Part 3 >> Nucleus

158 11 0
                                        

Live Oak, P.M 04:00

Autor's POV

Aroma rerumputan hijau menyambut bersamaan dengan rintihan pepohonan hutan diterpa angin menambah suasana khas pedesaan. Suasana sejuk yang jauh dari bising kendaraan, jauh dari polusi udara yang menyesakkan, jauh dari aktifitas sehari hari yang membosankan.

Di sudut pepohonan, dibalik bersahabatnya hutan, berdiri sosok yang memiliki mata semerah batu delima. Menatap tanpa ekspresi, mengamati, memperhatikan setiap gerak gerik tanda kehidupan yang tak ia kenali, bahkan tak ia harapkan kedatangannya. Ia terus mengamati tanpa suara dibalik rindangnya pepohonan. Tak mereka sadari, bahwa bahaya sedang mengintai mereka.

Elly's POV

"akhirnya kita sampai juga"

Kucium bau udara yang segar, bau kayu hutan yang khas, bau unik bunga bunga yang tumbuh liar. Kuliahat kakak perlahan membuka pintu rumah kami. Rumah ini masih sama seperti saat kami tinggalkan. Benar benar sama dengan ingatan yang selama ini aku pegang.

"kak, aku ambil alih yang atas yah?" ucapku dengan bersemangat.

Kulihat kakak ku dan peter saling tukar pandang, kemudian kakak mengangguk tanda memperbolehkanku tanpa lupa mengulum senyum manis merekah di bibirnya.

Tak basa basi aku langsung menaiki tangga kayu di ujung ruangan untuk menuju ke ruangan atas dengan menenteng koper koperku.

Sesampainya diatas ternyata sangat gelap, lebih gelap dari perkiraanku, sehingga aku memelankan langkah ku, meletakkan koperku di depan sebuah eemh.. pintu besar menuju ke kamar kurasa.

Aku memutuskan untuk mencari tombol lampu. Sembari meraba-raba tembok aku mencari tombol lampu tapi tak kunjung ketemu, aku memajukan langkahku menyusuri lorong gelap dengan sangat berhati - hati, mencari cari di belakang sebuah lemari tua yang besar dan berbau apek. Aku meraba dan mencari dengan seksama, berharap menemukan benda yang mirip dengan tombol lampu. Ah aku menemukan sesuatu, semakin dalam aku meraba dan kurasakan benda tersebut, dingin dan.. eemh aneh sekali, ia memiliki 5 sisi yang tajam, dan..

aku tersadar dan terjingkat beberapa langkah kebelakang sehingga "buukkk klik" menabrak tembok yang sekaligus tak sengaja memencet tombol lampu yang ternyata berada di belakangku.

Cahaya lampu remang remang menyinari tubuh gugupku.
"punggung tangan yang dingin dengan kelima kuku yang panjang" ucapku lirih diikuti dadaku yang berdebar karena syok.

"Apa yang ku pegang tadi?" Ucapku lagi dalam hati. Tangan kiriku memengang tangan kanan ku yang masih gemetar. Ada perasaan aneh dalam pikiranku.

"ah mungkin hanya halusinasi akibat terlalu lelah" tangkis ku sendri.

Aku pun kembali kedepan pintu besar tempat aku meletakkan koperku, segera memungutnya dan membawanya masuk ke dalam kamar lamaku.

" kreteeek"

Suara pintu terbuka ini membuatku seakan dibawa ke settingan di film - film horror.

"mustahil" ucapku tak percaya dengan menatap penuh rasa tanya.

Kamar ini masih sama persis seperti 3 tahun yang lalu. Tak ada satupun yang berubah. Yang membuatku makin terheran heran adalah disetiap mataku memandang menelusur dan mencari, tak ada sedikitpun debu atau sarang laba - laba yang ku temukan.

"bagaimana bisa kamar ini tak kotor sama sekali, apakan kakak menyewa pembersih rumah setiap tahun untuk membersihkan rumah kecil ini?" gumamku sendiri.

Aku berjalan menuju ranjang putihku, menjatuhkan koper koperku disamping ranjang, dan menghempaskan pantatku di ranjang itu, berusaha menghilangkan perasaan heran ini.

