Lalu Taeyong melangkah keluar dari sana, Jaehyun melihat jamnya, selalu tepat jam sembilan di hari Minggu. Taeyong akan pergi berbelanja kebutuhan asrama ke pasar. Lelaki itu tampak ceria dan sehat. Syukurlah, Jaehyun mendesah dalam hati. Matanya mengikuti Taeyong dengan waspada ketika lelaki itu berdiri di pinggir jalan menunggu angkutan umum untuk mengantarkannya ke pasar, dan Jaehyun mengernyit ketika sebuah angkutan yang penuh sesak berhenti di depan Taeyong dan lelaki itu masuk ke dalamnya.
Dia tidak boleh naik angkutan umum lagi. Putusnya dalam hati, Jaehyun harus mengusahakan sesuatu. Setelah yakin bahwa Taeyong sudah benar-benar pergi, Jaehyun mengangkat ponselnya.
"Saya sudah menunggu disini," gumamnya tenang.
Tak lama kemudian, sosok Yoona keluar dengan hati-hati dari asrama, dan melangkah ke tempat parkir Jaehyun yang biasa. Dengan sopan Jaehyun membukakan pintu dan ibu asrama itu melangkah masuk.
"Dia sangat senang karena diterima di perusahaan itu," Yoona memulai percakapan sambil tersenyum.
Mau tak mau Jaehyun tersenyum, membayangkan Taeyong bahagia membuatnya tak bisa menahan senyum lebarnya. "Saya senang, apakah dia merasa curiga? Apakah dia membicarakannya?" Jaehyun menatap Yoona dengan sopan. Wanita di depannya ini adalah mantan asisten mamanya yang sudah pensiun dan kemudian karena tidak mempunyai sanak keluarga, mengajukan diri untuk menunggui asrama tersebut.
Asrama ini sebenarnya adalah salah satu dari asrama milik yayasan sosial yang dikelola oleh Mama Jaehyun. Dan ketika Mama Jaehyun menceritakan semua rencana Jaehyun, Yoona menawarkan diri dengan senang hati untuk membantu. Dan Jaehyun sangat menghormati wanita ini, hampir seperti dia menghormati mamanya sendiri.
"Dia sempat curiga." Yoona tersenyum melihat kecemasan di mata Jaehyun, "Tapi saya sudah berusaha menghilangkan kecurigaannya itu, lagipula nilai-nilai ijazahnya memang sangat bagus jadi tidak menutup kemungkinan perusahaan-perusahaan besar bersaing memperebutkannya."
Jaehyun menjalankan mobilnya keluar dari tempat parkirnya semula di bawah pohon besar itu dengan tenang, mengarahkan mobilnya menuju rumahnya. Karena setiap minggu, Yoona akan berkunjung ke rumahnya untuk bertemu dengan mamanya. Setiap minggu itulah Jaehyun akan memanfaatkan waktu itu untuk mengevaluasi dan memperoleh informasi sebanyak-banyaknya dari Yoona tentang Taeyong.
"Mungkin memang saya terlalu berlebihan, seharusnya saya menempatkannya sebagai staff biasa dulu, tapi saya tidak tahan, saya lelah melihatnya secara sembunyi-sembunyi seperti ini. Saya ingin bisa berinteraksi langsung dengannya."
"Saya mengerti," Yoona tersenyum penuh kelembutan, "Tetapi tidak adakah ketakutan di hati anda kalau nanti lama-kelamaan Taeyong akan menyadari siapa anda sebenarnya?"
Pandangan Jaehyun menerawang ke depan. "Saya tidak tahu... saya menganggap ini semua seperti pertaruhan yang melibatkan hidup dan mati saya... Anda tahu kan betapa saya sangat menginginkan pertemuan ini, bisa bertatapan langsung dengan Taeyong, bisa berbicara langsung. Saya sangat menginginkan pertemuan ini.. sekaligus takut... sebab jika Taeyong sampai mengenali saya... maka selesailah sudah semuanya."
Dengan penuh rasa keibuan, Yoona mengamati sosok di sampingnya itu. Jaehyun sedang berkonsentrasi menyetir, pandangannya lurus ke depan dan tidak menyadari kalau wajahnya diamati. Yoona sudah mengenal Jaehyun sejak lama, karena dia sudah menjadi asisten mama Jaehyun sejak Jaehyun masih kecil. Dia sendiri yang menjadi saksi betapa nakal dan pemberontaknya Jaehyun di masa mudanya, dia juga yang menjadi saksi ketika kecelakaan itu telah mengubah Jaehyun 180 derajat. Dari seorang pemuda ugal-ugalan yang sombong dan hanya mengandalkan nama ayahnya, menjadi pengusaha yang berjuang dengan kekuatannya sendiri seperti sekarang.
Tidak. Yoona memutuskan, Taeyong tidak akan mengenali Jaehyun yang sekarang. Jaehyun yang sekarang jauh berbeda dengan Jaehyun yang dulu. Kebandelan masa remajanya sudah berubah menjadi sikap dewasa yang penuh wibawa. Fisiknya sudah berubah menjadi lebih dewasa pula, dan aura kesombongan dan keangkuhannya telah berubah menjadi kebijaksanaan yang tenang. Yoona yakin, Taeyong tidak akan bisa mengenali Jaehyun yang sekarang sebagai pemuda kaya yang dulu telah merenggut nyawa ayahnya.
"Saya sangat tahu perasaan anda, dan saya akan mendoakan yang terbaik, untuk anda dan untuk Taeyong juga. Dia anak yang baik, anak yang baik luar dan dalam. Hatinya sangat lembut, dan saya yakin, suatu saat nanti akan datang waktu di mana Taeyong akhirnya akan memaafkan anda."
Jaehyun tersenyum sedih mendengar kata-kata Yoona, dimaafkan? Itu terdengar terlalu mewah baginya. Dia tidak pernah sedikitpun berani memohon agar dimaafkan, karena dia tahu permohonan itu akan terlalu muluk untuknya. Dia bersalah, dan dia tak termaafkan, sesederhana itu. Yang dia butuhkan sekarang hanyalah agar Taeyong bahagia. Kebahagiaan Taeyong entah sejak kapan, telah menjadi obsesi kehidupannya.
| | |
Taeyong memasuki lift dengan tergesa-gesa sambil membawa map berisi berkas-berkas yang kemarin diserahkan Irene kepadanya.
Malangnya, karena kurang berhati-hati, map itu terlepas dari tangan Taeyong dan berhamburan di lantai lift. Membuat Taeyong dengan gugup langsung berjongkok dan memunguti kertas-kertas itu di lantai. Sampai kemudian dia sadar ada sepasang kaki dengan sepatu mahal dan terbungkus celana panjang hitam dari bahan khasmir yang mahal pula sedang berdiri di hadapannya.
Taeyong mendongakkan kepalanya dan bertatapan langsung dengan Mr. Jeffrey, bos barunya. Lelaki itu berdiri dengan elegan dan menatap Taeyong yang berjongkok di bawahnya dengan sinar geli di matanya,
"Butuh bantuan?"
Taeyong langsung merenggut seluruh kertas-kertas yang berhamburan di lantai itu secepatnya, "Eh tidak Mr. Jeffrey... maaf, saya ceroboh..."
Tiba-tiba Mr. Jeffrey sudah berjongkok di depannya, tangannya yang kuat tetapi berjemari ramping itu membantu Taeyong memungut kertas- kertas yang berserakan, lalu tanpa kata menyerahkannya kepada Taeyong.
"Eh... te...terima kasih." gumam Taeyong gugup sambil memasukkan kertas-kertas itu kembali ke dalam map.
"Lain kali tak perlu terburu-buru, tidak akan ada yang memarahimu," Mr. Jeffrey meluncur berdiri dengan anggun bertepatan dengan pintu lift yang terbuka. Lelaki itu lalu melangkah pergi, meninggalkan Taeyong yang masih berjongkok di dalam lift.
TBC
Halooo~ lanjutannya yaa 🤙🤙
ESTÁS LEYENDO
Unforgiven Hero [Jaeyong Version]
Fanfiction[REMAKE STORY] BXB! Jaehyun x Taeyong! "Biarpun semuanya hanya kebohongan. Tetapi cintaku padamu itu nyata. Tidak berartikah itu semua kepadamu? Aku membohongimu karena aku mencintaimu, karena aku sangat mencintaimu!" - Jung Jaehyun Original Story...
BAB II
Comenzar desde el principio
![Unforgiven Hero [Jaeyong Version]](https://img.wattpad.com/cover/368405459-64-k895501.jpg)