Perhatikan di sekelilingmu. Mereka ada di kehidupan nyata. Tak peduli satu banding berapapun, mereka akan selalu ada. Mereka...adalah 'Pemeran Utama'. Kalau kalian belum sadar, kita saat ini tengah memainkan sebuah cerita yang besar berjudul Kehidupan. Otomatis, setiap peran orang-orang yang hidup di dunia telah di tetapkan sejak awal, dan mereka yang beruntung – tapi tidak terlalu beruntung, menurutku – mendapatkan peran sebagai 'Pemeran Utama'.
Sebagai contoh, mari kita lihat keadaan kelas tipikal anak SMA. Bersaing dalam pelajaran ataupun ekstrakulikuler, mereka tidak sadar bahwa mereka sebenarnya bersaing untuk memperebutkan 'peran' mereka dalam hubungan sosial mereka. Mudahnya: mereka yang selalu menjadi nomor satu dikelasnya adalah 'Pemeran Utama' sementara yang tersisa adalah 'Pemeran Sampingan'.
Menjadi pusat perhatian, menjadi orang yang dapat diandalkan, menjadi bahan pembicaraan. Dengan kata lain, populer. Tapi tunggu dulu. Kalau ketiga hal tersebut adalah apa yang didapatkan oleh seorang 'Pemeran Utama', bukankah orang itu sebenarnya lumayan kasihan?
Coba pikir: saat kau menjadi pusat perhatian, itu artinya pandangan orang akan tertuju padamu. Tidakkah itu membuatmu risih hingga membuatmu berpikir 'apakah ada potongan cabai terselip di gigiku?' padahal nyatanya kau baru saja memakan sereal? Kesimpulan: menjadi pusat perhatian membuatmu kehilangan fokus.
Kedua, kau menjadi orang yang diandalkan. Formulanya disini adalah "dapat diandalkan" + "orang-orang tak berkemampuan" = "permintaan tiada henti". Saat kau menjadi orang yang dapat diandalkan, orang-orang lain akan otomatis berpikir "ah, daripada repot-repot, aku kan bisa mengandalkan dia" kemudian melempar semua kewajiban mereka pada si 'Pemeran Utama'. Sungguh merepotkan.
Terakhir, menjadi bahan pembicaraan. Menjadi 'Pemeran Utama' dalam kelas artinya sama dengan memberikan topik pembicaran untuk ibu-ibu yang suka membanding-bandingkan anak mereka saat berbelanja di pasar. Terserempet sedikit saja kesalahan, ketenaran 'Pemeran Utama' juga akan berakhir. Lalu ibu dari 'Pemeran Utama' yang terseret kabar buruk itu akan berkata pada anaknya, "Coba kau lihat anak ibu B! masa kau tidak bisa seperti dia!?"
Sungguh, menjadi 'Pemeran Utama' sangat merepotkan. Kau akan menjadi seperti semacam tontonan bagi banyak orang, penjadi pesuruh, dan bahan gosip. Tapi, menyampingkan semua hal yang membahas itu semua, ini bukan cerita tentang seorang 'Pemeran Utama'. Ini adalah cerita tentang seorang 'Figuran' yang secara terpaksa menggantikan tempat 'Pemeran Utama'.
Namaku Kiyoshi Masao, 16 tahun, jomblo, tidak memiliki keahlian tertentu. Kalau ini adalah Anime, maka aku adalah karakter yang sekilas muncul di belakang karakter utama. Itu lho, karakter tanpa mata dan hidung, hanya mulut saja yang ada di wajahnya. Kalau kalian sudah ingat, maka seperti itulah tampangku. Begitu plain, begitu normal. Dari penjelasanku sepanjang halaman ini, kalian pasti akan menggambarkan diriku sebagai seorang remaja laki-laki yang sama sekali tidak mau menonjolkan kemampuannya.
Fakta: itu tidak benar.
Saat kenaikan kelas, ya, aku menjadi 'Batu Loncatan' teman sekelasku yang meraih juara satu dengan menempati peringkat kedua. Saat bermain bola saat jam olahraga, aku mengoper bola yang ada padaku ke teman setim dan membuatnya yang mencetak gol. Kedua momen ini adalah momen dimana aku lebih suka mengambil 'Peran Sampingan'. Tapi itu bukan berarti aku akan selalu memegang peran ini dimana saja. Khususnya di panti asuhan tempat aku tinggal selama 16 tahun ini.
"Kalian siap melihat lompatan tuan Tamago hari ini?" tanyaku yang menggoyang-goyangkan panci penggorengan berisi adonan telur di atasnya.
"""Ya!!""" ujar beberapa anak kecil yang duduk di depan meja makan dengan pakaian tidur mereka. Mereka terlihat semangat untuk melihatku melakukan atraksi yang selalu kulakukan di pagi hari ini, meski diantara mereka ada yang masih terlihat setengah bangun.
YOU ARE READING
'Zero' is the 'Hero'!
AdventureSebagai Karakter Sampingan, kita memang melakukan sesuatu yang patut dipuji, tapi tidak membuat orang terlalu bergantung pada kita karena mereka sama sekali tidak tahu siapa kita. Maka dari itu, aku sama sekali tidak keberatan menjadi Karakter Sampi...
