PROLOG

19 5 0
                                    

Seperti biasanya aku mengisi daftar hadir tamu yang terletak di meja post jaga ini,

"Ibu mengajar les apa?" tanya tentara yang ada di depanku.

"Bahasa Inggris pak" ucapku singkat sembari menulis jawaban di beberapa kolom yang tersedia.

"Keren bu, kami saja diwajibkan bisa berbahasa inggris jika ingin naik pangkat atau masuk ke divisi tertentu. Ibu Rara sudah lulus kuliah?" dari awal memang beliau sangat ramah sekali padaku. Tapi aku tidak menyangka ia akan bertanya banyak hal seperti ini. Aku ingin segera pergi dari sini, apalagi ketika merasakan tatapan seorang tentara lain yang sedang berdiri tidak jauh dari sampingku. Tubuhnya selalu tegak dan wajah kakunya menghadap ke arah jalan, melihat kendaraan yang keluar masuk portal, tapi aku yakin bahwa ia sesekali melirikku. Apa tingkat kepedean ku saja yang lebih meningkat sekarang?!

"Belum pak, saya masih kuliah semester akhir"

"Walahh, pantas mukanya masih kelihatan muda. Panggil mbak aja atuh ya, jangan ibu. Kedengaran lebih tua" ia tergelak dengan ucapannya sendiri, aku hanya tersenyum menanggapi. Aku memang tidak suka ketika dipanggil 'ibu' walaupun hanya sekedar formalitas, tapi aku tidak mempermasalahkan nya, toh aku memang calon ibu guru dan sudah terbiasa dengan panggilan tersebut. Melihatku terdiam, ia pun melanjutkan

"Berarti mbak Rara ini calon bu guru ya?"

" Iya pak, Insyaallah" aku tersenyum kembali, jujur aku tidak tahu dengan jalan hidupku ke depannya seperti apa. Love what you do, mungkin itu istilah yang tepat untuk menggambarkan diriku sekarang.

"Kalau tidak mau jadi calon ibu guru juga ga apa apa mbak, siapa tahu jadi calon ibu persit" aku tertegun mendengar nya. Ibu persit? Huh apa apaan? Tentara mana yang mau meminangku menjadi ibu persit?

Sambil terkekeh, ia melirik ke arah tentara yang tidak jauh dari sampingku. Aku pun ikut menolehkan kepalaku ke arahnya, pada tentara yang aku ketahui namanya Indra Prasetyo. Tidak ada yang berubah dari wajah tampannya sejak terakhir aku lihat minggu lalu. Kalau tidak salah, aku sempat melihatnya tersenyum miring mendengar godaan tentara di hadapanku tadi. Jantungku berdegup tiba-tiba, entah karena takut, malu atau alasan lainnnya yang tidak bisa aku cerna saat ini. Oke fiks! aku harus segera pergi dari hadapan mereka.

Calon Ibu PersitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang