Alicia hanya bisa mengangguk. Akibat kecelakaan semalam, seluruh badannya terasa remuk gara-gara benturan. Ditambah pula dengan luka-luka goresan di beberapa bagian membuat Alicia semakin lelah. 

Untuk sementara, Alicia akan beristirahat dari segala bebannya.

***

Malam harinya, Kina datang bersama Dava. Dengan membawa sekeranjang buah dan beberapa yoghurt kesukaan Alicia, mereka berjalan memasuki rumah sakit. Di tempat duduk dekat resepsionis, ada Fian sedang menunggu mereka. Berhubung ruang inap Alicia terjaga ketat, resepsionis tidak akan memberitahukan nomor ruangannya. Sehingga, Kina menyuruh Fian untuk mengantarkan. 

“Gimana keadaannya?” tanya Kina. “dia nggak kenapa-napa, ‘kan?”

Fian mendesah pelan. “Ya, dia baik-baik aja. Tadi siang dia udah sadar.”

Kina mengembuskan napas lega. “Syukurlah. Tuh anak emang, ya. Suka banget bikin orang khawatir.”

Fian hanya tertawa seadanya. 

“Eh, ngomong-ngomong,” celetuk Dava ketika mereka sampai di depan lift. Usai Fian memencet tombol, ia melanjutkan. “Gimana pelakunya?”

Seolah kesadaran bersama, Fian berdiri tegak. Selama ini ia hanya fokus pada Alicia. Ia tidak memikirkan pelakunya sama sekali. “Nggak tahu. Gue serahkan aja ke polisi. Gue lebih fokus ke Cia.”

Dava berdecak kagum, mengiringi langkah mereka bertiga memasuki lift. “Wow, murah hati banget lo. Kalau gue, udah pasti potong anunya dulu sebelum diserahin ke polisi.”

“Ih!” seru Kina kesal sambil memukul punggung Dava. Di dalam lift hanya ada mereka bertiga, tapi tetap saja ucapan Dava itu menjijikkan. 

“Apaan sih, dek?”

“Lo tuh yang apa-apaan. Disaring dulu, kek!”

“Padahal udah pake disamarkan, coba kalau gue frontal. Makin menjadi-jadi lo.”

Kina melotot kesal. “Gue tonjok lo, ya.”

Spontan, Dava bersembunyi di belakang Fian. Meskipun adiknya tidak mungkin bisa menonjoknya karena sedang membawa keranjang buah, tetap saja ia takut. 

“Ini di rumah sakit. Jangan ribut-ribut, ah.” Kata Fian melerai keributan. Bertepatan dengan pintu lift terbuka, mereka langsung berjalan keluar. Menyusuri lorong yang sepi. 

Kamar yang ditempati Alicia merupakan kamar kelas atas yang dikhususkan untuk kalangan penting. Wajar saja jika lorongnya tampak sepi pengunjung. Jika ada yang menempati salah satu kamar, maka akan terlihat bodyguard yang berjaga di depan pintunya. Selain itu, hanya ada suster dan dokter yang berlalu lalang. 

Sesampainya di kamar inap Alicia, Kina dan Dava disambut oleh Bunda. Kina cukup terkejut melihat hanya ada Bunda yang menemani Alicia. Ia pikir, ia akan bertemu dengan keluarga besarnya juga. 

Dari pintu masuk, tampak Alicia sedang duduk menikmati buah potong sambil menonton televisi. Perempuan itu mengalihkan perhatiannya pada Kina kemudian tersenyum lebar. 

Kina segera menghampiri Alicia lalu memeluknya cukup erat. “Lo bikin orang jantungan aja!”

“Maaf, dong,” balas Alicia sambil terkekeh. “Gue nggak kenapa-napa, tuh. Jangan sedih.”

My Disaster CEOOù les histoires vivent. Découvrez maintenant