"Ru, lo ke kelas aja. Ini hari pertama, jangan sampai bolos. Biar gue yang nemenin Shean. Nanti lo bilang aja ke guru kalau gue lagi di UKS," tutur Mahes.

Ruru mengangguk, "Jagain Shean ya, Hes. Nanti gue bilang juga ke Rara,"

Mahes mengangguk, mereka pun berpisah di sana dengan tujuan berbeda. Mahes dapat merasakan deru nafas adik kelasnya itu tidak teratur dan terasa berat.

Klek

Pintu UKS dibuka oleh Mahes, di sana ada dokter khusus yang ditunjuk sekolah. Ada juga Jemy yang sedang memegang kotak P3K.

"Eh ini kenapa, Mahes?" Ujar dokter bernama Bianca.

Mahes membaringkan Shean di atas ranjang, "Saya kurang tau, dok. Tadi lagi keliling sekolah, di ruang OSIS dia bilangnya susah nafas,"

Bianca mengangguk ia khawatir karena wajah Shean mulai memucat dengan deru nafas tak teratur, "Dia baru? Kamu tau keluarganya, gak?"

"Dia adiknya Rara, dok. Tadi saya udah titip pesen ke murid baru di kelas saya juga buat lapor ke Rara," jelas Mahes diangguki Bianca.

"Kamu duduk dulu di situ sama Jemy, biar saya periksa dulu," ujar Bianca menutup tirai.

Mahes pun duduk di kursi samping Jemy yang terus menatap tirai.

"Jem, jadwal jaga?" Tanya Mahes.

Jemy menoleh, "Iya, Kak. Asga tadi minta tuker jadwal, harusnya sih gue nanti jam dua belas,"

"Oh,"

"Keliatannya sakitnya dia serius," ujar Jemy kembali menatap tirai.

Mahes menoleh, "Gue juga kurang tau, Jem. Gue taunya dari Rara kalau dia gak boleh kecapekan, keliatannya tadi masih oke aja. Tau-tau susah nafas pas duduk di ruang OSIS tadi,"

"Pinter nutupinnya," ujar Jemy.

"Lo kenal?"

"Dia sekelas sama gue, tadi gue anter dia ke kelas lo, Kak," ujar Jemy diangguki Mahes.

Tidak berselang lama, pintu UKS dibuka, datang Rara bersamaan dengan Ruru.

"Mana, Adek?" Tanya Rara pada Mahes, wajahnya nampak sangat khawatir dengan netra yang berkaca.

"Lagi dicek, Ra. Tenang dulu, sini duduk." Ujar Mahes berdiri dan memberikan kursinya pada Rara.

Rara terduduk lemas, ia tidak ingin terjadi sesuatu lagi pada adiknya. Mahes yang paham perasaan Rara pun membantu menenangkan dengan menggenggam tangan Rara dan mengusapnya lembut.

Tirai dibuka, dapat mereka lihat Shean terlelap. Bianca pun tersenyum kepada mereka, "Rara, bisa bicara sebentar?"

Rara mengangguk, "Iya dok,"

Keduanya beranjak ke balik tirai di samping ranjang Shean. Bianca menggenggam tangan murid kebanggaan sekolah itu.

"Boleh cerita gak, adiknya Rara punya riwayat penyakit apa? Saya gak akan kasih tau siapapun, saya hanya ingin tau. Kalau suatu waktu terjadi lagi, saya sudah sedia obat dan alat bantunya," tutur Bianca.

RED STRINGWhere stories live. Discover now