"Ibu, Teo takut." Ucapnya begitu putus asa.
"Ke sini Teo. Peluk ibu," ucap ibunya berdiri dengan tangan akan memeluk.
Teo yang sempoyongan itu mendekatinya namun dia merasakan darah di hidungnya. Teo mimisan dia berhenti sejenak seketika melihat ibunya kembali telah berubah menjadi mahluk itu perempuan itu yang jelmaan siluman. Dia memiliki lidah panjang sedang menjilati mulutnya seakan lapar.
Teo terbelalak kembali dan berlari menjauh ke dalam hutan hingga suara teriakan dari sosok itu marah. Teo kabur sebisanya hingga menabrak seakan badan penuh bulu di hadapannya itu membuat dirinya terjatuh telentang. Sosok itu tak terlibat jelas karena kabut dan masih samar-samar.
Tinggi dan melambaikan tangannya yang seperti ranting kurus. Tinggi seperti pohon. Teo membelalakkan matanya hingga suara teriakan amarah sosok itu kian dekat Teo akan bangun namun sosok tinggi itu mengeluarkan suara seperti sirine dalam dan dengkuran.
Teo terbelalak badannya bergetar namun suara itu membuat sosok itu diam bahkan berjarak dengan Teo. Sosok itu, perempuan itu tampak mengerikan bahkan. Lidahnya panjang sekali menyeret tanah dan dia setengah telanjang dengan payudara yang panjang rambutnya acak-acakan dan sepunggung.
"Milikku...." lirih sosok itu.
Teo bangun dan akan kabur namun dia pening dan terjatuh tak sadarkan diri. Keheningan itu menciptakan suasana yang seram. Bagi dia keheningan membawanya ketenangan karena dia bisa sendiri merasakan apa yang namanya quality time sendirian.
Teo terbangun kaget. Dia melihat sekelilingnya hanya kabut tipis dan beberapa pohon tinggi menjulang namun yang dia sadari adalah mahluk itu? Perempuan itu.
Teo memeluk kedua lutududuk meringkuk seraya pasang mata dengan gerakan sekitar. Sebuah apel jatuh dari atas membuatnya jantungan namun dia senang menyentuhnya dengan dahan kayu yang dia temukan di sisi.
Itu buah segar dan kepalanya kejatuhan apel lagi. Teo mengendusnya merasakan rasa aroma dari apel itu dan itu benar-benar buah. Dia menggigitnya karena lapar dan buahnya begitu manis sekali dia tersenyum senang memakannya habis.
Lima buah apel dia makan bahkan terdengar aliran sungai setelah dia menajamkan pendengarannya. Dia langsung bergegas ke arah sana seraya menajamkan penglihatan karena nyatanya rabun namun dia masih bisa melihat rada jelas sekitar.
Dia tersenyum riang melihat aliran sungai yang jernih. Teo mengusap wajahnya dengan air dan meminumnya karena haus. Hingga sinar hangat matahari menyentuh dahinya dia melihatnya.
Teo terkesima melihatnya. Begitu indah rupanya dia berada di lereng gunung tebing dan di bawahnya begitu lebat hutan hijau yang subur. Aliran sungai itu adalah air terjun mereka jatuh ke bawah. Bahkan kupu-kupu bertebaran di mana-mana mereka mendekati Teo itu bahkan terlalu indah.
Teo berteriak dengan puas namun, tanahnya seperti gempa. Dia merasakan itu mengubah tatapannya menjadi waspada melihat ke belakang dan terlihat mahluk tinggi setinggi pohon mahluk itu tangannya panjang dan kurus namun tidak terlihat kepalanya.
Namun itu mengerikan. Teo menjatuhkan apel di tangannya dan berteriak sekencang-kencangnya karena takut. Itu memicu gempa yang aneh suasana hutan seperti montase berganti cepat dengan mendung dan kabut muncul. Aliran sungai yang jernih itu berubah warna merah dan dan hitam pekat.
Teo menjauhi berlari sekencang-kencangnya pohon-pohon yang hijau mengering dan rontok daunnya berjatuhan mengenai tubuh namun setiap berjatuhan, daun berubah berupa teriak yang lirih.
Teo berhenti dia menangis dan benar-benar putus asa. Dia bahkan melihat apel di kantung celananya menjadi seperti buku babi. Teo pasrah dia menangis melihat bulu babi di tangannya menusuk kulit tangannya.
JE LEEST
Positif
HorrorMenceritakan tentang Teo, seorang mahasiswa sekaligus karyawan shift yang hidup dalam intropert. Dia pembenci keadaan dengan dirinya sendiri yang berbeda dan menjadi intropert. Rasa ketakutan dia dan rasa bencinya kecewanya menjadi satu. Dia penakut...
Prolog
Start bij het begin
