[03] Entering New Dimention

Start from the beginning
                                    

Di masa yang tenang ini, anggota yang dapat melakukan penyembuhan adalah Zoya—satu-satunya healer dalam tim—sehingga ia pun membantu memulihkan energi teman-temannya.

"Aku tidak menyangka ternyata kamu bisa muntah." Jove terkikik geli saat meledek Dedric yang menatap tajam ke arahnya.

"Angkat tanganmu!" perintah Zoya yang membuat Jove berhenti meledek Dedric. Lingkaran sihir berwarna biru terbentuk di sekitar tangannya untuk memberi penyembuhan.

"Sebaiknya kita buat rencana sebelum datang hal yang tidak terduga," saran Prof. Lucas. "Ada yang ingin berpendapat?"

Dedric mengacungkan tangan. "Kurasa sebaiknya kita mencari petunjuk di sekitar jembatan ini. Barangkali akan lebih efektif dengan berpencar."

Kali ini Lumina cukup setuju dengan gagasan Dedric. "Sihir suara Zoya juga mungkin bisa membantu kita agar komunikasi tetap terhubung. Seberapa jauh jarak maksimumnya?"

Zoya telah selesai memberi penyembuhan pada Jove. Ia beralih pada Dedric yang kondisi lukanya lebih buruk dibanding ketiga temannya. "Aku kurang yakin berapa jarak terjauhnya, tetapi aku bisa memperingati kalian jika jaraknya hampir mencapai maksimum."

Prof. Lucas menepuk tangannya untuk memusatkan perhatian. "Baiklah, kalau begitu kita berpencar ke arah yang berlawanan. Apakah semuanya sudah cukup pulih untuk berangkat?"

Keempat anggota Tim Libra mengangguk kompak meskipun kondisi mereka belum benar-benar prima. Namun, tidak ada waktu untuk bermalas-malasan dan meratapi luka yang belum kunjung sembuh.

Setelah membagi dua kelompok, Zoya menggunakan sihir suaranya. Tali kuning transparan mampu menghubungkan tiap anggota untuk berkomunikasi.

Lumina, Dedric, dan Jove berada dalam satu kelompok yang sama. Mereka berjalan ke arah berlawanan dari Prof. Lucas dan Zoya. Sepanjang perjalanan di jembatan itu, Lumina dan Dedric saling diam. Mereka berhenti berdebat seperti sebelumnya untuk memperebutkan posisi ketua tim.

"Kalian tidak mau bicara?" Jove memancing kedua temannya untuk tidak saling abai seperti itu.

Lumina melirik Dedric yang tampak murung. "Maaf kalau aku tidak bisa menjadi ketua tim yang sesuai dengan harapanmu."

Jove mangamati kedua temannya, sementara Dedric masih terdiam seakan-akan menyembunyikan sesuatu.

"Sudahlah, kita tidak perlu mendebatkannya lagi. Aku yakin ada alasannya." Dedric berjalan ke dekat Lumina, membuat kontak mata dengan gadis itu. "Aku akan mengikutimu, Kapten."

Seringai Dedric kembali terbit. Lumina tiba-tiba tertawa dan mengangguk. Jove diam-diam tersenyum, tetapi wajahnya mendadak berubah saat suara Zoya terdengar jelas dari saluran komunikasi mereka.

"Apa kalian sudah menemukan petunjuknya?" Zoya bertanya dengan cemas. Di balik kalimatnya, terdengar suara koak samar yang membuat mereka menjadi waspada.

"Belum. Sejauh yang kami lihat, saat ini hanya ada jembatan panjang keemasan yang dibangun di atas langit tak berujung tanpa pembatas di sisinya." Lumina memberi penjelasan setelah melihat seluruh wilayah tempatnya berada.

"Sebaiknya kalian berhati-hati dari arah langit!" peringat Zoya. Tiba-tiba saja ia berteriak saat terdengar koak gagak yang lebih kencang.

"Apa yang terjadi, Zoya?" Dedric bertanya panik. Namun, Zoya maupun Prof. Lucas tidak merespons.

"Sepertinya mereka diserang." Jove memberi pendapat.

"Dia bilang kita harus waspadai arah langit. Tadi aku mendengar suara gagak!" Dedric mendongak dan bersiaga terhadap serangan yang akan datang.

Lumina tiba-tiba berseru. "Jove, bisakah kau buat ramalan?"

Jove langsung paham maksud Lumina. Ia pun melepas kacamatanya dan membiarkan sebelah matanya yang buta untuk bekerja.

Dedric berjalan ke sisi jembatan, mengamati jurang tidak berujung yang menganga di bawah. Lumina mengeluarkan ribbon wand untuk bersiaga. Tak lama kemudian suara koak menggema dari atas.

Ratusan burung berbulu hitam memenuhi langit. Terbang dengan kecepatan tak terduga dan bermanuver dengan penuh akurasi, menyerbu mereka. Lumina spontan melecut ribbon wand untuk menangkis serangan gagak yang menukik. Di sisi lain Dedric memanggil panah tulang, tetapi kemunculannya mengalami perlambatan waktu hingga tidak dapat menyerang secara presisi. Membuatnya terluka oleh paruh gagak yang menusuk tajam.

Jove memanggil bayangan untuk membuat tameng yang dapat melindungi dirinya dari serangan gagak. Seketika ia melihat jalan keluar dari hasil penerawangannya.

"Jalan keluarnya ada di depan kita!" Jove memberi pengumuman.

Informasi tersebut membuat Zoya dan Prof. Lucas berbalik untuk datang pada kelompok Lumina. Tidak butuh waktu lama untuk sampai, mereka telah bergabung kembali menjadi Tim Libra.

Jove memimpin jalan, sementara teman-temannya berusaha melindungi mereka dari serangan gagak yang terus berdatangan.

Zoya bernyanyi dengan merdu. Ia melantukan nyanyian tidur yang memabukkan. Suara lembutnya perlahan-lahan menyihir para gagak untuk berada dalam halusinasi sehingga mereka tidak menyerang dengan brutal seperti sebelumnya. Kesempatan itu dimanfaatkan Lumina untuk menyabet seluruh gagak dengan ribbon wand dan Prof. Lucas menggunakan pedangnya untuk menyerang gagak dengan akurat.

Ketika mereka mencapai jalan keluar yang dimaksud Jove, sesosok besar hitam mengadang mereka. Auranya suram dan penuh ancaman. Sosok itu bersuara keras dan serak, membuat suasana menjadi penuh ketegangan.

"Tidak ada yang boleh melewati Qantharah Bridge tanpa menyebutkan kesalahan semasa hidupnya!"

Tim Libra mendadak panik dan bersiaga, sementara Prof. Lucas menyadari bahwa mereka berada dalam masalah yang rumit karena telah berhadapan dengan Angel of Death.[]

[]

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Celestial: The Angelic Kingdom of Heavenly LightWhere stories live. Discover now