"bisakah kita melakukannya lagi?" tanya Jennie dengan suara yang terdengar parau.

Chanyeol tertawa kecil, "tunggu 20 menit, lututku masih sangat lemas"

"payah!" ejek Jennie dengan suara tawa yang terdengar lemas.

.
.
.

"haruskah kita kembali ke kantor?" tanya Jennie ditengah makan siang mereka yang sangat terlambat, sehingga keduanya hanya bisa menyantap salad buah yang Jennie buat.

"kau masih mau kembali setelah apa yang mereka lakukan padamu?"

jennie tersenyum dipaksakan, "aku harus kembali, jika tak ingin gagal"

"tidak! aku tidak ingin mereka melihatmu lagi dan mengulangi perbuatan brengseknya lagi" ujar Chanyeol dengan emosi.

"lagipula, aku bisa bekerja untukmu.apa yang kau butuhkan? kau bisa mengatakannya padaku. aku bisa memberikannya"

"Yeol..." ujar Jennie, membuat Chanyeol langsung berhenti mengomel.

"maaf, aku sempat meragukan perhatianmu padaku"

Chanyeol terdiam, ia menelan ludahnya ketika Jennie tampak tulus dan serius mengucapkan hal tersebut.
"aku tahu kau sangat membenciku dan meremehkanku diawal pertemuan kita, namun seiring waktu berjalan, kau satu-satunya orang yang mendengarkan ide-ideku dikantor, kau bahkan tidak marah saat aku sinis pada hasil pekerjaan tim mu"
"kau orang pertama yang mengakui aku dari kemampuanku. terimakasih"

"mengapa kau membahasnya lagi"bantah Chanyeol lembut, ia menarik tubuh mungil Jennie kedalam pelukannya, sekaligus membuat gadis itu duduk diatas pangkuannya juga.
Chanyeol mengistirahatkan dagunya diatas bahu sempit milik Jennie, "aku tak tahu sejak kapan merasakan hal ini, tapi kau benar, aku sangat jengkel dengan keangkuhanmu waktu itu. sekarang,aku justru selalu merindukanmu, aku ingin selalu bersamamu setiap detik, setiap jam, setiap saat"
chup, sebuah ciuman Chanyeol hadiahkan dibahu Jennie yang tak tertutupi pakaian.

"tapi, kemana kau saat makan siang waktu itu. kau juga menghilang selama seminggu dan tidak menemuiku lagi?"

Chanyeol terkejut mendapatkan pertanyaan mendadak itu, ia belum menyiapkan jawabannya sama sekali.
"aku... memiliki acara keluarga"

Jennie tersenyum dan menangkup pipi Chanyeol menggunakan kedua tangannya, "kau pasti terlahir dari keluarga bahagia, kau sangat beruntung"

"hm, dan aku lebih beruntung karena bisa bertemu denganmu, Jennie Kim"

"aku akan lebih sering bersamamu mulai hari ini"

"benarkah?!"

"hum, aku akan melindungimu dari laki-laki brengsek itu, siapapun orangnya"

Jennie terharu, sepasang mata kucingnya tampak berembun dan Chanyeol langsung memeluknya, Chanyeol bertekad akan melindungi gadis itu sama persis dengan janji yang telah ia ucapkan kepada Jennie.
.
.
.
Chanyeol tak bisa berhenti tersenyum bahkan ia bersiul dan bernyanyi kecil dari parkiran hingga masuk kedalam rumah. Hal tersebut membuat Seohyun keheranan, tak biasanya Chanyeol tampak sangat bahagia sepulang kerja, ketika awal mendapatkan proyek Chanyeo justru seringkali pulang dalam keadaan suntuk dan jengkel.

"sayang, apa pekerjaanmu berhasil hari ini?"

Chanyeol yang sedang merapikan pakaian langsung menghentikan kegiatannya, ia baru tersadar jika sejak tadi ia berada di rumah bersama Seohyun, "ya, proyekku berjalan dengan sangat lancar"

Seohyun meraih lengan berotot suaminya dan mencoba melakukan skinship, "aku merindukanmu... kalau kau sangat senang dengan pekerjaanmu, kau pasti akan lebih sibuk kan?"

Seohyun pula dengan berani membelai dada bidang suaminya dari belakang, dan entah mengapa Chanyeol merasa risih, dia pasti sudah tergila-gila pada Jennie.

"Seohyun... aku harus mandi terlebih dahulu"

Seohyun cemberut, "baiklah, mau kusiapkan aromaterapi?"

"tak perlu, aku harus mandi cepat karena aku ada urusan pekerjaan lagi setelah ini"

lihatlah siapa yang datang dan membuat Jennie sangat kegirangan malam ini, Chanyeol datang dengan penampilan yang lebih segar daripada biasanya, tak ada jas dan kemeja juga dasi, tak ada celana pantalon pas badan itu. Chanyeol mengenakan hoodie dan celana jeans longgar, dan itu sangat cocok untuknya.
"taraaaa!" Chanyeol merentangkan kedua tangan panjangnya, Jennie langsung berhambur loncat untuk memeluknya dan melingkarkan kedua kakinya, chanyeol merengkuh tubuh mungil itu dan memutar-mutarnya dengan riang gembira.

"uwaaaah,apa yang kau bawa?!" tanya Jennie penasaran.

chanyeol mengeluarkan satu persatu benda dari dalam kotak yang ia bawa bersamanya, "soju.."

"wow, kau minum?"

"sedikit..." ucap Chanyeol.

"sampanye dan makanan ringan"

"itu bisa membuatku gendut. kotak sebesar itu hanya kau isi dengan makanan dan sampanye?"

"sudah kuduga kau akan mengatakan hal seperti itu, kau akan tetap cantik meskipun menggendut sebesar olaf"

"hahaha, olaf, apa itu?" tanya Jennie dengan tawanya yang renyah.
"kau tidak tahu Olaf?"
bahu Jennie mengendik, "tidak, memangnya siapa?apakah dia wanita gendut yang cantik?apakah dia cinta pertamamu?"

tuk!
Chanyeol menjatuhkan jitakan lembut diatas dahi Jennie, meski tak sakit Jennie tetap meringis dan Chanyeol mengusapnya dan memberikan kecupan untuk membuat gadis itu kembali tersenyum.
"sebaiknya kita menikmati semua makanan dan sampanye ini sambil menonton film. duduklah, aku siapkan semuanya" pinta Chanyeol pada Jennie.

"baiklaaaah" Jennie menuruti perintah Chanyeol, ia hanya duduk manis diatas sofa sambil melihat Chanyeol sibuk dengan piring dan gelas untuk sampanye, chanyeol terlihat sangat atraktif saat sedang sibuk dengan pekerjaan rumah.

film dimulai, dan Jennie terheran-heran dengan apa yang Chanyeol berikan untuknya, "ini, animasi?"

"ya, kau harus menontonnya"
Jennie menghela napasnya, ia pun menonton film itu sambil sesekali berdebat kemudian berbaikan yang berakhir berciuman dengan Chanyeol.
film berakhir, dan Jennie menangis diakhir film tersebut, menangis bahagia dan tampak puas dengan akhir filmnya. Chanyeol malah menertawakan Jennie yang pada akhirnya terhanyut dengan film animasi tersebut.
"jadi,kau sudah tau siapa olaf?"

Jennie mengangguk, "hm, dan sekarang aku butuh pelukan hangat darimu"

"hahaha, kemarilah sayang" Chanyeol merentangkan kedua tangan panjangnya untuk Jennie. dia merasa tenang meskipun mengetahui bahwa ini adalah hal yang teramat salah untuk dilakukan. ia merasa terpenuhi, dan bahagia bersama Jennie. Saat memeluk Jennie dan bersama gadis itu, Chanyeol seakan-akan tak perlu melakukan apapun dan hanya mengingat momen kebahagiaannya bersama Jennie.

Tobecontinued-

ThirdWhere stories live. Discover now