[5] My Special Husband

373 1 0
                                    

"Oh ya, karena kita belum resmi suami istri, untuk sementara kamu mau gak tinggal di kost dulu, gak apa kan? Secepatnya pernikahan kita akan dilakukan, besok udah mulai persiapan."

"Secepat itu?" tanya Sarah agak kaget.

"Ouh, terlalu cepat?" Brendon bertanya balik, terlihat khawatir.

"Uh, memang harus cepat sepertinya ya, gak apa." Berikutnya, Sarah tersenyum. "Tapi, apa kost di kota mahal? Aku gak punya ...."

"Sarah, kamu calon istriku, sebagai pihak pria jelas aku yang harus bertanggung jawab untuk itu, toh gak mahal kok. Aku mohon, jangan terlalu gak enak samaku, karena orang tuamu juga sangat berjasa samaku, sudah sepantasnya begini. Aku bahagia, ada wanita yang mau samaku, meski aku pria yang biasa saja, aku janji akan menjaga kamu segenap jiwa raga, dari mereka yang mau nyakiti kamu, termasuk kalau itu keluargaku sendiri." Mendengarnya, Sarah terharu, Sarah memahami rasa sakit itu. "Katakan apa pun yang kamu mau, aku akan kabulkan, selama bukan angkat gunung atau nguras air laut aja."

Sarah tertawa geli akan ungkapan Brendon.

"Baiklah ... makasih."

Sesampainya di tempat kost khusus putri dimaksud, rumah cukup besar dengan pagar menjulang tinggi di sana. Brendon tampak mengirimi chat ke seseorang di sana.

"Aku akan ngurus dari luar, ya. Kost ini lumayan ketat, jadi gak boleh sembarangan cowok masuk, jadi kamu bakalan dibantu Ibu Kost di sini." Mendengarnya, Sarah mengangguk. "Kamu ... gak apa kan sendiri? Kalau kamu mau, bisa ke hotel aja, mungkin?"

Sarah menggeleng. "Gak masalah, kok. Aku gak mau ngerepotin lagi."

Keduanya pun keluar dari mobil, tak lama seorang wanita tua membukakan pagar, dia tampak tersenyum semringah yang terlalu lebar melihat kedatangan keduanya.

"Oh ya, ini Bu Jem, dia Ibu Kost di sini, Ibu tolong bantu, ya. DP-nya sudah masuk kan?"

"DP?" Brendon mengedipkan matanya. "Oh iya DP, udah udah De--Brendon. Dek Brendon. Ayo, Nak Sahaha, sini."

"Bu, Sarah namanya, Bu." Sarah tertawa, Bu Jem sang ibu kost tampak latah orangnya dan ramah.

"Aku tinggal, ya, Sarah. Mau ngurusin pernikahan kita, kamu istirahat saja dulu, oh ya nanti ada orang bawa pakaian buat kamu. Ibu Jem, mohon dibantu."

"Asip, Pak, eh Bu, eh Ncik Bos, eh maksudnya Brendon." Brendon tertawa seraya menggeleng sementara Sarah merasa tak enak, tetapi dia janji akan membalas Brendon dengan menjadi istri terbaik untuknya.

Mereka pun berpamitan, dan meski baru sehari bertemu, perpisahan sementara itu membuat keduanya merasa ada bagian yang hilang.

Sementara Brendon akhirnya pergi, Sarah masuk ke rumah besar itu, kost khusus putri. Luas dan elegan. Sarah melongo melihatnya.

"Harga sewanya ini ... berapa, ya, Bu?"

"Murah aja murah, soalnya kan rata-rata anak kuliahan di sini, Nak." Bu Jem menjawab seadanya. "Kamar mandi di sana, toilet di belakang, dapur kiri, ini ruang tengah, dan ini kamar Nak Sarah. Ini kamar khusus tamu beberapa hari."

"Ah, iya, Bu." Sarah mengangguk.

"Kuy masuk!" Dengan antusias, Bu Jem mengajak Sarah masuk, kamar ukuran minimalis tapi sederhana, nyaman dilihat.

"Nak Sarah, mau istirahat, silakan, atau--"

"Bu, saya mau mandi dulu, boleh gak?" Dia takut badannya mengotori kamar bersih ini. "Saya bawa perabotan buat mandi, Bu."

"Oh, bawa sendiri ya? Di lemari ada sudah saya siapin, kok, kalau mau. Ya udah, Nak Sarah ke kamar mandi, atau mau Ibu temenin mandi? Eh maksudnya, temani itu, Nak, bukan mandi bareng."

Sarah tertawa geli. "Gak apa, Bu. Saya bisa sendiri, kok. Makasih banyak ya, Bu."

"Iya, Nak Sarah."

Cerita ini cerita spesial yang tersedia di KARYAKARSA: anurie

Silakan mampir, murah meriah saja ;)

Pengasuh Duda [21+]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant