Jaemin, lelaki itu mengacak wajahnya frustrasi. Sejujurnya bukan reaksi seperti ini yang ia harapkan dari sang kekasih. Ia hanya ingin mendapatkan dukungan, semangat dan juga kepercayaan.

"Kenapa aku bodoh sekali?" Jaemin menatap kosong berkas-berkas yang berada di sebelah tangannya.

Setelah berdiam diri cukup lama, Jaemin merasa ia harus tetap menemui Minji dan meyakinkan kekasihnya tersebut. Setidaknya ia harus mempertahankan hubungannya meski tak bisa mendapatkan pekerjaan yang ia harapkan.

"Aku harus bertemu dengan Minji."

Jaemin kembali menatap layar ponselnya. Berusaha untuk menghubungi Minji dan memintanya untuk bertemu. Namun sayangnya Minji sama sekali tak berkenan untuk menerima panggilan masuk darinya.

"Kenapa tidak diangkat?"

Jaemin mencoba mengirim pesan pada Minji. Dan ternyata dugaannya benar, Minji telah memblokir nomornya tanpa memberikan alasan yang bisa diterima oleh akal sehatnya.

"Sial!" Jaemin berniat melempar ponselnya karena marah, tapi hal itu urung ia lakukan mengingat sampai detik ini dirinya masih bertahan sebagai pengangguran.

"Sepertinya dia sangat kecewa. Aku akan mencoba untuk mendatangi rumahnya." Jaemin telah mengambil satu keputusan.

Setelah menyusun berbagai kata di kepalanya, Jaemin mulai membawa kedua kakinya berjalan perlahan. Menyusuri jalanan panjang yang akan mengantarkannya ke alamat Minji, sang kekasih.

Setelah menempuh jarak yang memang tidak terlalu jauh, Jaemin akhirnya tiba di persimpangan jalan tepat di mana rumah Minji berada.

Bruk!

Berkas ditangannya merosot begitu saja. Tepat di depan sana, ia melihat Minji tengah bersama dengan lelaki lain yang jelas bukan bagian dari keluarganya.

Bahkan ia harus rela melihat pemandangan yang begitu mengikis perasaannya. Minji, dengan raut bahagia telah memberikan satu ciuman pada lelaki lain dan bukan dirinya.

"Sampai jumpa lagi!" seruan Minji terdengar jelas oleh telinganya. Tak ada lagi gairah dalam dirinya. Minji telah benar-benar mencampakkan dirinya begitu saja.

"Jaemin?" Lamunan Jaemin buyar kala Minji menyadari kehadirannya.

"Siapa dia?" Suara Jaemin terdengar lirih dan penuh tekanan. Matanya menatap sendu ke arah Minji yang seolah tak melakukan kesalahan apa-apa.

"Memangnya kenapa?" Jaemin menyeringai.

"Apa maksudnya semua ini? Apa aku sudah tidak dianggap lagi?" Minji tertawa membuat Jaemin mengepalkan kedua tangannya rapat-rapat.

"Bukankah semuanya sudah jelas, Na Jaemin? Kita tidak akan bisa bersama selama kamu tidak mendapatkan pekerjaan itu." Jaemin kembali menyeringai.

"Baiklah kalau memang seperti itu. Jaga dirimu baik-baik, Song Minji," ucap Jaemin dengan mata menyalang.

---

Keesokan harinya, sebuah berita menjadi topik hangat yang sedang diperbincangkan banyak orang. Bahkan tayangan berita itu banyak ditemukan di jalan-jalan besar.

"Seorang wanita muda ditemukan meninggal dalam keadaan yang mengenaskan. Wanita berinisial SM itu meninggal tepat di depan rumahnya. Beberapa luka tusuk memenuhi hampir seluruh bagian leher, dada dan juga perutnya. Pihak kepolisian masih menyelidiki kasus ini dengan memeriksa seluruh rekaman CCTV yang berada di sekitar lokasi kejadian. Tidak ada satu pun barang milik korban yang hilang. Oleh karena itu masih belum disimpulkan apa modus dari pembunuhan ini."

Suasana menjadi sedikit mencekam. Banyak orang yang terlihat panik dan juga ketakutan. Yang mereka harapkan saat ini adalah tertangkapnya sang pelaku pembunuhan.


To be continued

•••

Caffeine Addiction

Caffeine Addiction

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
CONFOUNDED || Na JaeminWhere stories live. Discover now