LINE I

164 16 0
                                        

Entah sudah berapa lama Ruka menahan kepalanya agar kuat menghadap ke arah samping, karena tidak menyangka hari ini dia akan bertemu dengan orang yang paling dihindari semenjak Rora mulai bertingkah. Disebelahnya tengah duduk Vivian dengan anggun mendengarkan segala ocehan ketua panitia pesta sekolah yang akan diadakan bulan depan, berkat kesuksesan Ruka dalam menghandel kelompok tarinya dan Vivian yang sangat piawai dalam urusan hias menghias berakhir Ruka dipilih menjadi ketua dekorasi dengan Vivian sebagai wakilnya.

Suara Ruka sudah habis untuk mempertahankan pendapatnya yang enggan menjadi tim dengan Vivian sejak kemarin, namun si ketua osis masih kekeuh berpegang pada keputusan awal.

Rora sudah berulang kali meminta Ruka untuk mundur bukan hanya perkara Sungchan namun dia takut jika Vivian melukai sahabatnya.

"Denger ngga apa yang gue bilang Ruka?!", Jihoon menegur Ruka yang tampak ogah-ogahan mendengarkan penjelasannya.

Ruka menggeleng diikuti suara buangan napas kasar dari Jihoon.

"Gue ngga peduli, lo urus itu dekorasi bareng Vivian dan tim lo yang lain! Gue minta besok sore konsepnya udah jadi!"

Setelah mengatakan hal tersebut dengan suaranya yang meninggi, Jihoon menutup rapat perdana untuk panitia pesta sekolah. Anggota lainnya bergegas pergi meninggalkan ruang pertemuan karena jam pulang sudah molor sejak satu jam yang lalu.

Vivian masih dengan tenang memberesi alat-alat tulis yang ia gunakan untuk mencatat setiap hal yang Jihoon tugaskan, Ruka hanya tidak mengerti mengapa mencatat hal tersebut memerlukan bolpoin dengan segala warna dan hiasan lainnya yang bahkan tidak ada sangkut paut dengan isinya.

"Ini no hp gue" jari Vivian menggeser secarik kertas berisi nomor telepon miliknya, dia yakin 100 persen Ruka tidak akan pernah meminta padanya.

Ruka hanya melirik sekilas tidak ada niatan sedikitpun mengambilnya, "Lo aja yang urus semua, gue mau ngundurin diri" tolak Ruka tegas.

Baru saja Ruka akan beranjak meninggalkan ruangan tiba-tiba kalimat yang muncul dari mulut Vivian berhasil membuatnya berhenti dan berbalik badan memasang wajah penuh amarahnya, "I Know, orang-orang yang bersalah ngga akan berani berhadapan sama masalah mereka"

Ruka meremas tangannya cukup geram dengan apa yang dilanturkan oleh Vivian.

"Gue ngga mau lo jadi ikut-ikutan Rora benci sama gue dan begitu juga sebaliknya"

DUG

Vivian berjalan dengan sengaja menabrakkan bahunya pada bahu Ruka, dia hanya tidak suka perkara kisah cinta gila sahabat Ruka dan Sungchan malah mengacaukan hal yang penting seperti pesta sekolah ini.

....

Wonbin berkacak pinggang di ujung lorong dengan mulutnya yang terus mengomel menunggu Rora yang tak kunjung selesai setor hafalan Bahasa Inggris pada Miss Vega. Otak gadis itu hanya dipenuhi Sungchan, Sungchan, dan Ren Meguro sampai akhirnya menjadi tidak berguna.

"Gue tinggal ya lo! Goblok kok ngga kira-kira!"

Rora mengacungkan jari tengahnya pada Wonbin, mulutnya masih terus berusaha merapal 2 baris kalimat yang masih belum menempel diingatannya. Kalau saja tadi dia tidak terkecoh dengan video-video si tampan Ren Meguro mungkin dia tidak akan berakhir disini.

"Nunggu siapa Bin?"

Suara halus milik seseorang yang begitu dikenal Wonbin menyapa telinganya, bibirnya langsung melengkung saat melihat si jangkung berjalan mendekat. Anton masih rapi dengan parfum yang masih sangat semerbak dari badannya datang dengan menenteng sepatu miliknya. "Noh" Dagu Wonbin menunjuk kearah Rora.

Mata Anton mengikuti arah kemana dagu lancip Wonbin menunjuk, cukup terkejut melihat Rora dihukum didepan ruang guru.

"Otaknya ngga berguna sama sekali. Heran gue", gerutu Wonbin.

Anton terkekeh.

"Kalau gue samperin, kira-kira gue digampar apa ngga"

Sontak Wonbin menempelkan punggung tangannya pada dahi Anton, "Sehat lu?" Wonbin jelas keheranan.

"Sehat. Makanya gue nanya gue kalau kesana bakal digampar apa ngga" ucap Anton sekali lagi.

Tangan segera menunjukkan sign mempersilahkan Anton untuk berjalan menuju tempat Rora, "Silahkan kak Anton".

"Sungchan udah balik?" Tanya Anton memastikan.

"Udah, tadi dia izin ngga bisa nganter si princess pulang. Nah ini makanya gue jadi korbannya"

"Ngga jadi ah"

Hah?

Kira-kira itu adalah kata yang keluar dari mulut Wonbin saat Anton memutuskan tidak jadi menghampiri Rora. "Kenapa? Datengin aja biar kapok dia" Wonbin masih tidak terima, padahal dia sudah sangat senang Anton mau mengambil langkah awal mendekati Rora.

Anton menepuk dada sebelah kirinya sebanyak dua kali, "Hati gue belum siap berantem sama Sungchan" jelasnya.

"Alay. Cupu lo emang dari dulu"

Cibiran Wonbin tak diambil pusing oleh Anton, setelah itu mereka berdua terlibat percakapan singkat diakhiri oleh Anton yang mulai berjalan meninggalkan Wonbin di lorong sendirian.

"YEYYYYYY!"

Rora lari jingkrak-jingkrak menghampiri Wonbin yang sudah tidak peduli lagi karena kepalang kesal menunggu, tangan Rora segera merangkul lengan Wonbin yang sudah berjalan mendahului dirinya. "Aslinya ini gue bisa futsal sama anak komplek tapi ngga jadi gara-gara lo" gerutu Wonbin.

"Halah paling juga kalah, cowok lembek kaya lo ditendang juga nangis"

"ANJING EMANG LO YA!"

Suara tawa bergema sepanjang perjalanan menuju parkiran dengan Wonbin yang juga terus memaki Rora.

Sebuah bayangan mengintai mereka dari tempat yang tidak jauh, ujung bibir laki-laki itu sedikit naik melihat kekonyolan dua saudara dengan drama mereka yang tidak habis-habis sejak dulu.

Anton menghembuskan napas berat sebelum akhirnya benar-benar beranjak meninggalkan sekolah.

The Plot and The Twist -SUNGCHAN X RORA-Where stories live. Discover now