Prolog

34.1K 1.3K 29
                                    

JJ21/N

Well guys, ini adalah story ke empat gue. Masih tidak beralur dan pasti sering stuck. Jadi masih sama aja seperti stories sebelumnya, update menurut mood gue.

Btw, gue mau bilang terimakasih buat readers yang udah bersedia read dan vomments di cerita gue. Thanks a lot guys atas votes kalian yang udah sampai 600 lebih di FOUND LOVE. Gue sangat appreciate dengan itu.

Untuk story kali ini, gue harap kalian suka. Keep reading dan vomments ya guys. Kalian adalah inspirasi author

J love u all

------------------------------------------------

Author's POV

Angin malam menyapu tubuh gadis ini. Tubuhnya hanya dibaluti dengan t-shirt tipis dan celana tidur. Seakan dinginnya terpaan angin, bukanlah hal yang dapat membuatnya berpindah dari tempat ini.

Bola mata hitamnya dengan intens menatap bintang-bintang yang bertaburan di langit. Sama saja. Jumlahnya tak bisa ia jabarkan sebanyak apa. Sama seperti masalah kehidupan yang di alaminya. Cukup rumit. Ah bukan cukup. Ini sangat rumit baginya.

"Key, lo ngapain disana? Dingin banget tau. Sini temenin gue nonton," begitulah teriakan temannya yang memanggilnya dari pintu yang menghubungkan rumah dengan rooftopnya.

"Iya. Lo duluan aja, gue beresin ini dulu," jawab gadis yang di panggil Key sambil merapikan kertas-kertas yang berisi chord dan lirik lagu.

"Day! Wait me tomorrow ya!" gumamnya pelan sambil tersenyum sumringah dan menatap langit, lalu berjalan masuk ke rumahnya.

Brak.....

Dengan keras ia membuka pintu kamarnya dan tentu membuat temannya kaget.

"Hahahahaha!" gelegar tawanya memecah keheningan malam.

Semua kertas yang ia bawa terjatuh ke lantai, karena di sibukkan dengan tawanya yang tak kunjung berhenti. Melihat ekspresi temannya yang mulai kesal dan marah, dia berusaha menghentikan tawanya sambil mengusap air mata yang menetes karena tidak bisa mengontrol tawanya.

"Tampang lo lucu kalo kaget," katanya setelah berhasil menghentikan tawa.

Temannya tidak menghiraukan itu dan memilih untuk kembali menyimak film yang di putarnya beberapa menit yang lalu. Dia yang merasa tidak tertarik menonton, memilih untuk tidur di ranjangnya dan mulai bermimpi.

Di tempat lain, seorang gadis sedang sibuk mengerjakan tugas-tugas sekolahnya. Banyak buku yang berserakan di ranjangnya. Oh damn! Hilang sudah. Teriak batinnya sambil berusaha menjaga emosi.

"Ma! Mama! Ada liat buku matematika aku?"

Teriaknya di ambang pintu. Karena tidak sabaran lagi, dia kembali memasuki kamarnya dan mengeluarkan semua buku-buku yang sudah tersusun rapi di lemarinya. Well! Today is hell. Kembali batinnya berteriak.

"Kenapa Wina?"

"Buku math aku ga ada Ma. Gimana dong, kan besok ada test," sahutnya sambil duduk lemas di ranjangnya.

"Kemaren malem kamu kan belajar math di meja deket kolam renang. Coba liat sana,"

Tanpa basa-basi, ia berlari menuju halaman belakang rumahnya. Dan benar saja, bukunya masih tergeletak rapi di atas meja yang di maksud. Oh God, thanks. Ucapnya dalam hati sambil memeluk buku itu. Kemudian ia kembali ke kamarnya dan berusaha merapikan buku-bukunya.

"Ma, bantuin," rengeknya pada ibunya yang sedang menyeruput kopi di sekitar balkon kamarnya.

"Rapiin sendiri, manja banget," sahut sang ibu tanpa menghiraukan anaknya yang malang itu.

Dengan cemberut dia berusaha merapikan kembali buku-buku itu. Hingga akhirnya kamarnya sudah terbebas dari serakan buku, sang mama meninggalkannya, agar berkonsentrasi saat belajar.

Oke, kayaknya belajar sambil tiduran enak juga. Begitulah benaknya berbicara. Di ambilnya buku matematika itu dan di rebahkannya tubuhnya diatas ranjangn sambil membalik-balik halaman buku dan berusaha mengingat rumus, tangannya sibuk mencomot cemilan yang dibelikan mamanya tadi sore.