"ah.. aku lebih baik membereskan barang barangku dulu." gumamku sendiri.

Aku mengeluarkan barang barangku kecuali pakaian. Mulai berhamburan kesana kemari untuk menempatkan barang ku di tempat yang seharusnya. Aku memang sengaja tak mengeluarkan pakaian ku. Entahlah aku lebih suka ia tetap tertata rapi didalam koperku.

Saat semua sudah selesai aku baru menyadari kamarku ini gelap, lebih gelap dari pada saat aku meninggalkannya dulu. Aku memicikkan mata dan memandang kesana kemari mencari sesuatu yang janggal, senyumku mengembang.

"ini alasannya mengapa kamarku menjadi gelap ternyata" aku menghampiri cendela yang cukup besar di dekat meja riasku.

Ku buka kelambu yang setia menutupi cendela ini. Secerca cahaya memasuki ruangan kamar yang ukurannya tak terlalu besar tapi sangat nyaman. Seketika pemandangan hutan yang tak jauh dari rumah terlukiskan di kaca bening yang tak seberapa mulus ini. Tanganku tak tahan untuk membuka cendela.

"wussh" angin sengar menyambutku. Kupejamkan mata sambil merasakan sensasi luar biasa yang tersuguh dirumah ini.

Mataku terbuka dan kini aku menelusur melihat deretan pepohonan dibawah yang tingginya menjulang sampai atas. Jarak rumah kami dengan pepohonan rindang itu memang tak terlalu jauh, hanya sekitar 15 meter atau lebih.

Tak sengaja mataku bertemu sesuatu yang ganjil di balik pohon besar deretan pertama. Disana ada seseorang yang terdiam mematung. Tak ada gerakan darinya. Ia seperti memerhatikan rumah ini. Aku menelusur . dia terlihat memakai jubah hitam kemerahan, tak jelas ia wanita atau pria.

wajahnya sangat indah, entah cantik entah tampan, aku memicikkan mata menelusur lebih jauh, tapi kini tatapannya telah berubah, ia sekarang menatapku tajam, seperti ada rasa sakit di ulu hatiku ketika ia menatapku. Mataku tak sanggup berpaling darinya seperti terhipnotis menatap mata merahnya yang sedikit berkilau diterpa cahaya matahari.

Tak sadar badanku mundur perlahan, dada ku berdegup kencang hingga sakit rasanya. Aku memegangi dadaku dengan kedua tanganku. Tiba tiba..

Kurasakan tangan dingin nan berbuku - buku tajam menyentuh pundak ku, sontak aku berhenti dari mundur seribuku. Aku sangat ingat rasa dingin yang menyentuhku ini. Kakiku lemas. Ingin aku berlari tapi malah hanya mematung di tempat.

"Elly??" panggil seseorang dibelakangku. Suara yang tak asing bagiku itu membuatku tersadar dan sontak membalikkan badan serta mundur kembali kearah cendela.

"kakak, kapan kakak kesini?" tanyaku sembari menyembunyikan wajah kalutku.

"baru saja. Apakah kau sudah selesai dengan bagianmu Elly? Kalau sudah bantu kakak menata meja makan yah, sebentar lagi waktunya makan." Celoteh kakak dengan senyum mengembang.

"oh.. iya kak sebentar lagi yah, aku akan merapikan diriku dulu sebelum turun" tuturku.

"baiklah, bergegaslah sayang, kau pasti tak sabar mencicipi masakanku" ucap kakak dengan lembut.

"iyah kak" jawabku sembari mengulum senyum tipis.

Kakak berangsur meninggalkan ku. Ku beranikan diri menoleh untuk melihat kembali patung hidup tadi. Tapi ia sudah tak ada, lenyap entah kemana. Perasaan takutku berubah menjadi perasaan penasaran.

***

hai lagi, autor baik yah, update 2 part sekaligus.
oh yaa.. di mulmed ada rekayasanya Elly (khayalan autor) kurang lebih kayak gitu siih.. tapi susaah nyari yang seperti bayangan Autor :'(

kalau ada yang ganjil mohon dikoment yah..
kalau suka mohon di vote..
support kalian membuat saya bersemangat untuk melanjutkan cerita pertama saya ini.

happy Reading

DH

Memory in My WorldWhere stories live. Discover now