Chapter 1

23 0 0
                                    

Senin Pukul 5:30 pagi, fajar telah menyambut dan matahari akan bersiap untuk menerangi seisi dunia. Begitupula Aku, yang juga harus bangun dan bersiap karena mesin-mesin yang ada dipabrik sudah menanti untuk dijalankan. Walau langkahku terasa berat, tapi semangatku membara.

1 ember air sudah cukup untuk membuatku terasa segar, serta sepotong roti lapis berisi telur dan daging yang akan menjadi energiku sampai siang nanti.

Diperjalanan, aku lihat orang- orang saling mendahului untuk segera sampai ketempat kerja dengan tepat waktu. Rutinitas seperti ini sudah aku jalani kurang lebih 4 tahun.

Tak sampai 1 jam perjalanan, akhirnya aku sampai ditempatku bekerja. Salah satu perusahaan terbesar yang ada di Indonesia. Ditempat ini juga aku bisa menghasilkan uang sehingga aku bisa melanjutkan studi Sarjanaku. Memang sangat melelahkan bekerja sambil melanjutkan studi, tapi apa boleh buat?

80% orang yang bekerja disini adalah laki-laki dan para perantau yang baru saja lulus SMK, sisa nya adalah para kepala keluarga yang telah menghabiskan sebagian besar hidup mereka di sini. Aku tidak memiliki harapan besar di tempat ini, hanya ingin menghasilkan uang untuk studi dan kehidupan sehari-hari.

Setelah turun dari motor aku bergegas masuk ke area produksi menghampiri mesin-mesin yang sudah tak sabar untuk dijalankan.

Diluar area produksi terlihat para karyawan yang sedang menyantap sarapan yang mereka beli diluar pabrik. Tentu saja aku jarang membeli sarapan diluar, karena Ibuku selalu menyiapkan sarapan untukku meskipun hanya sebuah roti lapis.

 — — — — -

"Kringg...Kringgg"

bel berbunyi tanda produksi dihari itu akan segera dimulai.

Aku adalah orang pertama yang datang kearea produksi dibanding teman-teman yang lain. Tak lama kemudian ada seseorang teman datang kearea produksi dengan wajah murung.

"Rajin banget, gajian 4 juta aja juga!!!" ucap Andika dengan muka sinis kearahku.

"Iyaa dongg harus" jawabku dengan gembira.

"Hilihhhh..Sok Suci lo!!" Andika meninggalkanku sambil melemparkan sarung tangan kearahku.

Kini konveyor mesin telah berjalan perlahan, terlihat banyak sekali material -material siap pasang dihadapanku. Diareaku ada 15 orang pekerja termasuk aku.

Kemudian datang Reza dan Febby yang berdiri tepat disebelahku, mereka sudah mengenakan sarung tangan dan siap untuk bekerja.

Menit demi menit, jam demi jam berlalu. Kami sudah sangat ahli dalam memasang part-part kendaraan. Bahkan kami bisa bernyanyi —  nyanyi dan menari- nari sambil memasang part tersebut. Bising nya suara mesin dan riyuhnya suasana obrolan karyawan seolah menjadi bagian dari alat musik pengiring nyanyian kami.

Tak lama kemudian Reza berkata kearahku.

"Gimana kemarin sidang nya ?"

"Amann aja" balas ku dengan senyuman jahat.

"Mantappp, dikit lagi jadi bos nih" Reza berkata

"Iyalahh, bosen gue kerja kayak gini terus" jawabku.

Yaa, beberapa hari yang lalu aku telah menyelesaikan sidang akhir studi Sarjanaku dengan hasil yang cukup memuaskan karena aku tak mau terus-terusan menjadi operator mesin.

"Adik gue juga dikit lagi sidang, tapi emang kalo sidang gitu bayar lagi ya ?" tanya Reza

"Iya gue kemarin bayar lagi"

"Ahhh..duit lagi aja nih. Mana gajian numpang lewat doang"

"yaa gitu deh"

Aku melihat ekspresi Reza yang sedang murung. Lelaki kurus agak tinggi itu membiayai kuliah Adik perempuannya hingga Sarjana. Ia juga harus membagikan penghasilannya pada keluarganya yang tak seberapa dikampung. Aku ingat ia pernah berkata.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 29 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Menara ImpianWhere stories live. Discover now