#12 Bukan Benci Biasa

Start from the beginning
                                    

☆☆☆

"Eh!"

Aku mendengar seseorang berkata dari belakang punggungku. Siapa sih? Dasar erisik. Ini kan, sedang jam pelajaran! Emang sih, gurunya sedang keluar. Tapi, kan ....

"Eh! Eh!"

Siapa sih? Dengan kesal aku berbalik dan mendapati Arka, pemilik suara itu menyambutku heboh. "Emang elo?! Huahahahahaha."

Mukaku langsung merah padam. Arka semakin terbahak-bahak. Anjir. Sabar-sabar. Aku langsung mengacungkan tinjuku lalu balik badan.

"Eh emang elo deh," sergahnya panik. "Woi! Eh Tata jangan balik badan dulu! Gue mau nanya MTK! Woi!" Dia menepuk-nepuk bahuku heboh.

"Bodo amat!" Aku berkata tanpa berbalik.

☆☆☆

"Eh?"

Suara sialan itu lagi! Aku langsung berbalik dan berkata sewot. "Emang gue?! Puas lo?"

Benar. Arka langsung tertawa seperti orang kesurupan. Dasar sakit jiwa! "Eh, Ta."

"Apaan nyet?"

"Kenapa lo baik banget?" Dasar gaje. "Makasih ya udah ngasih gue contekan fisika tadi pagi." Oh. Tumben dia berkata tulus. Pasti sandiwara.

Mampus dia! Dia belum tau saja kalau contekan yang tadi aku kasih itu, belom selesai sampai ketemu jawabannya. Istilahnya sih, baru setengah jadi gitu. "Lo percaya jawaban gue?"

"Emang kenapa?" Dia bertanya curiga, lalu sadar sendiri. "Anjir! Lo curangin ya jawaban gue? Sumpah jahat mampus lo! Nggak nyangka gue!"

Aku hanya tertawa ngakak melihatnya semakin histeris. "Sorry. Sengaja."

Arka hanya mendengus kesal dari belakangku. Aku tau, dia pasti sedang merencanakan pembalasan dendam. Haha, nggak takut!

☆☆☆

Air mata sudah berlinang di pipiku saat mendapati permen karet yang saat ini menempel di rambutku. Jijik. Kesal. Benci. Marah. Sebal. Orang yang melakukannya, siapa lagi kalau bukan Arka? Cowok itu memang minta diinjak kepalanya! Bahkan, saat mengetahui aku menangis karena kelakuaanya, dia malah tersenyum penuh kemenangan!

"Dasar banci!" Teriakkanku langsung menggema karena suasana kelas yang sedang senyap. Semua perhatian warga kelas langsung teralihkan padaku. Arka tersikap sebentar saat mendengar teriakkanku. "Lo banci! Beraninya sama cewek! Dasar banci kaleng rombeng!!!!!!"

"..."

"Lo nggak punya kerjaan apa gangguin gue terus? Dasar songong!"

"..."

"Pantes lo nggak punya pacar. Sikap lo aja kayak gini ke cewek. Gimana ada yang mau demen sama lo? Yang ada cewek-cewek tuh benci. Ilfeel sama lo. Jijik!"

"..."

"Mending lo jauh-jauh deh dari gue! Najis gue liat muka lo!"

"Oke." Hah? "I'm done with you."

☆☆☆

"Anjir lo Arka!" Teriakkan itu bukan milikku. Itu milik cewek bernama Rania. Cewek baru Arka—eh maksudku, cewek yang akhir-akhir ini menjadi korban kejailan Arka, setelah sebelumnya aku korbannya—bukan berarti aku cewek lamanya Arka!

Arka berlari sambil mengejek Rania. Cewek itu lalu melempar sepatunya ke arah Arka dan meleset jauh. Hei, Itukan adeganku! Arka melakukannya sama seperti denganku dulu. Dia mengambil sepatu Rania, lalu membuangnya ke lapangan upacara. Sialan! Harusnya aku yang saat ini sedang menggebuki Arka!

Behind Every LaughWhere stories live. Discover now