[03] Wakil Kepala Sekolah Sialan!

Start from the beginning
                                    

Tim Sagitarius langsung mengikuti Hadwin berjalan menuju lorong yang berbeda dibanding tim satunya. Lorong itu gelap dan aneh. Dindingnya terbuat dari batu bertumpuk dengan struktur yang tidak rata dan berwarna hitam pekat. Terlihat beberapa yang mencuat dengan ujung tajam. Jika tidak berhari-hati, itu mungkin akan menggores pelipismu.

Mereka terus berjalan hingga terlihat sebuah pintu putih di ujung ruangan. Pintu itu sangat bersih, tanpa ada goresan atau debu sekecil apa pun. Terlihat sangat berbeda dengan lingkungan di sekitarnya.

Begitu pintu itu dibuka, gelombang angin kuat langsung menerpa. Rambut Cecil dan Elaina berterbangan ke segala arah. Mereka berempat otomatis memejamkan mata sangking kuatnya angin itu menghantam. Seolah ingin menerbangkan tubuh mereka. Anehnya pula, angin ini terasa sangat hangat.

"Di mana kita?" teriak Cedric berusaha mengalahkan kerasnya deru angin.

"Kita di atas gunung berapi," jawab Sean dengan nada santai.

"Apa?!" Cecil, Ela dan CEdric berteriak berbarengan.

Cecil berusaha membuka matanya. Rasanya perih sekali. Namun, seketikanya matanya melebar melihat Sean. "Bisa-bisanya kau membuat pelindung untuk dirimu sendiri dan Hadwin!" teriak Cecil kesal.

Sean dan Hadwin terkikik kecil di dalam pelindung. Sean lantas meluakan pelindung yang dibuatnya. Cecil, Ela dan Cedric seketika terperosok ke tanah. Lutut mereka terasa lemas. Belum-belum mereka sudah harus melawan deru angin yang setara topan.

"Ini baru permulaan, apa kalian sudah lelah?" tanya Hadwin sambil tersenyum sombong.

Cecil lantas bangkit berdiri dan melirik judes pada Sean. Ela dan Cedric juga melakukan hal yang sama.

"Awas saja! Akan kubiarkan kau di makan monster nanti," celetuk Cedric pada Sean.

Kemudian fokus mereka beralih pada Hadwin yang mengeluarkan

Senja perlahan mulai datang. Semburat jingganya terlihat seluruh langit. peta itu berterbangan di udara dan berputar cepat. Percikan apinya melebar ke segala arah. Seolah ingin mencabik-cabik segala hal di sekitarnya. Detik selanjutnya, tanah di bawah mereka bergetar hebat diiringi suara deru yang memekakkan.

Mereka berempat sontak terkesiap dan mundur beberapa langkah saat tanah di bawah mereka mulai runtuh. Satu detik kemudian, mereka bahkan tidak sempat berteriak saat tersedot ke dalamnya.

Cedric dan Ela berterriak kencang. Cecil menahan napas, saat lubang itu menyedotnya. Langit jingga perlahan-lahan terlihat menjauh, digantikan dengan langit hitam di seklilingnya. Mereka berempat berterbangan di udara. Kaget, panik dan tidak bisa mengendalikan diri. Tubu mereka berputar-putar tanpa arah.

"APA-APAAN SEMUA INI WAKIL KEPALA SEKOLAH SIALAN," teriak Cedric setengah histeris.

"Kenapa kau tidak meramalkan ini hei peramal?!" Sean juga ikut berteriak. "Apa gunanya dirimu?!"

"Tidak! Aku tidak bisa mati sebelum menikah dengan pria tampan," teriak Ela tidak kalah histeris.

"Jangan panik!" balas Cecil dengan nada tinggi.

"SIAPA YANG TIDAK PANIK DI SAAT BEGINI HAH?!" Sean mendelik sambil berusaha menarik tangan Cecil yang akan mejauh darinya.

Cecil juga melakukan yang sama dengan meraih tangan Cedric. Lalu Cedric meraih tangan Ela dan Ela meraih tanga Sean. Mereka berempat berpegangan di udara. Berusaha menjaga satu sama lain agar tidak terpisah.

"Apa yang harus kita lakukan?!" tanya Ela dengan nada tinggi sambil menangis, hampir histeris.

"Aku tidak tahu!"

"Apa kau lihat daratan di bawah sana?!"

"Lakukan sesuatu!"

"Kita akan mati!"

"A-aku ingin mengucapkan sesuatu ... "

"Kita akan menghantam tanah dan mati bodoh!"

"OH SIAL! DIAM KALIAN SEMUA! HEI HADWIN SETIDAKNYA BANTU KAMI, DASAR KAU WAKIL KEPALA SEKOLAH SIALAN!"

Teriakan Cecil membuat ketiga temannya bungkam dan memandang gadis itu dengan mata melebar penuh. Sekelilingnya langsung hening.

"Sial! Aku akan mecoba membuat pelindung tapi aku tidak tahu ini akan berhasil atau tidak. Lindungi kepala kalian!" Sean memberi aba-aba. "Berpegangan padaku!"

Aliran cahaya hangat langsung melingkupi mereka berempat. Cecil bisa merasakan tekanan dari bawah sedikit berkurang. Namun, laju mereka terjun sama sekali tidak melambat.

Tidak lama, tulang belulang yang dibuat oleh Cedric muncul dengan cepat bergerak membentuk kubah bulat. Mereka semua memejamkan mata dan saling mengeratkan pegangan satu sama lain. Saling menguatkan.

Tiba-tiba Cecil membuka mata, bulu kuduknya meremang saat merasakan energi asing yang melungkupi mereka. Membentuk kubah baru yang paling luar setelah kubah pelindung milik Sean.

Namun, tidak hanya energi asing itu yang membuatnya khawatir, melainkan ada energi lain yang tidak bisa terbaca olehnya. Beregeram cepat, melesat di sekeliling. Cecil tidak tahu apa itu tapi yang jelas bukan Heidi.

Mendadak kubah mereka berguncang hebat. Seolah ada yang menabraknya secara beruntun untuk kubah ini hancur.

Detik berikutnya, terdengar suara keras yang memekakkan telinga. Diiringi desisan kecil seolah api yang terkena air. Disusul suara kaca pecah yang mengerikan. Lantas tulang-tulang Cedric hancur dan mereka menghantam daratan. 

 

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 28 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Gehennomias: The Dark HorseWhere stories live. Discover now