Meratapi kepergian Mario, Mikayla mulai mempertanyakan hal yang tidak seharusnya dia cari jawabannya.
Jika hubungannya dengan Mario, apakah dia akan disakiti seperti ini?
Jika hubungannya dengan Mario, apakah dia akan diduakan seperti ini?
Jika bukanlah dengan Nakala, apakah cerita pahitnya akan tetap sama?
***
Sepulangnya dari kampus, Mikayla mengiyakan ajakan Hugo, Raga, dan Jaresh untuk menengok Nakala. Sebenarnya Mikayla tidak terlalu ingin bertemu Nakala, namun dia tidak bisa menolak untuk bertemu dengan teman-teman Nakala yang sudah Mikayla anggap sebagai teman dekatnya juga.
Hugo berjalan keluar tepat ketika Mikayla selesai memarkirkan mobilnya di belakang mobil Hugo.
"Gimana tangannya?" sapa Mikayla.
Hugo yang menunggu di ambang pintu hanya tersenyum seadanya, tanda bahwa tangannya belum juga mengalami perubahan dari sebelumnya.
Menerima respon itu, Mikayla menepuk lengan Hugo guna memberinya kekuatan.
Di meja makan sudah ada Raga dan Jaresh yang sedang menyantap nasi dan salmon. Di hadapan mereka berdua sudah ada satu porsi penuh yang diperuntukkan untuknya.
Melihat itu, Mikayla bergabung di meja makan yang hanya dipenuhi suara dentingan alat makan yang saling beradu.
Masih tanpa obrolan, ponsel Jaresh memecah keheningan karena panggilan masuk dari Nakala. Melihat itu, mereka bergegas menuju kamar Nakala yang berada tidak jauh dari ruang makan.
Mikayla menahan langkahnya dan membiarkan ketiga teman Nakala mengurus lukanya. Nakala tampak terengah dengan keringat yang sudah membasahi wajah dan punggungnya. Tangannya lantas meremat kemeja Raga ketika menyadari temannya itu sudah ada di dekatnya. Dengan sabar, Jaresh tanya apa yang dirasa Nakala dan apa yang sekiranya dapat diupayakan agar sakitnya mereda. Di ujung kasur, Hugo menenangkan Nakala dengan memberi tepukan penenang di kakinya yang tertutup selimut.
Mikayla sunguh ingin menangis. Dia remat jaketnya erat-erat karena hatinya sangat pedih menyaksikan bagaimana Nakala sedang meringis kesakitan. Lebih sakitnya lagi, rasa iba itu bercampur dengan sedih yang masih melekat mengetahui fakta bahwa dia baru saja diduakan dengan perempuan lain tempo hari yang lalu.
"Kayla, boleh tolong ambilin air?" tanya Jaresh.
Setelah membalasnya dengan anggukan, Mikayla bergegas ke dapur untuk segera mengisi gelas dengan air. Sesampainya di kamar Nakala, dia berikan gelas itu ke Jaresh yang masih menopang badan Nakala.
"Enggak-" tolak Nakala.
"Air, Na, minum," jawab Hugo.
"Eng- gak-" ulang Nakala dengan napas yang semakin putus-putus. "T- tolong ambilin, Ga," pinta Nakala ke Raga yang masih menggenggam tangan kirinya.
"Iya nanti diambilin. Sekarang minum dulu yang ada." jawab Raga.
Nakala kembali menggelengkan kepalanya.
Karena merasa tidak tahan lagi, Mikayla mengambil alih gelas itu dari Jaresh untuk kemudian duduk di sebelah Raga. Dia dekatkan gelas itu ke mulut Nakala yang mulai sedikit membiru. "Minum sekarang."
"La," panggil Hugo.
"Minum sekarang gak Nakala? Minum!"
Nakala mulai menangis menahan kesal dan rasa sakit yang tidak ada habisnya. Dia sembunyikan wajahnya di pelukan Jaresh. Tidak lama, Mikayla kembali mengarahkan wajah Nakala untuk menatapnya dan menerima air yang sudah dia tawarkan sejak tadi.
defeated
Start from the beginning
