#6 (Judulnya Nyusul)

Mulai dari awal
                                    

Ketika aku akan masuk ke kelas Azka dan mendapati Azka hanya berdua saja dengan seorang cewek di kelas, aku mengurungkan niatku dan langsung berlindung di tempok terdekat. Bersembunyi sambil mencuri dengar pembicaraan mereka.

Ah ya, aku baru ingat. Cewek itu kan Rissa! Cewek yang digosipkan lebih cantik daripada aku. Dasar gosip sesat. Aku sering dengar kalau Rissa memang menyukai Azka. Aku tidak terlalu tau apakah mereka dekat atau tidak di kelas. Yang aku tahu, aku harus memberi peringatan pada Rissa secepatnya.

"Mau kemana sih, Ka?" Rissa berkata dengan nada menjijikkan di telingaku. Dasar sok cantik! "Buru-buru banget."

"Mau pulang lah." Azka menjawab cuek. "Emang lo mau di sini sampe besok?"

Rissa tertawa sok imut. "Lo lucu banget sih. Bikin makin suka."

Kurang ajar!

Aku mengurungkan niatku untuk masuk ke kelas Azka saat Azka menimpali perkataan Rissa dengan malas, "Terserah lo deh!"

"Azka sebentar!"

"Apaan lagi?"

"Lo lagi marahan ya sama pacar lo yang sombong banget itu?" Apa katanya? Aku sombong? Wajarlah, ada yang pantas untuk aku sombongkan. "Siapa namanya? Gue lupa."

"Cherry." Azka menjawab singkat. "Lagi marahan atau nggak, itu bukan urusan lo deh kayaknya."

Haha. Rasakan!

"Lo kapan sih putus dari dia?" What the ... "Gue capek tau nunggu-nunggunya."

"Lo ngomong apasih?"

"Azka. Listen." Rissa berbicara dengan nada sok bijak lalu meletakkan kedua tangannya di pundak Azka yang dengan segera ditepis oleh Azka. "Harusnya lo itu putus dari Cherry dan jadian sama gue. Gue itu bisa ngertiin lo. Nggak kayak Cherry yang egois. Lagian apasih bagusnya si Cherry itu? Oke. Namanya dia emang bagus. Tapi sifatnya? Sombong. Belagu. Sok kuasa. Sok paling cantik. Emang dia siapa?"

"Denger ya, mau lo jelek-jelekin dia kayak apa pun di depan gue, itu nggak bakal ngerubah apa pun. Dia bakal tetep baik di mata gue. Dan dengan cara lo yang kayak gini, lo yang jadi semakin jelek di mata gue."

Ah rasanya aku terharu sekali. Ingin aku memeluk Azka sekarang juga. Dia jarang sekali memujiku, sejujurnya. Tapi aku mengerti sekarang, kalau dia benar-benar mencintaiku.

Bisa kulihat Rissa tersenyum sinis. "Cewek kayak gitu yang bisa bikin lo tergila-gila?" Cih. Ingin rasanya aku menampar cewek itu sekarang juga!

"Satu. Walaupun omongannya sering nyebelin dan nggak pernah dipikir dulu, Cherry itu nggak pernah ngomongin orang di belakang. Kalo dia nggak suka, ya, dia langsung ngomong di depan orangnya. Nggak kayak lo."

Aku tersikap. Rasanya terharu sekali.

"Dua. Cherry itu penyelamat gue. Dia yang ngerubah gue ke arah yang bener. Kalo lo bilang dia nggak bisa ngertiin gue, lo salah besar! Justru cuman dia yang bisa ngertiin gue di saat semua orang nggak peduli sama gue."

Oh, rasanya aku tidak percaya kalau orang yang sedang dibicarakan Azka itu adalah aku.

"Tiga. Dia itu bukan perusak hubungan orang lain kayak lo. Dan yang jelas, kalo dia udah sayang sama orang lain itu tulus banget. Nggak kayak lo. Kayak gue nggak tau aja, lo pengen jadian sama gue demi popularitas doang kan? Cherry nggak pernah kayak gitu."

Aku bisa melihat Rissa hanya menunduk kesal karena semua perkataan Azka. Aku tau, harga diri cewek itu pasti hancur ditolak mentah-mentah oleh cowok. Aku jadi kasihan.

Azka. Aku tidak meyangka dia membelaku habis-habisan. Rasanya aku ingin menangis. Terharu. Aku baru mengerti dengan istilah, bukan seberapa banyak dia bilang 'gue sayang lo', tapi seberapa banyak dia bilang 'gue sayang dia' di depan orang lain.

"Nggak ada yang mau diomongin lagi, kan?" Azka tidak menunggu jawaban dari Rissa. "Gue duluan ya."

Azka keluar dari kelasnya, lalu berbelok dan terlihat kaget saat menemukanku. "Kamu ngapain?"

Tanpa pikir panjang aku langsung memeluknya. Dia membalas pelukanku.

"Kamu denger semuanya?" Azka berkata setelah aku melepaskan pelukanku. Aku mengangguk. "Aku nggak boong soal yang tadi."

Wajahku merona. "Aku tahu."

Azka mencubit pipiku. "Jangan langsung kegeeran deh."

"Aku bakal ngerubah sifat jelek aku." Aku berkata tanpa sadar. Azka menatapku dalam. "Demi kamu."

"Jangan demi aku." Aku meliriknya bingung. "Tapi demi diri kamu sendiri."

"Demi kamu." Aku bersikeras. "Demi ngeyakinin kamu dan semua orang, kalo aku emang pantes di samping kamu."

"Udah deh, aku emang nggak pernah menang kalo debat sama kamu."

Aku tertawa kecil. "Aku sayang kamu." Ketika Azka ingin membalasnya, aku menambahkan. "Nggak usah jawab karena aku udah tau, kalo kamu juga sayang sama aku."

ヾ(@^∇^@)ノTHE ENDヾ(@°▽°@)ノ

#30DaysWritingChallange 

Day 6:  3 things you like about your personality

KAGAK DANTA NJIR. MAAP YA:(

Kuota gue abis btw-_-





Bojonegoro, 6:2 Juli 2015.

Behind Every LaughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang