Hamil?

7.2K 516 81
                                    

Hari tepat 1 bulan setelah Humai pindah ke pesantren. Selama di pesantren Humai tidak pernah tidur di asrama, Humai selalu tidak di izinkan Gus Yusuf untuk tinggal di asrama.

Hari ini ada pemeriksaan kesehatan, pemeriksaan kesehatan selalu dilakukan 1 bulan sekali. Saat ini Humai sedang menunggu antrean untuk di periksa. Tersisa 1 orang sebelum Humai, tidak lama nama Humai dipanggil dan langsung masuk ke dalam ruangan.

Di dalam ruangan Humai terlihat tidak tenang, Humai merasa ada yang aneh dengan dirinya. Dan juga belakangan ini Gus Yusuf merasa aneh, setiap pagi Gus Yusuf merasakan mual dan terus muntah-muntah. Di dalam ruangan terdapat ustadzah Alya yang menemani santriwati yang di periksa.

Mulailah Humai di periksa, dari awal dokter sudah curiga kepada Humai. Saat pertengahan pemeriksaan, dokter mengeluarkan alat usg dan memeriksa perut Humai. Ketika monitor menyala, dokter dan ustadzah Alya terkejut, ternyata terdapat dua kantong janin yang masih kecil.

Melihat itu ustadzah Alya berkata, "Astaghfirullah Humai, sama siapa kamu hamil? Ikut saya ke lapangan sekarang,"

"Baik ustadzah,"

"Cepat lah, di lapangan sudah ada Gus Yusuf, kyai, nyai, dan para ustadz dan ustadzah,"

"Baik ustadzah,"

Sesampainya di lapangan, Gus Yusuf terkejut dengan orang yang di bawa ustadzah Alya. Karena yang dibawa oleh ustadzah dan ustadz, merekalah orang-orang yang melanggar aturan pesantren. Entah itu merokok, atau hamil, tapi selama ini tidak ada perempuan yang di bawa ke lapangan. Humai-lah perempuan pertama itu. Melihat Humai mendekat, Gus Yusuf berkata, "Ada apa ini ustadzah Alya?"

"Humai melanggar aturan, Gus," jawab ustadzah Alya.

"Kenapa Jannah?" Tanya gus Yusuf dengan wajah yang sangat khawatir.

"Jannah? Siapa Gus?" Jawab ustadzah Alya bertanya.

"JAWAB." Bentak Gus Yusuf kepada ustadzah Alya.

"Afwan Gus, Humai...," jawab ustadzah Alya dengan wajah takut.

"Jannah kenapa?" Tanya gus Yusuf sekali lagi.

"Humai... Humai hamil Gus," jawab ustadzah Alya takut.

"Hah, apa itu benar Jannah?" Tanya gus Yusuf kepada Humai dengan mata membola, tubuh tegang, dan sedikit tidak percaya.

"Be-benar Gus," jawab Humai dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Humai sangat takut jika Gus Yusuf marah dan akan memulangkan Humai ke rumah ayah Haidar.

"Alhamdulillah sayang," ucap gus Yusuf sembari berlari ke arah Humai dan langsung memeluknya.

"Alhamdulillah nak, sini peluk umi," ucap umi Fiya sembari bangkit dari duduknya.

"Alhamdulillah nak, Abi sangat terharu," ucap abi Faqih yang sama terkejutnya.

"Alhamdulillah, kamu serius Humai?" Tanya Aiman yang dari tadi hanya diam menyimak.

"Humai serius Abang, maaf Abang, Humai kecepetan," jawab Humai sembari memeluk Aiman yang ada di samping Gus Yusuf.

Melihat Humai memeluk kedua laki-laki tersebut, ustadzah Alya berkata, "Astaghfirullah Humai, wanita seperti apa kamu ini? Masih kecil sudah hamil, sekarang memeluk dua laki-laki yang bukan mahram, kamu. Memalukan pesantren,"

"ANDA YANG MEMALUKAN PESANTREN, USTADZAH ALYA." Bentak Gus Yusuf.

"Mas, udah jangan marah-marah. Ga enak di lihat yang lain, kita pulang aja yu, mas. Jannah lelah berdiri terus," ucap Humai sembari memeluk gus Yusuf kembali.

"Nak, umi belum di peluk?" Ledek umi Fiya yang melihat Humai terus memeluk gus Yusuf.

"Afwan umi, Humai lupa, hehehe," jawab Humai sembari berlari ke arah umi Fiya.

MasyaAllah, Gus Pangeran (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang