TEMPRAMENTAL

8 1 1
                                    


Jangan lupa tinggalkan jejak 🌟

~Happy reading all~


Suara bisik-bisik mengusik pendengaran gadis remaja yang tengah tertidur pulas di atas mejanya menggunakan tangan sebagai bantalan. Ia menegakkan tubuhnya, mata coklat terang itu menatap ke sekeliling. Pantas saja, teman-temannya riuh meminta jawaban, ternyata guru pengawas yang tengah hamil muda itu telah pergi beberapa menit yang lalu.

"Pik, bagi nomor sepuluh dong," pinta gadis yang bernama tag Jingga tersebut sambil tersenyum hingga memperlihatkan lesung pipinya.

Gadis dengan rambut curly yang selalu digulung seperti donat itu menggeleng. "Belum," ucapnya.

Jingga tampak berpikir sambil memperhatikan lembar ujian yang belum ia jawab.

"Emm... nomor 3 aja, deh!"

Lagi-lagi gadis itu menggeleng."Gue belom siap, Bego!" Ketusnya terlalu kesal.

Jingga melongo, menatap gadis satu itu dengan tatapan yang tidak dapat terkatakan. Bagaimana bisa ia berteman dengan manusia satu ini, astaga! Dan apa tadi katanya? Dirinya bego? Dasar teman dakjal, sudah tidak sadar diri, suka tidur lagi.

"Disini yang bego gue apa lu," beo Jingga.

"Lo kata gue bego?" Tanyanya

"Lo dilu--," jawaban Jingga terpotong akibat suara yang ikut nimbrung di tengah perseteruan kedua gadis itu.

"Lo berdua bisa diam, nggak?
Fokus gue keganggu," ucapnya tanpa melihat lawan bicaranya ia tetap sibuk menulis jawaban pada lembar jawabannya.

"Lo nggak diajak mending lo yang diam!"

"Lo kalau dibilang sekali nggak usah nyolot deh, Seraphic! Lo sadar nggak? Bukan cuma gue yang keganggu tapi yang lain juga!" Ucap gadis itu menatapnya datar dengan keempat matanya.

"Oh, buktinya mereka juga ribut tuh. Sibuk nyontek," jawab Seraphic. Ya, dia adalah gadis yang sedari tadi itu, Seraphic—gadis yang bermata coklat terang, rambut curly pirang yang selalu ia gulung seperti donat.

Gadis berkacamata itu berdecih,"Cih, ortu lo pasti selalu naik pitam punya anak yang keras kepala kayak lo."

"Nggak bisa dibilangin," sambungnya.

Seraphic tampak geram, tangannya mengepal hingga buku-buku jarinya memutih.

"Lo tau apa tentang ortu gue?" Tanyanya, seolah-olah apa yang di katakan gadis berkacamata itu perlu diragukan, walaupun kenyataannya memang benar adanya.

"BANGSAT!!!" bentaknya. Tangannya melayang menampar kuat pipi gadis berkacamata itu. Amarahnya meletup-letup jika itu menyangkut keluarga dan jatuhnya untuk memojokkan dirinya.

Nurul si gadis kacamata itu syok dan tentu tak terima. Ia berdiri dan menatap nyalang kearah Seraphic, tangannya hendak membalas tamparan tersebut. Namun, dengan cekatan Seraphic mencekal pergelangan tangannya dengan kuat dan memelintirnya hingga ia memekik kesakitan.

"Seraphic, udah!" Jingga melerai, hendak memisahkan keduanya.

"Woilah! Lo pada bantu misahin kek, anjir! ini malah nonton. Pakai otak nggak, sih!?"

"Nggak ada yang boleh nyentuh gue ataupun Nurul!" Titahnya keras ketika melihat Bayu-wakil ketua kelas hendak datang kearah mereka.

Melihat Bayu berhenti melangkah, pandangannya turun melihat tangan Jingga yang bertengger di lengannya."Lepas, Ngga!" Perintahnya lirih namun tegas.

Jingga dengan takut-takut menarik kembali tangannya."Sera, kuasai diri lo!" Peringat Jingga.Bukan tanpa alasan Jingga berucap demikian. Seraphic punya tempramental, jika di lawan maka akan semakin menjadi-jadi dan apabila hal itu terjadi, maka nyawa bisa menjadi sasarannya.

EUDAIMONISMEWhere stories live. Discover now