3. Kembali Bermain-main

690 127 7
                                    

Part 3 Kembali Bermain-Main

Tubuh Cara ditarik keluar dari dalam kolam. Duduk bersimpuh ditepi kolam sambil terbatuk-batuk. Matanya terasa perih dan tenggorokannya serasa seperti diiris. Ia minum air kolam terlalu banyak.

‘Jadi, kau mau menjadi kekasihku sekarang?’

Tatapan Cara kembali menunjukkan penolakan ketika menjawab tidak dengan jelas.

Seringai kepuasan Ethan kembali membeku. ‘Well, aku sudah mencoba membersihkan pikiran dan tubuhmu tetapi kau masih dibutakan oleh kekeras kepalaanmu, ya?’

Cara menyentakkan tangan Ethan di wajahnya. Yang membuat pria semakin berang bukan main. Menyambar pergelangan tangan Cara, menyeret  gadis tak berdaya itu ke dalam rumah setelah menyuruh Zaheer dan Mano untuk pulang.

Begitu keduanya sampai di dalam, Ethan membanting tubuh basah Cara ke sofa panjang.

‘Kau tak memberiku pilihan, manis.’ Ethan menjatuhkan tubuhnya di atas tubuh Cara sebelum gadis itu sempat menyadari apa yang akan dilakukannya. Menangkap kedua tangan Cara dan memakunya di atas.

‘A-apa yang akan kau lakukan?’ cicit Cara tanpa sempat mencerna keterkejutannya.

‘Tentu saja bersenang-senang.’ Wajah Ethan menunduk. Menahan rontaan tanpa daya Cara dengan tubuh besarnya sebelum kemudian membuka kedua kaki mungil gadis itu.

Dan kali, Zevan terlambat menyelamatkannya.

*** 

“Lepaskan!” Cara berusaha melepaskan cekalan Zaheer dan Mano yang menyeretknya pada Ethan. Mendaratkan tubuhnya di atas pangkuan pria itu, yang langsung menahan pinggangnya.

“Aku sudah menduga kau akan melakukan hal ini.” Ethan menangkap rahangnya, membawa pandangan sang istri. “Sepuluh tahun, bukankah sudah cukup kalian bersenang-senang?”

Cara menggeliatkan tubuhnya. Pesta di bandara? Ia masih dikejutkan dengan kekuasan Ethan. Jika pria itu bisa memanipulasi penerbangannya, entah apa yang akan dilakukan pria itu pada Zevan.

“Waktunya kembali ke hidupmu, Cara,” timpal Mano, mengambil tempat duduk di seberang. Kedua lengannya melebar di punggung kursi dan satu kakinya bertumpu pada lutut yang lain. Melemparkan satu kerlingan untuk Cara.

“Persetan denganmu,” umpat Cara.

“Ck, mulutmu masih manis saja. Sayangnya Ethan tak mengijinkan istrinya disentuh oleh kami.” Mano menjilat bibir bagian bawahnya dengan gerakan yang sensual.

Cara menelan ludahnya. Bukan rahasia kalau Ethan suka berbagi kekasih-kekasihnya dengan Zaheer dan Mano. Lingkaran setan ini benar-benar terkutuk. Dan bagaimana ia berakhir sebagai istri Ethan? tentu saja ada pistol yang menempel di kepalanya. Bahkan pernikahan mereka terjadi tepat di umurnya yang ke 17. Pernikahan yang tak pernah ia akui dan cincinnya sudah ia buang ke danau yang ada di halaman belakang rumah Ethan.

“Kau membiarkanku pergi dengan Zevan, kan? Bukankah itu artinya kau sudah melupakan semua tentang kami?”

“Zevan ya, tapi … bagaimana mungkin aku melupakanmu, istriku?”

Cara menggeram, berusaha melompat dari pangkuan Ethan, hanya untuk dibanting kembali di kursi di samping pria itu.

“Kau mencemaskan Zevan?”

Cara tak menjawab. Jawabannya hanya akan membuat Ethan semakin murka, seperti yang sudah-sudah. Ia meringis, menahan rasa sakit oleh cengkeraman Ethan di tangannya. “S-sakit.”

“Diam artinya ya, sayang. Aku berusaha membuatmu bersuara.” Ujung bibir Ethan menyeringai.

Tak hanya kejam, Ethan juga gila. Tangan Cara yang lain berusaha melepaskan cengkeraman pria itu yang semakin kuat. Seolah memang sengaja ingin meremukkan tulang lengannya. 