Menit demi menit ia lalui dengan buku dan cemilannya. Matanya mulai berat, namun tetap dipaksakan untuk belajar. Hingga akhirnya dia terlelap dengan buku yang tergeletak diatas perutnya.

****

Key dan Wina bersekolah di SMA yang sama, namun berbeda kelas dan jurusan. Key berada di kelas IPS yang paling terpojok, IPS 9. Tempatnya para preman dan perusuh bermarkas. Berbanding terbalik dengan Wina yang berada di kelas IPA 2 yang masih tergolong kelas anak alim dan pintar.

Sebuah perkara kecil membuat kedua orang ini harus saling berurusan satu sama lain. Perkara yang dimulai oleh Key, dan sangat tidak diharapkan oleh Wina.

"Wina? Nama lo Wina?" sapa Key sambil duduk di sebelah Wina tanpa meminta ijin.

"Iya. Kenapa?"

"Kenapa?!" sahut Key tersulut emosi.

"Itu mobil yang platnya 1305, punya lo?" tanya Key lagi dengan santainya.

"Iya," sahut Wina jutek dan buru-buru pergi dari tempat itu.

"Besok-besok jangan taruh mobil disana lagi,"

"Apa urusan lo?" jawab Wina tak terima.

"Itu wilayah IPS! Kekuasaan gue, o'on. Lo jangan berani ngelawan gue ya mentang-mentang ini area IPA. Kalo sampe besok ada mobil lo lagi disana, jangan nangis di jam pulangnya!" desis Key pelan di telinga Wina dan pergi meninggalkannya.

Wina hanya tersenyum getir menerima perlakuan seseorang seperti itu. Hanya menggelengkan kepala heran. Berpikir sejenak dan mulai mencibir Key dalam hatinya, lalu melangkah menuju kantin.

Selesai berurusan dengan Wina, Key kembali merusuh di kantin. Tidak ada yang berani berkutik karena wajah sangarnya. Bahkan laki-laki berotot dan berbadan kekar pun, dibuat tunduk olehnya.

"Din, lo mau duduk dimana?" tanya Key pada sahabatnya.

"Dipojok aja, kasian pake ngusir mereka yang lagi makan," sahut gadis yang bernama 'Din' itu.

"Aduh pojok. Gini ya Dinza, lo bisa milih dimana aja, tapi please jangan di pojok. Mending disini aja," jawab Key sambil menunjuk meja yang ada di hadapannya. Tanpa aba-aba, orang-orang yang duduk disana, dengan segera berpindah tempat dan membiarkan Key menjejaki tempat itu.

"Ekhem? Boleh dong gue ikutan duduk,"

Sebuah suara membuat Key dan Dinza, sahabatnya menoleh ke sumber suara. Key hanya menatap orang itu dengan wajah tidak terima.

"Maaf ya, ini tempat udah jadi milik gue," sahut Key datar.

"Oh gitu? Yaudah, sekarang gue sewa tempat kekuasaan lo. Berapa harganya? Bilang aja, nanti gue bayar," sahut gadis itu dan langsung duduk di sebelah Dinza.

Semua yang melihat adegan ini hanya menjerit dalam hati, karena Key pasti akan membully seseorang yang berani-beraninya melawan.

"Eh Wina! O'on, Idiot, ngapain lo masih duduk?!"

"Eh batu, otak lo dimana? Ini sekolah. Kantin ini punya sekolah. Kita bayar sama banyak disini. Lo bayar 1000 gue juga sama. Lo bayar 5 juta, gue juga sama. Mereka juga sama. Eh! Kalian semua pengecut banget sih ngelawan cewek kayak gini. Kita sama-sama bayar disini!" teriak Wina sambil menggebrak mejanya dan dengan sengaja menumpahkan baksonya diatas meja, agar terjatuh ke atas rok Key.

"Oh shit!" teriak Key kesal.mendapati kuah bakso itu berlumuran di skirt nya.

Melihat ekspresi Key, Wina hanya tersenyum meremehkan dan meninggalkannya begitu saja. Mulai saat itulah mereka berdua sering menjadi bahan terpanas untuk di gosipkan, karena banyak yang tahu jika nenek Key adalah donatur terbesar di sekolah ini, sedangkan Wina adalah anak akademik yang membawa nama sekolahan. Dua orang yang sama-sama memiliki nama. Satu karena perlindungan harta, satu lagi karena perlindungan popularitas dan prestasi.

Perfect Badly (gxg) CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang