4 || Kencan

Mulai dari awal
                                    

Karena tak mampu melunasi utang, Hutomo hendak mengambil organ dalam Jefri, tapi akhirnya meminta Jefri untuk menyerahkan adik bungsunya yang masih menjadi siswa sekolah.

Jefri tahu bahwa Juno akan diperkosa. Tapi Jefri tetap bersedia agar dirinya tak terbunuh. Dengan iming-iming liburan gratis bersama abangnya di hotel dua hari, Juno pun ikut kakaknya dan tinggal di hotel, tapi ditinggalkan sendirian saat malam untuk didatangi Hutomo nanti. Beruntung Jihan tahu lebih awal, jadi sempat mengejar ketika Hutomo ada di kamar hotel itu. Pada malam itulah Jihan bertemu Rendra.

Rendra menggeser kursor ke folder media sosial, lalu membuka akun utama Jihan di Instragam. Galerinya normal, cukup banyak foto menu makanan dari kafe Persephone yang Jihan kelola. Sesekali ada swafoto dan foto bersama teman-teman atau adiknya.

Lalu saat menggulirkan layar, Rendra menemukan foto yang tak dia sangka.

Jihan berada di acara pernikahan Lennard Cakrawangsa bulan lalu.

Acara pernikahan tersebut dilaksanakan di Bali. Tamunya adalah kerabat dari mempelai atau teman-teman mereka. Jika Jihan sampai diundang, pasti alasannya karena Jihan berteman dengan salah satu mempelai, bukan karena Jihan keturunan ningrat, sebab keluarga Jihan bukanlah keluarga kaya raya.

Dari laporan, ibu Jihan bekerja sebagai PNS berkecukupan, sedangkan ayah Jihan tak diketahui kabarnya. Mungkin ayahnya menghilang begitu saja. Rendra tak sekali dua kali bertemu anak dengan orangtua yang meninggalkan mereka begitu saja; tidak meninggal, tapi seperti hilang ditelan bumi.

Rendra mengecek lebih dalam, dan menemukan bahwa Jihan satu sekolah dengan sang mempelai wanita. Rasanya agak canggung mengetahui bahwa Jihan berteman baik dengan istri dari Lennard Cakrawangsa, sepupu Rendra yang tak pernah tahu Rendra ada. Tapi di sisi lain, lebih memudahkannya jika nanti dia mau menjelaskan soal latar belakang keluarganya. Mungkin nanti, saat waktunya sudah tepat.

Selesai membaca laporan tentang Jihan, Rendra segera mandi dan bersiap-siap. Dia membuka lemari dan melihat kertas berlaminating tertempel di balik pintu lemari, berisi instruksi berpakaian dari Lorent, Letnan Balwana selain dirinya. Instruksinya cukup lengkap mulai dari tampilan kasual, business casual, smart casual, dan acara formal seperti gala dinner untuk kegiatan amal besar. Rendra sudah menghafalnya luar kepala.

Pilihan pakaiannya jatuh ke kaus putih polos dengan jaket denim dan celana denim yang terasa tepat di kakinya. Semuanya berpotongan pas, tidak kebesaran atau kesempitan. Dia lalu memakai jam tangan dan sneakers putih. Ketika melihat ke cermin, dia berterima kasih kepada dirinya di masa lalu karena konsisten melatih tubuh (walau memang terpaksa agar kekuatannya sebagai mutan tak melemah), jadi hampir pakaian apa pun yang pas dengan tubuhnya akan terlihat bagus.

Jihan harusnya terpesona, pikir Rendra, yakin. Dia tersenyum menatap kaca sekali lagi sebelum pergi dari kamarnya.


***


Sebagian besar petinggi Balwana tinggal di sebuah kos khusus bernama Merkurius. Rendra yang menamainya demikian, beralasan bahwa Merkurius adalah dewa perdagangan dalam mitologi Romawi, cocok dengan Balwana yang tujuan utamanya adalah mencari profit lewat berdagang. Lokasinya dekat markas Balwana. Sekilas, orang akan mengiranya sebagai sebuah warehouse—gudang besar penyimpanan barang-barang manufaktur. Namun sebenarnya, interiornya telah diubah agar bisa menjadi tempat tinggal yang nyaman.

Merkurius dulunya merupakan warehouse yang lama tak beroperasi, kemudian dibeli oleh Balwana dan dimodifikasi menjadi tempat tinggal sebagian besar Letnan dan Komandan. Karena bangunannya berawal sebagai warehouse, interiornya industrialis dan memiliki langit-langit tinggi, dan ini jadi sebuah keuntungan untuk Snow. Pria itu tak suka dengan rumah berlangit-langit rendah, membuat tubuhnya harus senantiasa membungkuk ketika melewati pintu demi pintu.

Tumbuh dalam Runtuh (CindeRendra)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang