WARNING‼️
"Bijaklah dalam membaca dan memilih bacaan."
* FOLLOW, VOTE DAN SPAM KOMEN
* TAMBAHKAN KE PERPUSTAKAAN
* TIDAK ADA FEEDBACK
* INI HANYA FANFICTION‼️ JANGAN MEMPENGARUHI DUNIA NYATA
* TIDAK ADA KAITAN DENGAN KEHIDUPAN ASLI SETIAP CAST
ADULT...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
•••
Suara derap langkah tergesa mencoba menyatu dengan kerumunan yang ada. Dengan setelan lengkap, seorang lelaki muda berusia dua puluh tiga tahun tengah berusaha sekuat tenaga mengejar waktu yang tersisa.
"Sial!" Bibir merah itu merutuk kesal. Tak ia pedulikan peluh yang membasahi seluruh pelipisnya. Tak banyak waktu yang ia punya. Kini masa depannya bergantung pada laju kecepatannya.
"Ya! Ya! Ya! Tunggu! Aku mohon!" Suaranya terdengar lantang meski napasnya tidak beraturan.
"Demi Tuhan aku bodoh sekali." Bus yang seharusnya ia tumpangi telah benar-benar pergi. Itu artinya peluang emas yang selama ini ia harapkan musnah begitu saja.
"Apa yang harus aku katakan pada Minji sekarang? Dia pasti sangat kecewa," racaunya seorang diri.
Dengan kedua lutut yang lemas ia berjalan menuju ke halte bus yang telah kosong. Tak ada yang bisa ia lakukan selain meratapi nasib buruk yang seolah melekat pada dirinya sejak lama.
Drrtt Drrtt
"Minji ..." Keraguan menyelimuti dirinya. Takut jikalau ia harus mendengar kesedihan dan juga kekecewaan dari seseorang yang telah mendiami hatinya selama beberapa bulan ini.
"Ha- halo," ujarnya perlahan.
"Bagaimana? Kamu mendapatkan pekerjaan itu, kan?" Sudah ia duga. Minji tanpa basa-basi pasti akan melontarkan pertanyaan itu.
"Minji, sebenarnya aku-"
"Aku sudah menduga kau pasti akan berhasil. Kita akan merayakannya di mana malam ini?" Perempuan bersuara tegas itu memotong ucapannya dengan cepat.
"Minji, aku gagal."
"Apa? Bagaimana bisa? Kamu hanya bercanda, kan?" Lelaki tampan itu menggeleng seolah Minji bisa melihatnya.
"Aku gagal mendapatkan pekerjaan itu. Maafkan aku. Hari ini alarmku tidak berbunyi dan itu membuatku terlambat untuk bangun." Semua yang ia katakan adalah hal yang memang sebenarnya terjadi.
"Kenapa ceroboh sekali? Bukankah aku sudah memperingatkan padamu sebelumnya? Kita tidak akan pernah bisa menikah kalau kamu tidak bekerja di Hanwond Group." Lelaki itu hanya bisa menghela napas berat.
"Aku masih bisa mencobanya lagi tahun depan. Untuk saat ini aku akan berusaha mencari pekerjaan lain. Aku berjanji tidak akan mengecewakanmu."
"Kesempatan tidak akan pernah datang dua kali, Na Jaemin."