"Nana kalo gak mau minum terus maunya apa?" sentak Mikayla yang sudah tidak bisa menahan emosinya.
"T- tolong ambilin minum, Ra- Raga." pinta Nakala masih dengan napas yang susah payah dia atur dan isakan yang perlahan mulai lolos dengan lirih.
Ketika Raga beranjak untuk mengambil air yang baru, Mikayla menatap Nakala dengan tatapan kosongnya. Perlahan air matanya juga turut berjatuhan.
Hugo yang sadar akan keadaan lantas meminta Mikayla untuk keluar dari kamar.
Mikayla bawa gelas berisi air yang tidak diterima oleh Nakala sebelumnya. Hugo masih mencoba menenangkan Mikayla yang menangis dalam diam.
Sebenarnya, semuanya sudah tahu bahwa ada yang tidak baik-baik saja antara Mikayla dan Nakala mengingat Mikayla sempat menangis dan meninggalkan waiting room begitu saja di One Republic setelah mereka menyanyikan EP baru mereka.
Belum lagi fakta bahwa Mikayla tidak menemani Nakala sepenuhnya selagi anak itu dirawat di rumah sakit.
Namun, tidak ada yang berani menanyakan mengenai apa yang terjadi sebenarnya. Sebab, mereka percaya bahwa baik Mikayla maupun Nakala akan terbuka dengan sendirinya jika mereka merasa siap untuk membagikan ceritanya.
"La," panggil Hugo ketika Mikayla mulai terduduk begitu saja di lantai dingin di sebelah pintu kamar Nakala.
Dapat mereka dengar samar-samar usaha Jaresh dan Raga yang mencoba menenangkan Nakala dan suara tangisnya yang memilukan siapapun yang mendengarnya.
"Lo tau Jeanne siapa?" tanya Mikayla yang masih belum juga mengangkat kepalanya. Dia peluk erat-erat kedua lututnya seraya menenggelamkan wajahnya dalam.
Melihat Hugo yang tidak kunjung merespon tanyanya, Mikayla merasa benar-benar dibodohi. Mengapa semuanya jahat kepadanya? Apakah pernah Mikayla melakukan hal yang membuatnya pantas mendapatkan segala yang dia alami saat ini?
"Siapa, Hugo?" cecar Mikayla.
"Anak production album lama." jawab Hugo pelan.
"Lo tau ada apa antara Jeanne dan Nana?"
Hugo menggeleng.
"Bullshit, Hugo!" desis Mikayla dengan tatapan dinginnya ke Hugo.
"Demi Tuhan, Kayla. Gue gak tau. Gue yakin Raga dan Jaresh juga gak tau."
"Gue lihat chat mereka waktu gue nganter HP Nana ke One Republic. Pulangnya gue minta kejelasan ke Nana tapi dia gak jelasin apa-apa. Kenapa ya- Hugo- kenapa-" Mikayla memejamkan matanya untuk kemudian kembali menenggelamkan wajahnya di balik jari-jari lentiknya. "Kenapa untuk sekedar marah aja gue merasa gak sanggup? Kenapa waktunya harus gak tepat gini? Kenapa juga gue gak bisa pergi gitu aja?"
Hugo menatap Mikayla lekat-lekat. Ingin rasanya dia meminta Mikayla untuk lebih memahami keadaan, namun permintaan itu terasa terlalu egois. Ingin juga Hugo meminta Nakala untuk menyelesaikan kericuhan yang sudah dia buat, namun itu terasa terlalu menggampangkan keadaan yang begitu menyulitkan saat ini.
Mikayla dibiarkan menangis begitu saja, tetap dengan Hugo yang di hadapannya selagi menerka apa yang sebenarnya terjadi antara Nakala dan Jeanne.
TBC
be stong, my beloved mikayla and nakala :(
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.