Ternyata, Janji masa kecil yang Alleia dan Theo Ucapkan semasa mereka masih kecil dulu,
beberapa tahun kemudian terlaksana.
Namun, tak seantusias saat mereka berdua
mengucapkan janji pada saat itu, kini
mereka berdua malah mati-matian menolak
untu...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Halo, tampan. Sudah lama tidak berjumpa" Sapa Celeste saat ia baru saja masuk ke dalam ruang kerja Theo, di sanalah Theo melayani pelanggannya, membuat tatto tatto yang indah. Wanita itu sudah sering pergi ke sana untuk dibuatkan tatto oleh Theo, sudah tiga kali, dan ini yang keempat kalinya.
"Halo Celeste, bagaimana kabarmu?"
"Tidak begitu baik, aku kira kau tidak akan kembali ke tempat ini lagi"
"Tentu saja aku akan kembali, aku tidak mau mengambil risiko jika nanti tempat ini kau obrak abrik" Theo berbicara dari arah belakangnya, sedang mempersiapkan segala perkakas untuk membuat tatto. Sarung tangan, Mesin tatto, tinta, jarum serta kertas transfer gambar sudah disediakannya.
Celeste tergelak mendengar jawaban Theo.
"oh iya, kau mau minum apa?" tanya Theo, yang saat ini telah duduk di sebelah Celeste.
"Air putih saja"
"Apa aku buka sekarang?" Celeste pun bersiap untuk menaikkan roknya ke atas, karena saat ini ia ingin ditatto pada bagian paha kiri bagian atas hampir ke arah pinggul. Tatto seekor ular, dengan corak bunga penuh warna, begitu cantik.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Mau aku beri saran?" Theo menawarkan, Celeste memerhatikan Theo yang berada di sampingnya "Sebenarnya, gambar ini lebih indah jika dibuat di lengan bagian atas, atau di punggung bagian tengah" Celeste tampak berpikir, mempertimbangkan pendapat Theo.
"Terima kasih, tapi aku sudah mempertimbangkannya sejak lama. Aku tetap ingin di bagian ini saja." Celeste menujuk ke arah yang mau ditatto
Theo mengangguk, ia tidak akan membantah keinginan pelanggannya. Celeste pun Menaikkan rok mininya, agar Theo dapat segera menjalankan pekerjaannya.
Tak lama, Lana pun masuk mengantarkan minuman untuknya, lana gugup saat melihat Theo menyentuh Celeste untuk memulai pekerjaannya.
"Ini minuman anda nona" Lana meletakkan nampan yang berisi satu botol minuman mineral, beserta satu gelas kosong di dalamnya ke atas meja kecil yang ada di sebelah kanan Celeste. Sering sekali Lana menahan diri agar tidak membicarakan hal ini kepada Theo, ia kerap merasa cemburu saat melihat Theo membuat tatto kepada pelanggannya yang mayoritas wanita-wanita cantik dan seksi. Termasuklah Celeste, wanita itu sangat cantik, tubuhnya begitu sintal. pria mana, yang tidak akan tergoda, pikirnya. Namun, kembali lagi itu hanyalah sebuah pekerjaan, Theo pun selalu profesional dalam menjalankan tugasnya. "Tahu dirilah... Lana! kau itu hanya berteman dengannya, tidak ada hakmu untuk cemburu kepadanya" Lana mencoba berpikir lurus. Ia pun langsung keluar setelah mengantarkan air itu.