2 || Sebelum Bertemu

Start from the beginning
                                    

Sontak, Jihan segera menitipkan laptop ke kafe dan berlari ke dalam hotel. Djahayu sebelumnya dia minta mendatangi resepsionis untuk menelepon kamar hotel Juno. Sedangkan Jihan langsung naik lift hingga tiba di lantai kamar Juno menggunakan kartu akses yang sudah dia minta.

Apa yang dia lihat membuat seluruh darah di tubuhnya membeku.

Dia tak ingin mengingat-ingat lagi. Tapi jika dia berusaha melupakan, rasanya tak adil kepada adiknya yang mengalami langsung kejadian traumatis itu.

Pria paruh baya yang sedang menggerayangi adiknya di kasur adalah sosok yang Jihan kenal. Namanya Hutomo, pria yang sering meminjamkan uang untuk Jefri. Dia pernah melihat pria ini mendatangi rumah orangtuanya untuk bertemu Jefri. Pada saat itu, Hutomo memandangi tubuh Jihan dengan pandangan tertarik, tapi Jihan tak memberikan reaksi apa-apa. Satu-satunya kemungkinan yang membuat pria itu bisa menemui Juno adalah lewat Jefri.

Hutomo bangkit dari kasur mendengar suara pintu terbuka. Pakaiannya berantakan, sedangkan pakaian Juno sudah terlepas sebagian. Jihan bergidik karena sempat melihat pria itu memaksakan dirinya untuk mencium bibir Juno. Dia ingin muntah.

Sebelum Jihan sempat berpikir lebih jauh, Hutomo lebih dulu mengeluarkan revolver dan memiting leher Juno dengan tangannya yang lain.

"Jangan bergerak!" seru Hutomo. "Atau kutembak kepala adikmu ini."

Jihan terkesiap. Bagaimana bisa Hutomo masuk ke hotel ini membawa senjata berapi? Apa pria ini benar-benar segegabah itu sampai mau menembak orang di dalam hotel bintang lima?

"Mundur lima langkah ke ujung ruangan, atau kutembak anak ini," ujar Hutomo. Dan Jihan pun mengikuti ucapannya dengan perlahan, mundur dan menyingkir dari arah pintu. Hutomo pelan berjalan mendekati pintu.

Setelah Hutomo berhenti berjalan, tanpa disangka, Juno menggigit tangan Hutomo yang mendekap lehernya, membuat Hutomo menjerit kesakitan hingga melepaskan Juno, dan Jihan mengambil kesempatan itu untuk menendang tangan Hutomo yang memegang revolver.

Revolver jatuh ke sisi Jihan dan Jihan gesit meraihnya, langsung mengacungkannya ke arah Hutomo.

Tak membuang waktu, Hutomo langsung kabur. Jihan keluar kamar dan melihat Djahayu datang bersama staf hotel, dan dia pun menitipkan Juno kepada mereka selagi dia mengejar Hutomo. Dia juga melepas sepatu hak tingginya sebelum berlari. Sejak dua tahun belakangan, dia rajin mengikuti lari marathon. Dia yakin dia akan cepat mengejar dan menangkap Hutomo.

Sosok Hutomo dia temukan dengan segera, sedang berlari ke tangga darurat. Jihan menyusul dengan cepat. Setibanya di dalam ruang tangga darurat, Jihan melihat Hutomo sudah lewat dua lantai di atasnya.

Jarak dua lantai darinya dan Hutomo membuat Hutomo lebih duluan keluar melewati pintu di lantai teratas. Pintu tersebut menjeblak terbuka setelah Hutomo menginjak lantai rooftop hotel.

Ketika Jihan melewati anak tangga terakhir, dari pintu yang terbuka, dia agak syok melihat helikopter terparkir di sana. Dia tak mau Hutomo lari.

Langkahnya pun segera masuk ke rooftop gedung. Tangannya terangkat mengacungkan revolver dengan pandangan mengawasi sekitar. Dia terkejut melihat tiga pria dewasa terlihat terbaring tanpa pergerakan di lantai. Entah mati atau pingsan. Apa ini ulah Hutomo? Jihan tak tahu pasti. Dia harus segera menemukan pria itu.

Di tengah pencariannya, Jihan melihat sosok bergerak dari sudut matanya. Revolvernya teracung. Jihan mengamati langkah kaki yang perlahan keluar dari balik bayangan tangki air besar. Bayangan sosok itu semakin jelas semakin langkahnya mendekat. Siluet membentuk sosok pria berkacamata dengan tubuh agak tinggi dan memakai pakaian serbahitam yang menutupi seluruh tubuh kecuali kepala. Sebuah masker buff menutupi setengah wajahnya. Kombinasi tampilan itu membuat sosok itu terkesan menarik dan misterius.

Tumbuh dalam Runtuh (CindeRendra)Where stories live. Discover now