4. memilih calon istri

35 3 4
                                    

Joni duduk bersila di beranda rumah kayunya. Rumah turun temurun itu memang cantik dengan kayu di cat unggu dan kebun jeruk luas. Bu Irna memarut kelapa yang akan di gunakan untuk membuat santan makanan seraya mendengar kan cerita putra semata wayangnya.

"Jadi kau mau melamar Tiara?" Tanyanya.

"Ya, Bu setelah istriku meninggal aku mau melamarnya dia berbeda dengan Ratih Bu..."

"Ibu tau sendiri Tiara memang cantik sepertinya dia anak orang kaya berbeda dengan perempuan tukang matun itu, ibu sudah bilang tak akan restu jikaa kau menikahi Ratih."

"Aku juga malas melihatnya mengapa ia tidak mau berdandan sedikit saja!"

"Itulah kenapa kau harus pilih -pilih orang untuk di nikahi,"tawa Bu Irna seraya menepuk punggung sang anak.

"Tapi sepertinya bapaknya tak bisa datang Bu, hanya ibunya saja."

"Katanya ayahnya dokter dan ibunya seorang guru, calon menantuku pasti sangat beruntung dan cucuku pasti cerdas."

Joni yang duduk langsung berdiri menyambut pak Toha yang merupakan kepala desa widodari. Lelaki bertubuh besar itu duduk berhadapan dengan mereka Bu Irna langsung masuk kedalam rumah tergopoh-gopoh untuk membawakan minuman dan camilan.

"Bagaimana acaranya nak Joni, jadi?"tanya pak Toha paman Joni yang akan mewakilkannya nanti ketika melamar Tiara.

"Jadi pakde, saya juga sudah membeli beberapa seserahan.tapi hanya sedikit yang di undang karna acaranya kecil-kecilan cukup untuk menjadi saksi."

"Iya...tapi kalau acara nikahan sudah pasti acaranya mewah di tambah acara dangdutan, pasti banyak yang datang."ucap Bu Irna membawa nampan berisi kopi dan sepiring kue lapis.

"Tapi..."pak Toha menjeda,"apa kau tidak jadi dengan Ratih? Kasian perempuan itu sudah berapa kali tidak jadi menikah."

"Wong dia tidak pandai rawat diri,aku saja malu kalau punya membantu seperti dia!" Tukas Irna.

***

Tiara berjalan bolak-balik di beranda rumahnya. Ia mengigit kukunya panik jam sudah menunjukan pukul dua sore tapi sosok yang ia tunggu belum datang. Beberapa orang yang ia bayar sudah merapikan rumah dan menata makanan catering.

Maniknya membulat ketika mobil silver berwarna putih terparkir di halaman rumah.sosok itu datang juga, wanita berkebaya putih dengan rambut yang di jedai tinggi dia sudah berusia lanjut namun wajahnya tetap cantik.

Ia tersenyum menyapa Tiara,"bagaimana kamu suka penampilan saya?"

Tiara mengangguk,"kamu sudah tau kan siapa yang akan kamu perankan!"

"Tentu, aku akan Pura-pura jadi ibumu seorang guru istri dokter kan?"

Ruang tamu sudah di penuhi beberapa tamu termasuk rombongan laki-laki. Setelah acara seserahan dan tukar cincin semuanya masih asik berbincang dan saat itulah datang Ijah bersama dengan gadis cantik yang belum pernah mereka lihat.kulit putihnya sangat indah di padukan dengan baju merah brokat. Semua mata tak bisa berpaling darinya bahkan Joni sekalipun memujinya di dalam hati.

"Mbak itu siapa?" Tanya salah seorang tamu memberanikan diri.

"Lho...masak kalian gak kenal sih. Ini Ratih..."

"Mustahil kalo mbak Ratih secantik itu!"

"Iya dia memang berubah karna pake skincare yang saya belikan di kota kemarin efeknya memang gak main-main,"tambah Ijah.

Orang-orang desa kolot hanya mengangguk-angguk.yang mereka tau scincare di kota harganya pasti mahah pantas saja jika dia berubah secepat itu.

"Selamat ya mas Joni, semoga kalian di lancarkan,"ucap Ratih dengan suara gemulai.

Joni langsung terpanah dengan wajah ayu Ratih. Bahkan Tiara saja ternganga melihatnya. Perempuan itu lantas merangkul tangan calon suaminya seolah ia takut jika Ratih akan merebutnya.

Eskpresi ketakutan itu membuat Ratih tersenyum senang. Ia akan melanjutkan ke level lebih tinggi untuk membuat sosok itu cemburu setengah mati, kalau perlu sampai ia berlutut di hadapan Ratih.

MANDI DARAH Where stories live. Discover now