✂.... life after break up-chapter 06

Mulai dari awal
                                    

Hallo, Sayang—lho, kamu di toilet?” Ayahnya tertegun saat melihat background di belakangnya. “Itu bukan toilet kamar kos kamu.”

“Memang buka—” Jisoo mendadak mual lagi dan sang ayah menyaksikan itu secara langsung. “Maaf, Pah. Jadi ngelihatin muntahnya kakak.”

Demi Tuhan, Nak. Kamu di toilet umum di mana? Sharelock sekarang biar papa minta teman buat jemput kamu.”

Ayahnya jelas sangat mengkhawatirkannya. Bagaimana tidak saat mengetahui putri sulungnya kesakitan di toilet umum di sebuah mall dan sendirian.

“Papa nggak usah telpon teman segala. I’m fine, okay?”

Di kos-kosan ada yang ngerawat kamu?”

Dia menggeleng lesu. Kalau dulu ada, sekarang sudah enggak ada.

Teman kamu?” tanya beliau.

“Masa ngerepotin teman. Nggak mau, ah!” Ayahnya tahu dulu dia punya pacar dan ayahnya juga sudah tahu kalau sekarang dia tidak punya pacar. Maka sebab itu, ayah tidak menyinggung soal laki-laki itu lagi.

Habis dari situ pergi ke rumah sakit biar dirawat sama suster. Papah nggak mau kamu kesakitan sendirian di kos-kosan. Biar papa hubungin teman papa. Biar dia merawat kamu.”

Teman ayahnya itu seorang dokter, kebetulan bertugas di sebuah rumah sakit swasta yang cukup terkenal di kota setempat. Beliau seseorang yang seringkali direpotkan oleh ayahnya supaya menggantikan dirinya untuk merawat putrinya kalau lagi sakit.

Papa sudah sering nasehatin lho, jangan pernah telat makan dan jangan mudah stress. Kamu tuh, bandel seperti almarhum mama kamu.”

“Iya kan, aku anak mama.”

Ayah menggerutu namun matanya tak bisa membohongi putrinya betapa khawatirnya beliau saat ini. Di saat putrinya lagi sakit begini, dia tidak ada di sana untuk merawatnya.

“Iya, iya. Habis ini aku ke rumah sakit dan minta teman papa buat dijagain. Jadi Papa nggak usah khawatir dan sedih begitu.”

Ayahnya mungkin masih menyesal karena dulu tidak ada di samping istrinya saat jatuh sakit. Sebab itu, beliau selalu terlihat sedih dan merasa bersalah ketika anak-anaknya sakit dan beliau tidak ada di sisinya. Mamanya sudah lama meninggal, dua bulan setelah melahirkan adik perempuannya. Sementara sekarang adiknya sudah kelas empat SD.

Janji ya, ke rumah sakit kalau di kos nggak ada yang merawat kamu.” Misal Jisoo menolak, teman papanya itu pasti bakal muncul di kos-kosannya demi menyeretnya pergi ke rumah sakit supaya ada yang merawatnya. “Oh ya, urusan papa sudah selesai. Lusa papa udah pulang ke rumah. Papa udah telpon adik kamu tadi.”

“Papa udah dapat izin? Berarti tinggal berangkat? Wah, adik pasti senang denger Papa pulang.” Ah, dia jadi merindukan adiknya lucu dan menggemaskan.

Iya. Syukurnya suratnya cepat keluar. Dan masalah di sana juga udah dibantu urus sama teman-teman papa jadi kita tinggal berangkat dan tinggal terima beresnya saja. Enak kan?” Ayahnya tertawa dan kelegaan terlihat jelas di serautnya.

“Syukurlah.” Dengan begini ayahnya tidak perlu bolak-balik terbang untuk pulang dan kerja.

Sekarang ke rumah sakit. Papa mau telpon Tante Hez dulu.”

Setelah panggilan videonya selesai, Jisoo merenung. Jadi sekarang dia harus ke rumah sakit? Dia benci rumah sakit. Tempat itu selalu memberinya perasaan tidak menyenangkan dan setiap kali mau ke sana, dia selalu mau muntah di jalan dan kepalanya suka mendadak pusing.

Life After Break Up | taesoo [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang