1

7.1K 258 4
                                    

Hujan kala itu sangat deras. Aku tak bosan menatap ribuan butir air jatuh ke bumi. Beberapa temanku mungkin sudah membersihkan diri di rumahnya masing-masing. Namun aku, masih di sekolah menunggu hujan berhenti. Ditemani dengan laki-laki itu, laki-laki yang tak pernah bosan mendengar ceritaku, yang selalu sabar menghadapiku, yang sangat ku percaya. Bahkan dari seluruh laki-laki yang ku kenal, hanya dia yang terbaik. Tak pernah ku duga bahwa aku akan dapat teman sebaik dirinya, dan aku bersyukur dapat mengenalnya.

"Lira, kamu mau sampai kapan di sekolah? Ini sudah terlalu sore,"

Aku menoleh dan mendapati dirinya sedang menatapku dengan tatapan marahnya. Aku tahu, ia tak suka jika aku terlalu lama bermain di sekolah, apalagi hari sudah terlalu sore. Aku tertawa dan menggeleng.

"Nanti, Ri. Kalau kamu mau pulang, duluan saja,"

"Terus, maksudmu aku akan rela meninggalkanmu disini sendiri dengan berjuta butir air itu?"

Aku mengangguk. Memang mengapa jika aku bermain air hujan sendiri? "Hei, ini sangat indah bukan? Oh ayolah, jangan terlalu kaku, Ri."

Fahri hanya merengut kesal, aku tahu ia sangat ingin aku pulang. Ia adalah orang yang sangat peduli dengan sekitarnya. Se-ki-tar-nya, jadi tak hanya aku. Maka dari itu, aku beruntung mengenalnya. Kini ia hanya bersandar pada dinding, menatapku kesal.

"Okey Fahri, aku mengalah. Aku akan pulang sekarang,"

Ia tersenyum dan mengangguk senang. Akhirnya, kami pulang bersama walau hanya sampai pintu gerbang sekolah, karena arah rumah kami yang berbeda. Bahagiamu itu bahagiaku, Ri.

One Star HopesWhere stories live. Discover now