“Artinya kau tidak mencemaskannya,” putus Ethan dengan kilat kegilaan yang begitu kental di kedua bola manik abu-abu gelapnya. “Jawaban yang bagus, sayang. Kau tahu aku suami yang pencemburu,kan?”

Cara tak mampu membendung air matanya. Rasa sakit yang diberikan Ethan tak main-main. 

“Lepaskan dia, Ethan?!” Suara Zevan yang bergemuruh oleh amarah berhasil menarik perhatian ketiga pria tersebut dan Cara. Cekalan Ethan melonggar, tetapi tetap tak melepaskan Cara.

“Hai sepupu, kau merindukan kami?” Zaheer yang pertama kali membelah ketegangan di antara Ethan dan Zevan.

“Well, pesta dimulai,” lirih Mano yang hanya didengar oleh Zaheer yang duduk di sampingnya.

Zevan melangkah mendekat. Tatapan tajamnya seketika membuat Mano dan Zaheer berpaling. Keduanya hanya perlu menjadi penonton daripada harus terlibat ketegangan di antara Ethan dan Zevan. Yang masih saja membara meski sudah sepuluh tahun berlalu.

“Kau sudah datang?” Ethan mengangkap wajahnya. Tatapannya tajamnya lebih santai dibandingkan Zevan yang diselimuti amarah.

“Sejak awal, kau yang mengatur semua ini, kan?”

Ethan tertawa kecil. “Ck, seharusnya kau melakukannya lebih rapi, Mano.”

“Ya, maafkan aku,” timpal Mano tanpa penyesalan sedikit pun. Lamaran pekerjaan Cara dan juga penerbangan, semua memang rencananya.

“Jangan salahkan mereka. Kalian yang memutuskan kembali ke negara ini, kan?”

“Kau sudah cukup bersenang-senang dengannya, Ethan. Sekarang apalagi yang kau ingin darinya?”

“Kenapa kau mempertanyakannya?” tanya Ethan setengah tertawa geli. “Kenapa kau perlu mempertanyakan apa yang akan kuinginkan dari istriku sendiri?”

“Istri kau bilang?” dengus Zevan. “Seperti ini kau memperlakukan istrimu, hah?”

Ethan mendesah kasar. Menampilkan raut tersinggung yang dibuat-buat. “Ck, Kenapa pula kau jadi sok ingin tahu apa yang akan kulakukan pada istriku sendiri?”

Cara memekik ketika pegangan Ethan pada lengannya terlepas dan cengkeraman pria itu beralih para rambutnya. Mendongakkan wajahnya hingga terdongak keras dan berhadapan pada Zevan.

Bibir Zevan menipis keras, wajahnya menggelap oleh amarah.

“Maju satu langkah dan aku akan membuat semua ini lebih sulit untuk kalian berdua,” ancam Ethan. Kali ini wajahnya dipenuhi kebengisan. 

Langkah Zevan membeku. “Berengsek kau, Ethan.”

“Aku tahu.” Ethan melepaskan rambut Cara, kembali membawa tubuh mungil Cara ke atas pangkuannya. Jemarinya menyelinap di antara helaian rambut Cara yang berantakan, memaksa perhatian sang istri hanya untuknya. Tanpa mengalihkan pandangan dari wajah pucat Cara, Ethan kembali berucap, “Bagaimana kamar tante Cindy?”

Zevan menggeram.

Ethan sedikit memiringkan wajahnya ke samping, mengedipkan salah satu matanya pada Zaheer. “Aku sudah mengatakan padamu, kan? Cepat atau lambat dia akan kembali untuk ibunya.

Zaheer mendesah dengan berat. “Oke. Pulau itu milikmu.”

Ethan tersenyum puas.

“Ck, seharusnya aku juga ikut bertaruh,” gerutu Mano penuh sesal.

Zevan mendengus mengejek. “Betapa kekanakannya kalian.”

“Kau sendiri yang membuat permainan ini semakin menarik, Zevan. Biarkan Ethan mengurus urusannya sendiri.”

Zevan melemparkan delikan tajam yang membuat Mano menelan ludah dan membuang pandangan ke samping. Saat kembali memberikan perhatiannya pada Ethan, pria itu sudah mencium paksa bibir Cara dengan lumatan yang panjang. Kalau begitu, kita buat permainan ini lebih menarik lagi.

“Cara sedang hamil.” Zevan berhasil membuat Ethan menghentikan lumatannya. Ujung bibirnya menyeringai sebelum melanjutkan. “Milikku.”


Kembalinya Sang Istri SahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang