13.kecurigaan bima

11 0 0
                                    


Setelah cekcok dengan Ratih selesai akhirnya bima kalah. Ia tetap mengalah dan membiarkan perempuan itu mengambil mangkuk gulainya.

Beberapa jam kemudian warung sudah sepi Ratih masih membantu Risa dan Diana berkemas. Bima juga ingin sedikit membantu, namun iaalah tidak menyadari jika Ratih sedang marah.

"Dia itu alergi daging domba, lain kali jangan kasih bima lagi. Paham!" Ucap Ratih dengan nada meninggi

Bima bersembunyi di balik tembok ia mengintip dari jendela memastikan apa yang tengah terjadi. Risa beberes sambil memegang pipi kirinya yang merah sesekali ia juga sesenggukan .

Setelah Ratih keluar, Diana mengambilkan kompres di kulkas.

"Aw...sakit kak!" Pekiknya dengan mata memerah.

"Maaf ya Risa tadi kakak gak bisa nolong kamu."

Gadis berambut sebahu itu hanya mengangguk hatinya benar-benar perih.

"Kak kita berhenti saja ya!"

"Yaudah kamu berhenti saja Risa, biar kakak yang cari uang. Kasihan nenek kalau harus membayar tagihan rumah sendiri..."

Risa terdiam sejenak, "tapi kalau kakak kerja sendirian di sini, Bu Ratih bisa mukulin kakak."

Diana hanya tersenyum menggenggam tangan adiknya,"enggak, kakak pasti bisa jaga diri ."

****

Setelah jam kerja selesai Risa dan Diana pulang kerumah mereka tidak menyadari jika bima mengikuti mereka.

"Tungguin!" Teriak bima, keduanya berhenti.

"Ada apa pak?" Tanya Diana dengan wajah yang terlihat kelelahan.

Bima menyodorkan tuju lembar uang seratus ribuan. Keduanya melongo bingung. Lelaki jakung itu memaksa Diana untuk menerimanya.

"Aku tau kalian butuh uang, bagaimana kalau kita bekerja sama?"

"Bekerja sama?" Tanya Diana, "untuk apa pak?"

Bima menarik nafas,"sebenarnya aku curiga dengan Ratih, dia sangat aneh. Apa kalian bisa menyelidiki apa yang di masukan ke dalam makanannya?"

"Tentu saja kami gak tau pak, kami datang hanya untuk bersih-bersih. Sementara makanan Bu Ratih sendiri yang buat pak!"

"Apa kalian tidak ada informasi?" Tanya bima .

Keduanya mengeleng bersamaan.

"Kurasa bapak satu pemikiran dengan saya," tambah Risa ,"saya kira Bu Ratih memasukan binatang buas kedalam makanan, karna sepulang dari sholat subuh saya pernah liat Bu Ratih keluar dari hutan dengan karung. Bu Ratih tidak menyadari ada saya. Karna saya sembunyi."

"Mungkin saja itu daging binatang buas, "

"Jika kalian punya informasi, kalian bisa langsung bilang ke saya. Kalian akan dapat uangnya." Ucap bima menyerahkan nomor telepon nya.



****

Ratih sudah kehabisan stok daging di dalam kulkas. Seandainya Bima tidak ada di rumahnya mungkin dia akan mengerjakan semuanya malam ini. Memotong daging manusia itu butuh kesabaran dan ke telaten nan. Jika bima ada di rumahnya bisa saja dia datang ke gudang dan melihat beberapa tulang manusia yang belum ia singkirkan.

" Sayang, kapan kamu pulang." Tanya Ratna melengang bersandar di bahu bima.

Bima melepas kacamatanya kemudian menutup laptopnya.

"Katamu lebih baik di sini dulu kan?"

"Tapi aku sudah tidak tahan dengan omongan para tetangga. Bagaimana lelaki bisa menginap di rumah janda seperti ku?"

"Oh, iya aku lupa." Ucap bima terdiam sejenak sebelum ia mengambil ponselnya yang berdering di meja.

Ratih juga bisa melihatnya jika ia mendapat telepon dari citra.

"Aku harus segera ke kantor, aku sekalian pulang sekarang."

"Baru di telpon citra langsung mau pulang, memangnya seberapa penting dia, di banding aku?"

"Kamu juga penting sayang," ucap bima mengecup dahi calon istrinya itu. Ia sungguh gemas melihat pipi Ratih yang memerah.

"Yasudah, tapi kapan-kapan harus sering berkunjung kesini karena kita akan segera tunangan."

"Ya..." Angguk bima.



Setelah kepergian bima, Ratih segera pergi ke gudang penyimpanan untuk mengambil beberapa daging. Ia harus memasak secepatnya agar bisa cepat istirahat.



Dalam perjalanan bima juga masih bimbang, cintanya sangat besar pada Ratih . Namun, ia juga membencinya mengingat apa yang ia firasatkan tentang kekasihnya itu. Ia harap hanya sebuah prasangka biasah namun kenapa hal itu begitu menghantuinya.

"Hey, keluar!" Pinta citra mengetuk kaca mobil bima. Pria berkemeja itu lantas segera keluar.

"Ini kau segera tandatangani ya?" Tukasnya memberikan berkas di dalam mab tentang perjanjian bisnis mereka. Yang di tanya hanya melamun tak jelas membuat gadis manis itu harus memukulnya beberapa kali dengan map.

"Maaf, aku kurang konsen_"

"Kamu memikirkan prasangka mu itu lagi?"

Bima menggeleng," enggak, pasti Ratih tidak melakukan itu!"

Citra menepuk bahu sahabatnya, trauma masa kecilnya membuat bima begitu membenci para pelaku ritual itu ia juga takut jika Ratna sebagian dari mereka. Karna konon katanya ada seorang perempuan yang menuduh ibunya untuk menyembuhkan statusnya sebagai pelaku ritual sesat itu.

"Bim, aku kemarin sempat ketemu pacar mu di kota. Apa dia sering kesana?"

"Biasanya dia berbelanja,cit. Untuk keperluan rumah ma..."

"Enggak bim, kamu harus lihat ini!" Potongnya menunjukan sebuah foto Ratna dengan perempuan muda. Mereka terlihat mengobrol dj bawah temaram lampu jalanan.

Gadis muda itu tak asing, sekelibat bima seperti pernah melihatnya tapi dia lupa.

"Hanya saja kita tidak tau siapa yang ia temui, aku mengikutinya diam-diam dan Ratih sama sekali tidak berbelanja.

"Aku harus menyelidiki ini,"

"Aku akan membantu mu."

MANDI DARAH Where stories live. Discover now