi'
Start from the beginning
