•••
Langit sore mulai menghangat dengan semburat jingga yang memantul di permukaan danau. Angin sepoi-sepoi mengusap dedaunan, menciptakan suasana damai yang selalu membuat Ivan dan Till betah berlama-lama di tempat ini.
"Kita harus sering-sering ke sini, ya," kata Till, bersandar pada batang pohon besar sambil memejamkan matanya dan memeluk tasnya.
Ivan, yang sedang duduk di atas batu besar dekat tebing, mengalihkan pandangannya dari kota yang terhampar di bawah sana. "Iya. Rasanya tenang banget, kan?"
Till menatap Ivan dalam diam. Matanya mengamati setiap detail wajah sahabatnya—garis rahangnya, rambutnya yang sedikit berantakan diterpa angin, tatapannya yang tenang saat menatap cakrawala.
Tanpa berpikir panjang, Till mengeluarkan buku sketsa dan pensil dari tasnya. Dia mulai menggoreskan garis-garis halus di atas kertas, menangkap setiap ekspresi yang terpahat di wajah Ivan.
"Lagi gambar apa?" tanya Ivan setelah beberapa saat.
Till tersenyum tipis. "Rahasia."
"Alaah, pasti aku, kan?" Ucap Ivan dengan enteng.
Till hanya tertawa kecil, tidak mengiyakan tapi juga tidak membantah. Ivan mendesah sambil menatap langit yang semakin memerah.
"Till, ada sesuatu yang mau aku bilang nanti, setelah kita sampai rumah."
Till meliriknya dengan penasaran. "Kenapa gak sekarang aja?"
"Nanti aja." Ivan tersenyum samar. "Aku mau ngomongin ini di tempat yang lebih pas."
Till mengangkat bahu. "Ya udah, sok misterius banget sih jadi orang. Biasanya to the point."
Mereka menikmati sore itu lebih lama, sampai akhirnya matahari tenggelam sepenuhnya. Till menatap sketsa yang baru saja ia selesaikan. Wajah Ivan tertangkap sempurna di atas kertas, tatapannya yang teduh, dan senyum samar yang selalu membuat Till merasa nyaman.
Tanpa sadar, dadanya menghangat.
Saat mereka pulang, jalan raya lebih ramai dari biasanya. Till duduk di kursi penumpang, mengamati jalanan dengan santai, sementara Ivan mengemudi dengan fokus.
"Ivan, tadi kamu mau ngomong apa, sih?" Tanya Till penasaran.
Ivan menoleh sekilas, lalu tersenyum kecil. "Sabar, nanti kalau kita sudah sampai rumah aku bakal bilang kok. Soalnya barangnya ada di rumah."
Namun, takdir berkata lain.
Tiba-tiba, suara klakson keras terdengar, diikuti oleh kilatan lampu yang menyilaukan. Ivan refleks membanting setir, tapi semuanya terjadi terlalu cepat. Dentuman keras menggema, kaca mobil pecah berkeping-keping, dan dunia berubah menjadi gelap.
---
Till membuka matanya, kepalanya terasa berat. Pandangannya buram, suara samar-samar terdengar di sekitarnya. Ada orang-orang berpakaian putih, suara alat medis berbunyi, dan wajah-wajah asing yang membuatnya kebingungan.
"Dimana... aku?" suaranya serak.
Dokter di sebelahnya menghela napas. "Kamu mengalami kecelakaan. Dan... maaf, temanmu, Ivan... dia tidak selamat."
YOU ARE READING
HUJAN • IVANTILL (✓)
RandomYoai / Yuri / MPREG / Omegavarse ! Oneshoot / twoshoot tentang Ivan dan Till yang alurnya terinspirasi dari lirik lagu dan imajinasi author. © jungn0o - [221224 - 17O525] ɞ
