Part 27

478 59 19
                                    

"Jadi dia mantan kekasih mu sekaligus ayah dari anak yang kamu kandung?" Tanya Tay pada Singto.

Saat ini Krist, Singto, dan Tay sedang bicara di ruang tamu rumah Tay. Krist dan Singto sudah menceritakan semuanya pada Tay.

"Ya" itu Krist yang menjawab.

"Baiklah, aku mengerti sekarang" Ucap Tay pada Krist.

"Terima kasih karna sudah menjaga Singto dengan baik selama ini" Ucap Krist.

"Iya..." Ucap Tay sambil tersenyum.

"Sekarang sudah larut malam, sebaiknya kami pulang" Ucap Krist.

"Jadi Singto akan ikut dengan mu mulai sekarang?" Tanya Tay.

"Tentu saja, aku juga akan membawanya pulang ke Thailand nanti" Ucap Krist.

"Oh, setidaknya menginap disini dulu untuk malam ini, besok baru kalian pulang. Angin malam tak baik untuk orang yang sedang hamil" Ucap Tay.

"Terima kasih sudah mau mengijinkan ku menginap disini" Ucap Krist.

Tay mengangguk sambil beranjak dari duduknya.

"Kandungannya lemah, jadi jangan di jenguk dulu" Ucap Tay kemudian dia berjalan pergi dari sana.

Wajah Singto memerah mendengar ucapan Tay, bagaimana bisa Tay dengan terang-terangan mengatakan itu?

"Kenapa wajah mu memerah? Apa kamu malu? Apa sebenarnya kamu menyukai teman mu tadi? Itu sebabnya wajah mu memerah saat bicara dengannya?" Ucap Krist saat melihat wajah merah Singto.

"Aku, tidak! Bagaimana kamu bisa berfikir seperti itu!" Ucap Singto marah.

Singto beranjak dari duduknya dan berjalan menuju kamarnya dengan diikuti oleh Krist dari belakang.

"Jika orang sedang jatuh cinta, wajahnya akan memerah saat dia bertemu dengan orang yang di sukainya" ucap Krist.

"Kamu semakin berhalusinasi sekarang!" Ucap Singto.

"Sing..." Ucap Krist sambil mengukung tubuh Singto di daun pintu.

"A-apa?" Ucap Singto gelagapan, rasanya benar-benar malu saat mereka sedekat sekarang.

"Kamu kenapa?" Tanya Krist.

"Aku, kenapa?" Ucap Singto bingung.

Krist mendekatkan wajahnya ingin mencium bibir Singto namun Singto mengalihkan wajahnya ke kiri.

"Krist... Apa kamu tak mendengar ucapan Tay tadi?" Ucap Singto.

"Apa?" Ucap Krist.

"Kandungan ku lemah" Ucap Singto.

"Dia mengatakan itu?" Ucap Krist, dia memang tak mendengar ucapan terakhir Tay tadi karna Krist fokus menatap Singto yang duduk di sampingnya.

"Hmm"

"Lalu apa hubungannya dengan sekarang?" Tanya Krist bingung.

"Apa kamu ingin anak mu pergi!! Kandungan ku lemah!" Ucap Singto dengan nada kesal.

"O-oh..." Ucap Krist yang baru mengerti maksud Singto.

"Tapi aku hanya ingin mencium bibir mu, hanya itu" ucap Krist.

*Blush... Bisa di pastikan wajah Singto lebih merah dari tadi. Bagaimana bisa dia berpikir jika Krist ingin melakukannya!? Singto benar-benar malu dengan pikiran sendiri sekarang.

Krist mencium bibir Singto sehingga membuat Singto memejamkan matanya, keduanya saling melumat penuh kelembutan, Singto mengalungkan tangannya di leher Krist dan mulai membalas lumatan Krist. Tangan Krist mengusap perut Singto, terasa jika bayinya menendang membuat Krist sedikit terkejut dan reflek melepas ciuman mereka.

Krist berjongkok, ia menyingkap baju Singto hingga tak ada satupun yang menghalangi Krist untuk melihat perut besar Singto.

"Sekarang sudah ada daddy, kamu harus kuat dan sehat. Daddy berjanji akan selalu bersama kamu dan papa" bisik Krist kemudian dia mencium perut Singto.

Bayinya merespon dengan baik, dia seperti tahu sedang di ajak bicara oleh daddynya, perut Singto terus di tendang sejak tadi sehingga membuat Singto sedikit kesakitan.

Krist menggendong tubuh Singto membawanya ke ranjang, Singto terbaring di sana sedangkan Krist memasukan kepalanya ke dalam baju Singto, entah apa yang di bicarakan Krist pada perutnya itu, Krist bicara dengan nada yang sangat pelan.

Beberapa menit berlalu, Krist masih betah di dalam baju Singto, apa dia tak merasakan lemas? meskipun baju yang di kenakan Singto memang oversize tapi tetap saja di dalam sana pasti terasa sempit karna perut besarnya.

Singto mulai cemberut melihat Krist yang terus bicara dengan perutnya. Dia menyingkap bajunya sehingga membuat Krist menatap wajahnya.

"Apa kamu tak bosan bicara tanpa ada jawaban sejak tadi?" Ucap Singto.

"Baby menjawab dengan menendang perut mu 'kan? Aku suka merasakan itu" Ucap Krist.

"Tapi perut ku sakit karna terus di tendang sejak tadi!" Ucap Singto.

"Baiklah, maaf aku" Ucap Krist sembari mengukung tubuh Singto di bawahnya.

Krist mengecup kening Singto dengan lembut, turun ke mata, hidung, dan terakhir bibir Singto.

Singto reflek membalas lumatan Krist saat Krist mencium bibirnya. Tangan Krist mengusap perut Singto dengan lembut sedangkan bibirnya menghisap bibir atas dan bawah milik Singto secara bergantian. Cukup lama menyesap bibir Singto kini Krist menghentikan kegiatannya.

Krist merebahkan tubuhnya di samping Singto kemudian membawa Singto masuk ke dalam pelukannya.

""Terima kasih, Sing" Ucap Krist sambil mengusap rambut Singto.

"Untuk apa?" Ucap Singto.

"Terima kasih karna sudah memberiku kesempatan kedua" Ucap Krist.

Singto hanya diam tak menjawab, dia mengeratkan pelukannya di tubuh Krist dan lebih memilih untuk memejamkan matanya karna dia benar-benar sudah mengantuk.

"Aku sangat mencintaimu, sayang" bisik Krist sembari mencium kening Singto.















Tbc.

Ex Boyfriend ✓Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora