Obsesi Aldi

2 1 0
                                    

Lelaki itu tengah duduk di tempatnya, asyik menyantap jajanan aci dibungkus kulit lumpia, dan kelihatan tak berniat membaginya kepada siapa pun. Aku menghampirinya lalu duduk di kursi depannya.

"Lu kayaknya hampir setiap hari ya makan cibay," komentarku.

Setelah menggigit satu lagi cibay yang tersisa dia berkata datar, "Perhatian juga."

"Ih!" Aku bergidik melihat acinya masih mulur dari mulutnya bagai keju mozarella.

"Lu pengen 'kan?" tanyanya.

Melihat minyak yang masih menggenang saja membuatku tak minat. Apa sih istimewanya kulit lumpia isi aci? Ada lumpia telur loh.

"Nggak lah. Paling isinya minyak doang."

"Terus ngapain nyamperin mulu dari kemaren?"

Aku tersentak, lalu refleks mengalihkan pandangan. Kata-katanya memang selalu tepat sasaran, aku tak suka.

"Gue tuh prihatin, di antara semua jajanan di kantin, lu tiap hari makan jajanan yang paling nggak bergizi," alibiku, yang tak sepenuhnya salah.

"Itu namanya perhatian."

Aku tak suka cowok geer sepertinya. Ironisnya, aku malah suka padanya. Ini jelas bukan kasus "cinta itu buta", karena yang membuatku kepincut oleh pesonanya adalah tampangnya. Di awal SMA dia memancarkan aura wibu, tapi begitu kemeja dan celananya dibuat ketat aku langsung kesemsem. Tubuhnya yang tinggi dan proporsional, garis rahang yang tajam, mata agak sipit, dan hidung yang lumayan mancung.

Aku berteman dekat dengannya semenjak ia masih beraura wibu. Wajar jika aku berpikiran bahwa akulah yang terdepan dalam merebut hatinya. Namun, kini aku merasa posisiku terancam. Saingan terberatku adalah cibay Mang Asep.

"Iya, gue perhatian sama lu. Jangan terlalu sering makan cibay, Aldi, nanti lu sakit tenggorokan." Sekalian saja kubilang seperti itu.

"Kok lu ninggalin gue sih, Di?" Teman srbangkunya menghampiri sambil membawa semangkuk mi ayam.

"Lu lama sih," jawabnya.

Pandangan Bowo, teman sebangkunya itu, langsung mengarah pada kantong kresek yang kini isinya tinggal kertas nasi dan genangan minyak.

"Cibay lagi?"

"Ah, lu berdua sama aja." Aldi yang pundung pun mengambil kantong plastik itu lalu bangkit dari tempat duduknya.

"Wo, lu pernah beli cibay?" tanyaku sementara Aldi masih di luar.

"Sering," jawabnya.

"Emang enak?"

"Enak lah, lu belom pernah coba?"

"Apa enaknya sih? Maksud gue, itu 'kan aci dibungkus kulit lumpia doang, mana berminyak lagi."

"Nadine," panggil Bowo dengan nada seolah dia akan menceramahiku. "Cibay itu sama kayak martabak, cuman isi tahu, atau telornya diganti aci."

"Lu bayangin kulit lumpia yang garing, isinya aci yang kenyel yang udah dikasih sosis, daun bawang, sama bumbu racikan Mang Asep. Rasanya gurih, pedes, manis, crispy."

Olahan aci yang paling kusuka hanya cilor. Selain itu, aku agak kurang suka sensasi kenyal dan lengketnya di mulut. Aku selalu kepikiran apakah aci-aci itu akan mengendap di dalam lambungku. Namun, meski lebay, deskripsi Bowo terhadap cibay menarik juga. Aku enggan menjilat ludah sendiri, tapi aku harus tau mengapa Aldi segitunya dengan cibay. Aduh, tapi aku nggak mungkin tiba-tiba beli cibay setelah menceramahi kebiasaannya itu.

"Kalo lu pada nggak seneng liat gue makan cibay mulu, kasih rekomendasi jajanan kantin dong." Cowok itu kembali ke kursinya.

"Nasi chicken katsu," usulku.

"Mahal."

Heh! Sebelas ribu sudah dapat nasi dengan chicken katsu itu woth it sekali. Dia saja yang kere.

"Mi ayam." Bowo menyodorkan semangkuk mi ayam.

"Mi-nya kurang mateng."

Usulan kami ditolak mentah-mentah. Memang susah menyadarkan orang yang sedang bucin.

Habis me-roasting usulan kami, ekspresi Aldi seperti tersentak. Matanya menatap ke arah pintu. Tatapannya seolah terkunci sehingga mengikuti objek yang ia lihat. Aku mengernyit, lalu mencoba mencari apa yang membuatnya terpana.

"Miyuki, Di?" ucap Bowo semangat meski suaranya dipelankan. Aldi bergeming, masih sibuk menatap gadis itu.

Cewek blasteran Jepang, kulit putih bersih, rambut hitam panjang, tubuh tinggi langsing.

Sesaat kemudian Aldi bertanya, "Kalo batagor enak nggak?"

Miyuki baru kembali dari kantin bersama teman-temannya dan membawa seplastik batagor.

Ketika itu hatiku rasanya seperti dihujam belati. Lebay, tapi begitulah rasa sakitnya. Seolah semua kepercayaan diriku dipatahkan langsung. Mood-ku langsung berubah drastis. Aku ingin kembali ke tempatku, tapi cowok keterlaluan peka itu pasti akan tahu.

Ah, nggak heran. Dia memang cowok wibu yang suka dengan cewek spek anime. Rupanya aku yang selama ini kegeeran.

‐--

[A/N]

Ini cerita rada nggak jelas tapi aku suka wkwk.

19/05/24

Long Story ShortWhere stories live. Discover now